Eight

56 8 4
                                    

Beberapa jam yang lalu atau tepatnya setelah menunaikan sholat subuh, Inka mengeluh bahwa badannya terasa sangat pegal. Sehingga sekarang ini, Yesi dan Airin terpaksa mengikuti kemauan Inka untuk lari pagi di sekitar komplek perumahannya. Niat hati ingin tertidur kembali, tapi cinta mengalahkan kendali, itulah pikir Airin. Dia ini memang paling jago kalau disuruh berbicara ngawur, yah mau bagaimana lagi otaknya saja masih diragukan keberadaannya.

"Aduh gaess stop dulu nih gue capek." Keluh Airin sambil setengah berojongkok demi menormalkan sistem pernapasannya.

"Lemah banget sih lo Rin. Makannya tu badan makin gendut aja." Gerutu Inka yang paling semangat dalam hal menyangkut olahraga.

"Lo jangan salah ya Ka. Ini tu bukan gendut tapi body goals kels. Gitu aja gak tau huu."

"Bwahahaha body goals Yes katanya?!"

"Iyain aja lah Ka biar dia seneng."

"Alah ngaku aja kalian iri kan sama bentuk tubuh gue yang kayak biola ini?" Tanya Airin dengan percaya dirinya.

"Gak tuh! Gue malah lebih iri sama perbuatan heroik lo semalem yang bisa nyadarin Yesi pas kesurupan dalam sekejap mata." Jawab Inka yang kemudian diikuti suara tawa dari Airin.

"Emang lo gak tau kalo gue tu pernah jadi gurunya Roy Kiyoyo yang bisa menembus mata batin itu?"

"Bukan Roy kiyoyo bego! Namanya yang asli tu Roy kiyomboh bwahahaha." Bersamaan dengan kata yang baru saja muncul dari mulut Inka. Kini keduanya, Airin dan Inka sudah tertawa terbahak-bahak dengan kedua tangan yang memegang perut.

Lama-lama Yesi geram sendiri dengan kelakuan kedua sahabatnya yang mengejek dirinya atas tragedi semalam waktu dia pura-pura kesurupan,"Kalian berdua bisa diem gak sih?"

"Wehhh tenang mbak bro, kami ini kaum cinta damai yang menentang adanya permusuhan diantara pertikaian." Sahut Airin tidak nyambung!

"Lo ngomong apa sih Rin gue gak ngerti sumpah." Ujar Inka sangat jujur.

"Maap-maap aja ni ya Ka, bahasa gue tu hanya bisa dipahami oleh seseorang yang memiliki tingkat kecerdasan di atas rata-rata." Jawab Airin.

"Ohh maksud lo gue gak cerdas-cerdas banget gitu?"

"Bukan gue yang ngomong loh ya." Ucap Airin disertai cengiran khasnya.

Karena terbawa emosi, Inka langsung saja melepas salah satu sepatunya lalu bersiap melemparkannya tepat ke arah Airin. Disaat sepatu itu mulai melayang. Tak ada angin, tak ada hujan, seperti ada kekuatan supranatural. Sepatu itu bukannya melayang ke arah Airin tetapi malah mengarah tepat pada Yesi yang berdiri tak jauh dari Airin.

Bugh!

Yesi meringis kesakitan karena sepatu yang Inka lempar, tepat mengenai wajah imutnya,"INKA?! LO TAU GAK KALO INI SAKIT?!"

Inka yang menjadi tersangka, hanya bisa ikut meringis melihat Yesi kesakitan,"Aduh Yes gue gak sengaja sumpah, maafin Yes pliss maafin gue."

"Aduhh Yes kalo misal ni gue jadi lo, bakal gue timpuk bales tu si Inka. Malahan nih ya gue bisa bales dua kali lipatnya." Sahut Airin mengompori Yesi.

"Rin lo bisa diem gak sih!"

"Sorry my baby Inka itu pembalasan karna kamu hendak merencanakan pembunuhan terhadapku."

Maybe!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang