4 • silent

1K 47 7
                                    

"Dhe, Nay, gue gak mau satu partner sama orang yang gak gue kenal, jangankan kenal liat orangnya aja jarang." Keluh Fatim, temannya hanya menyimak sambil menyedot segelas jus alpukat.

"Masa si lo gak tau sama Fateh? Dia kan anak OSIS juga kayak lo, terus dia juga lumayan terkenal disekolah." Balas Naya, Fatim mengusap kepalanya.

"Ya walaupun gue anak OSIS tapi rasanya tuh kayak gak pernah liat tuh anak, mending gua sama Thoriq, iseng-iseng tapi seenggaknya kenal gitu."

"Syukuri apa yang ada, hidup adalah anugrah, tetap jalani hidup ini dan lakukan yang terbaik." Bukannya memberi saran, Dhea malah bernyanyi dengan wajah meledek.

"Apaansi Dhe, kok lo malah nyanyi? Udah tahu gue lagi pusing tujuh keliling, tujuh tikungan, tujuh benua." Ujar Fatim, kedua temannya hanya tertawa mendengar pernyataan Fatim barusan.

"Nih, lo ambil makna dari lagunya jangan cuman lo anggap lagu itu hanya sekedar penambah mood. Makna dari lagu-nya tuh syukuri hidup lo sekarang, kali aja habis jalan sama Fateh jadian." Ledek Dhea, Naya hanya tertawa disamping orang ter-puitis diantara mereka bertiga.

"Tim, tu Rena." Naya menepuk lengan sebelah kanan Fatim, Naya menunjuk kearah meja pojok dekat pohon. Dilihatnya ada tiga orang gadis yang sedang bercanda ria, salah satunya telah menghacuri hidup Fatim.

Fatim menatap gadis berkuncir satu itu dengan tajam, ia membayangkan sedikit apa yang ia perbuat dulu kepadanya. Hanya seorang munafik yang tega melakukan sesuatu yang merugikan orang yang telah membantunya untuk naik, Batin Fatim.

"Setelah tiga minggu gak keliatan, muncul juga itu anak."

"Nyesel dia nikung Aska dari gua, gua udah bantu dia buat keatas malah seenaknya coba-coba buat ngerendahin gua. Dia pikir gua pacaran sama Aska cuma buat popularitas gua naik? Sorry gak gua banget." Fatim mengeluarkan semua unek-unek nya, mata coklat nya masih memandang lurus Rena.

"Yaudah si sabar aja, karma tau kok dimana tempat dia harus menuju." Saran Dhea dengan bijaknya.

"Kenapa jadi ngomongin si Aska sama Rena? Kan kita lagi bahas rewel nya Fatim pas dipasangin sama Fateh." Ucap Naya meng-udahkan kedua temannya.

"Bukan dipasangin tapi jadi partner." Fatim membenarkan ucapan Naya yang membuatnya memasang wajah datar.

Semuanya kembali dengan aktifitas makan tanpa berbicara, Fatim menyuap satu buah somay sambil memikirkan hal yang akan terjadi jika ia jalan dengan Fateh.

Kring..

Suara yang membuat para siswa siswi dikantin berhamburan menuju kelasnya. Fatim merapikan piringnya dan meletakkannya diatas meja, hal seperti itu sudah biasa, para pembersih sekolah akan membersihkan setiap benda kotor / sampah disekolah.

"Ayu Nay, Tim, cepetan! Habis istirahat kan pelajarannya Bu Tari." Seru Dhea panik, kedua temannya mengikuti langkah Dhea dengan cepat.

Koridor sekolah lumayan ramai ketika jam istirahat ataupun jam masuk, tapi untungnya kelas IPA-2 tidak terlalu jauh dari kantin, jadi tidak memerlukan waktu yang lama untuk sampai.

"Huft."

Ketiga gadis itu langsung duduk ditempatnya masing-masing. Fatim langsung duduk dipojok kiri samping Dhea, sedangkan Naya duduk tepat didepan mereka bersama Iyyah.

"Iyyah, bu Tari masuk gak?" Tanya Dhea dengan menepuk pundak kanan Iyyah.

"Masuk tapi agak telat gitu masuknya, katanya ada urusan lain." Jawab Iyyah tanpa membalikkan badanya.

Fatim, Dhea, dan Naya membuang nafas lega, ketiganya langsung mengeluarkan handphone mereka dan mulai memainkannya.

"Oiya, kalian tahu gak kalau ada anak baru?" Iyyah membalikkan badannya untuk bertanya.

SILENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang