11 • silent

682 42 1
                                    

Fatim diam, menahan rasa sesak ketika melihat Meta dan Fateh bercanda bersama. Mungkin benar yang dikatakan orang, mereka cocok untuk bersama. Apalah daya gue yang cuman serpihan jasjus? Batin Fatim. Fatim duduk di salah satu stan pengurus OSIS, masih memandangi mereka yang sedang asik bercanda tawa.

"Gausah diliatin, nanti sakit hati." Suara berat yang sangat Fatim benci, mengapa orang ini hadir lagi? Gak cukup apa luka yang diberikan kemarin kepadanya.

"Apaansi!"

"Gue tau lo suka kan sama Fateh? Udahlah, gerak-gerik lo nunjukin banget. Kejar Fateh kayak gue ngejar lo dulu. Gue gak akan ganggu hidup lo tenang, cuma gue butuh kata dimaafkan dari mulut lo doang." Jelas laki-laki yang jelas adalah Aska, ia mengambil duduk disamping Fatim sambil memandang lurus kedepan.

"Niat banget lo ya, cari kata dimaafin aja sampai pindah sekolah." Ketus Fatim sambil tertawa renyah.

"Kata siapa gue pindah sekolah karena itu? Justru gue pindah sekolah karena itu permintaan ayah gue, kalau ayah gue gak minta juga gue gamau." Balas Aska tak kalah ketusnya. Sudah Fatim ketahui bahwa laki-laki satu itu sudah melupakannya. Dan Fatim juga.

"Capek Ska kejar orang yang belum tentu liat perjuangan lo." Tubuh Fatim melemas, ia menatap Aska sendu, dan itu pertama kalinya setelah sekian lama Aska menatapnya kembali.

"Gaada yang percuma, kalau lo emang sungguh-sungguh. Gak boleh ada yang nyakitin lo lagi selain gue yang dulu. Gue gamau ngeliat lo ngedown cuma gara-gara cowo, sampai gamasuk sekolah lagi, ii alay!" Tawa renyah Aska membuat Fatim tersenyum tipis.

"Permintaan maaf gue?"

"Iya dimaafin."

Aska bangkit menepuk bahu Fatim pelan, "semangat ya.." Lalu pria berkaus hitam itu meninggalkan Fatim dengan senyuman. Perasaan lega keluar dari kedua orang yang baru saja berbicara tersebut. Mungkin memang ini saatnya Fatim mengikhlaskan semua kenangan antara dirinya dan Aska dulu.

🥀

Ku hanya bisa berharap,
Kau bahagia disana..
Dengan dia pilihanmu,
Walau dia sahabatku.
Biar aku yang pergi,
Biar aku yang tersakiti..
Biar aku buang berhenti,
Berhenti mengharapkanmu.

Sebuah alunan lagu keluar mulut salah satu peserta pensi. Lagu yang memang menggambarkan kisah cintanya saat ini. Apa ia harus benar-benar mengikhlaskan Fateh? Apa harus?

"Fatim!"

Fatim menoleh, dilihat kedua sahabatnya sedang berjalan riang menghampirinya. Kedua sahabat yang memang selalu ada disisinya, kedua orang yang mengerti akan dirinya. "Haii, kenapa?"

"Fotbar yuk disana, sama anak kelasan juga, mau ya?" Tawar Dhea, Fatim mengangguk dan mengikuti Naya dan Dhea di belakang punggung keduanya.

Sudah banyak anak kelas Fatim yang menunggu anggota lainnya untuk lengkap. Ada Aska juga disana, satu orang yang baru saja ia ajak berdamai tadi. Aska tersenyum kearahnya, dan dibalas oleh Fatim. Naya dan Dhea melihat tingkah Fatim kepada Aska dengan heran, mereka baikan atau balikan?

"Lo udah damai sama Aska Tim?" Tanya Naya sambil menoleh kearah Fatim dan Aska secara bergantian.

"Iya, masa lalu itu harus diikhlaskan bukan diajak ribut." Sebuah kata keluar dari Fatim yang ia maksud untuk menyindir salah satu temannya. Dhea Ramanda, baru beberapa pekan lalu gadis periang itu putus cinta dengan salah satu kakak kelasnya, bukannya berdamai tapi malah sinis-sinisan setiap kali bertemu.

"Nyindir gue?"

"Dahlah, nasib jomblo bisa apa?" Ucap Naya sambil berakting seperti orang bersedih yang ada di tv. Fatim dan Dhea menlanjutkan akting itu dengan menepuk bahu Naya seperti orang penuh kasian dan pengertian, padahal mah ketiganya ingin tertawa keras untuk hal itu.

"Woy ayu foto!" Teriak Renata yang sudah siap dengan kamera miliknya.

"Lang, Galang!" Panggil Renata dengan suara nyaringnya. Yang dipanggil alis Galang pun menghampiri Renata, mereka berbincang sebentar lalu Galang mengambil kamera milik Renata.

"Ayo ges foto!" Seru Renata si bendahara galak kelas 11 IPS-1.

Galang mengambil posisi cukup jauh dari anak kelasan 11 IPS-1, ia posisi yang bagus untuk foto sekelas ini. Fatim berdiri manis disamping kanan Dhea dan disamping nya terdapat Aska yang sedang melebarkan senyumnya. Fatim mengambil gaya chese kesukaannya, dengan cengiran gembira darinya.

Setelah beberapa kali mengambil gambar, Galang menyerahkan kamera milik Renata, Renata mengambilnya dengan senang hati. Dan sebelum pergi, Galang sempat mengusap pelan rambut coklat milik Renata. Renata bukan anak bandel yang hobinya coret-coret rambut, rambut coklat milik Renata memang sudah bawaan sejak bayi. Renata Adibara dan Galang Pasha adalah couple goals SMA Garuda ini, akh sudah sejak kelas 10 semester dua mereka menjalankan hubungan ini.

"Ren, nanti kirim ke grup ya semuanya!" Teriak Muntaz, dari arah yang cukup jauh. Dilihatnya Aska berjalan disamping Muntaz sambil bercanda dan tertawa bersama Muntaz si otak encer.

Renata yang baru saja sadar ada yang meneriaki nya, langsung planga-plongo mencari si pemanggil. "Tadi ada yang manggil gue ya?" Tanya Renata sambil celingak-celinguk kesana kemari.

"Iya, Muntaz. Dia minta dikirimin semua fotonya ke grup kelas." Jawab Fatim enteng, ia masih fokus menatap layar kamera memperhatikan seluruh foto yang tadi baru saja diabadikan.

🥀

Fatim menyeka keringat didahinya yang sudah bercucuran sejak tadi. Ia lelah, hari ini ia lelah. Fatim duduk bersender disofa yang terletak di depan panggung pensi. Sengaja para OSIS menyediakan sebuah sofa untuk para guru-guru yang menonton. Ia mengelap lagi dahinya dengan tisu yang sengaja ia bawa dari rumah.

"Capek ya?"

Fatim menoleh kaget, dilihat Fateh sedang duduk manis disampingnya. Fateh menoleh kearah Fatim yang masi tak percaya, Fatim rasanya ingin lari. "Iya." Hanya itu jawaban yang mampu keluar dari mulut Fatim, ia harus bersikap dingin sekarang.

"Nanti pulangnya mau diantar lagi gak?" Tanya Fateh sambil tersenyum dan menoleh kearah Fatim yang sedang berusaha menormalkan detak jantungnya.

"Gausah, makasih."

"Kenapa?"

"Gue dijemput Ka Anya." Ketus Fatim lalu beranjak pergi meninggalkan Fateh yang masih keheranan dengan berubahnya sikap Fatim.

Aneh. Satu kata yang mendeskripsikan Fatim dikepala Fateh saat ini. Gak biasanya itu anak kayak gitu, apa gue ada salah? Batin Fateh yang masih menatap kepergian Fatim.

Selang setelahnya, Meta datang dengan tas biru yang ia bawa dipunggung, tersenyum dan duduk disamping Fateh.

"Fateh, gue nebeng pulang sama lo ya. Supir gue gak bisa jemput."

🥀

heiyo!

sekarang aku udah rajin update nih, keep active karena nanti mungkin aku bakal boompart dalam satu hari.

-naii

SILENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang