5 • silent

948 49 3
                                    

jangan mengharapkan sesuatu yang indah saat jatuh cinta, tapi sibuklah mempersiapkan hatimu untuk menghadapi seribu satu hal yang menyakitkan -
-Naya

-🖤-

Fatim sedari tadi berdiri menunggu Fateh di pos satpam, dengan matahari yang terik sesekali tangannya membentuk seperti hormat untuk menutupi cahaya.

"Fatim, gue duluan ya semangat ya hangout nya sama Fateh." Ledek Naya, Fatim menanggapinya dengan wajah kesal.

"Iya kita duluan ya Tim, dada." Dhea melambaikan tangannya pada Fatim, lalu merangkul Naya setelahnya, Fatim membalas lambaian itu.

Selang beberapa waktu, tiba-tiba seorang lelaki tinggi berdiri disampingnya, ia berdehem, lalu Fatim menoleh kearahnya.

"Mau ngapain lagi lo kesini? Belum puas buat nyakitin gue? Oh apa mau ketemu Rena?" Tanya Fatim, ia meluruskan lagi pandangannya kedepan.

"Gue mau minta maaf."

"Maaf? Coba lo pecahin gelas terus lem satuin bisa ga utuh kayak dulu?" Tanya Fatim lagi, Aska diam tak menjawab.

"Fatim, ayo berangkat." Seru Fateh yang tiba-tiba sudah ada dihadapan Fatim dengan motornya. Fatim berjalan lalu naik keatas motor Fateh yang lumayan besar.

-🖤-

Fatim berjalan mengelilingi toko buku untuk mencari bahan-bahan, sedangkan Fateh berada disisi lain dimana Fatim berdiri.

Sudah hampir 15 menit mereka berada disini, mencari bahan untuk pentas seni budaya nanti. Fatim sudah menemuka beberapa barang yang pas menurutnya, begitupun juga Fateh.

"Udah?" Tanya Fateh yang tiba-tiba sudah berdiri disamping kiri Fatim.

"Segini cukup gak?" Tanya Fatim, ia mengangkat keranjang belanja yang berisi beberapa barang.

"Cukup, yaudah langsung bayar aja," Fateh berjalan terlebih dahulu membelakangi Fatim untuk sampai ke kasir, sedangkan Fatim berjalan santai mengikuti arah Fateh.

"Jadi berapa mba?" Tanya Fateh dengan ramahnya.

"250 ribu kak, mau bayar cash atau pakai kartu?" Tanya wanita penjaga kasir, tanpa menjawab Fateh langsung memberikan uang pas kepadanya.

"Eh, kok lo bayar semua? Nih gue gantiin 125 biar imbang." Fatim memberikan uang kepada Fateh sesampai diparkiran.

"Gausah, gapapa gue ikhlas." Fateh mendorong pelan uang yang berada dalam genggaman Fatim, Fatim merekahkan senyumnya mengumpat.

-🖤-

"Lo darimana Tim? Terus itu tadi siapa yang anterin lo? Pacar? Gila baru putus dari Aska dah dapat yang baru." Beberapa pertanyaan muncul dari Adel ketika Fatim baru merentangkan badannya disofa.

"Nanya-nya satu-satu kenapa. Gue pusing nih, mending ambilin gue minum." Seru Fatim, ia bangkit dan bersender disofa yang empuk itu.

"Idih, emang gue babu lo disuruh-suruh." Sindir Adel, Fatim hanya tertawa kecil mendengarnya.

"Bercanda elah," Elak Fatim, Adel ikut merebahkan diri disofa.

SILENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang