3. Latihan yang gak Flat

36 9 5
                                    

9.15 AM

"93, hah, 94, 95, 96 hah, hah, 97, 98, 9—9, 99. 100! Zeeeyahh!"

"Hah, hah, hah... Osh Senpai. Sudah 100 kali push up"

"Osh. Lain kali sabuk coklat telat, bukan push up lagi. Tapi kumite sama Saya!"

Sasha menundukan badan 30° sebagai tanda mengerti dengan etika yang sopan serta menjawab;

"Osh Senpai"

***

Dojo Pusaka sedang ramai saat ini, jadi perlu kesabaran yang extra saat mengantri untuk ke kamar mandi. Seperti yang di lakukan Sasha, tapi gak extra sabar.

"Woy cepetan napa! Mandi kali nih orang yak, lama bener buset dah! Kebelet nih Sasha, woy cepet!"

Duak, duak, duak.

Terus terusan mengetuk pintu dengan tidak sabaran, serta masih memikirkan penyebab dia telat sampai di hukum 100 kali push up oleh Senpai Irwan.

Flashback

"Elo terakhir naro di mana bang?! Ih, elo mah ada ada aja sih! Kalo ilang di luar rumah, mati lo sama Papah"

Adik macam gini enaknya di apain sih gengz? Bukannya bantu sang Kakak, kan dia yang minta di anterin ya. Kzl author.

"Ya kagaklah talang aer! Kalo ilang di luar rumah, gimana caranya gue bisa pulang ke rumah sambil bawa tuh motor?"

Satria memang jenis Kakak yang kurang perhatian ke adik, tapi dia gak bodoh kaya adiknya. Iya gak?

"Eh—iya juga ya, hehe lupa gue" Mukanya Sasha minta di gaplok rasanya, udah emang beneran oon pake alasan lupa segala lagi.

"Itu bukan lupa, geblek. Tapi blo'on. Bantu cari kek lo, bukannya cengar cengir ngeliat hp mulu" Sekarang Satria lagi nyelipin tangannya ke selipan sofa, siapa tau ada kuncinya.

"Males ah bang, tenaga gue buat ntar latihan. Jadi sekarang gue lagi mode battery savings. Oh iya! Gue belum sarapan. Gue makan bentar ya bang"

Sasha ke ruang makan, ternyata Mamahnya telah membuatkan roti lapis isi tuna. Tumben sekali Sasha mendapatkan sarapan dari Mamanya. Karena biasanya Sasha membuat sarapan sendiri, anak mandiri ceritanya. Pretlah.

Tiba tiba...

"Ah! Gue tau!"

Muncul sebuah bohlam kuning khas kartun kartun di atas kepala Satria, invisible bohlam tapi. Karena pas Satria dapet ilham bahagia itu Sasha gak bisa liat bohlamnya. Ya iyalah.

"Apaan bang apaan? Udah ketemu kuncinya??" Teriak Sasha dari ruang makan.

"Kenapa gak pake motor gue yang ninja aja? Kalo ninja kuncinya udah pasti selalu ngegantung di tempat gantungan kunci. Kuylah..."

Tarik kata kata bahwa Satria adalah kakak yang tidak bodoh seperti adiknya. RALAT, SAMA AJA OON NYA!

***

"Sha, pssttt.. heh!" Seseorang menepuk bahu Sasha, berusaha menyadarkan Sasha dari lamunan yang gak jelas. Gimana gak jelas coba, Sasha ngetuk pintu itu gak berhenti.

Sampai orang yang ada di dalam kamar mandi selesai dan keluar, Sasha masih menggerakkan tangannya dalam posisi yang cukup berbahaya. Hampir mengenai bagian ulu hati dari orang itu.

"Eghem!" Orang itu memberikan kode. Kode bernada dering nada batuk, nada batuk yang intonasinya berindikasi membuat buluk kuduk Karateka berdiri ingin kabur dari kulit yang di tumbuhinya. Lebaynyahhh.

Deg!

"Mati gue, dodol banget sih lo, Sha!" Anak kebo yang merangkap Anak ayam ini akhirnya sadar dari lamunan sialnya yang membawa kesialan di kenyataan.

"Tidak di luruskan sekalian tangan mu, Sashabilla? Kalau di luruskan bisa saya tangkis tadi" Kalimat yang sebetulnya biasa saja tapi terdengar begitu mengerikan di telinga Sasha.

Wanita berkacamata di hadapan Sasha hanya diam dan melihatnya secara intens. Seakan akan matanya dapat mengeluarkan laser panas seperti yang di miliki Pahlawan Super.

"Aduh... Salah jawab bisa bisa kagak bisa pulang gue hari ini"

"Jadi gini, gimana ya. Anu—enghm, ta, tad—di, tadi, saya gak sengaja. Abang Satria, dia yan— eh?! OSH SENPAI!" Kebiasaan Sasha ya. Semua menjadi rancau. Akibat dari keracauannya berakhir menjadi memperkeruh keadaan, siap jiwa dan raga saja.

Dengan kepala menunduk, tangan di kepal kuat berusaha dengan keras untuk menahan getaran cinta darinya—hiyaaa bucin.

"Hari ini kamu latih tendangan Kikome, Meygeri serta Oshiro masing masing ulang sampai 100 kali! Dapatkan tendangan yang sempurna sebagai hukuman mu. Mengerti, Sashabilla?!"

"Osh Senpai" Belum melaksanakan hukuman aja udah lemes. Orang yang menjawab pertanyaannya udah lemes duluan. Sasha, Sasha.

"Tambah 100 lagi kalau kamu masih lemas" mamam kau Sha, huahaha.

"OSH SENPAI!" Ekspresi wajah, gerakan badan serta intonasi suara menandakan bahwa Sasha tidak ingin tambahan bonus tendangan dari Senpai tercantik yang di miliki oleh Dojo Pusaka, Senpai Ziah.

"Bagus. Kembali ke 100 saja" Senpai Ziah pergi meninggalkan Sasha yang pasrah dengan hukumannya. Sementara Senpai Ziah sendiri tidak sadar akan antrian yang ramai akibat bincang bincang serunya dengan Sasha.

Sasha menengok ke belakang, di situlah nampak berbagai penampakan yang tak sedap di pandang. Ada yang kebelet. Ada yang nahan nahan sakit gitu. Sampe ada yang gak ketahan.

"Udah dah, gak ada yang berani protes ke Senpai Ziah, pasti gue kena getahnya dari anak anak. Nasib ... nasib. Kena Senpai Irwan, kena Senpai Ziah juga. Gara gara Abang semuanya! Apes!"

Suara hati kecil Sasha yang tak dapat tersalurkan sehingga hanya di simpan dalam hati lalu di proses ke empedu. Terakhir di simpan pada rektum jika penuh keluar pada—you know what i mean. Lalu menjadi

















































"TCNJYA!" -Sasha


















To be continue



Agak barbar ya? Daku lagi icemoci soalnya sama netijen di real life. Maapkeun hayati :'D

♥♥♥♥♥

With love and lot of angry

Kaputtriput💕

Life Is Never Flat (Cuma Gue Aja) #EditVersionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang