14 • silent

649 40 0
                                    

Ini adalah hari ketiga Fatim menjauhi Fateh, berat rasanya. Kini Fateh menatapnya dingin kembali, seperti dahulu ketika baru bertemu. Mungkin inilah yang terbaik untuk keduanya. Fatim juga sering memergoki Fateh dan Meta berjalan bersama, sakit, tapi memang ini harus dilakukan. Sebuah kenyataan menyakitkan.

Fatim menunduk, mengingat kembali kejadian manis bersama Fateh dulu, walaupun sebentar, yang penting ia telah merasakannya, ia rindu, benar-benar rindu. Fateh lah yang membuatnya bangkit ketika ia jatuh, membuatnya melupakan Aska. Fateh memang baik, tapi yang ia lakukan untuk Fatim berbeda rasanya.

Mumpung sekarang jam kosong, ia berniat untuk tidur, melepas keluh dan pikiran yang ada. Dhea yang asik mengurusi PMR karena beberapa hari lagi sekolah mereka akan menjadi tuan rumah dalam ajang lomba basket, dan Naya ya kalau gak tidur paling makan di kantin. Tadi Naya sempat mengajak Fatim untuk pergi ke kantin, tapi Fatim menolak-nya dengan alasan tidak lapar.

Fatim mulai memejamkan matanya, membiarkan tas nya menjadi bantal untuk kepalanya, membiarkan dirinya masuk ke alam mimpi walaupun sejenak, membiarkan dirinya untuk tidak memusingkan semua masalah yang ada.

🥀

"Gila bro, Zea sama Arga jadian? Gak nyangka gue, perjuangan Arga gak sia-sia." Ucap Revan lalu memberi tepuk tangan, para wanita didepannya hanya tertawa kecil, Revan memang kalau sudah ketemu yang namanya gibah pasti ikut.

Fateh memalingkan wajahnya kearah jendela kelas, mood nya sedang tidak baik hari ini. Perasaannya gelisah, entah mengapa semenjak Fatim menjauhinya, ada perasaan tidak enak yang mendatangi dirinya.

Ia mengeluarkan ponsel dari sakunya, mencoba mengecek notif, ya ada dari salah satu orang yang mencoba mendekati dirinya akhir-akhir ini. Ia langsung membuka dan membalasnya, Meta Ghiana sering sekali mengirim pesan untuk dirinya.

Meta Ghiana :
Fateh, nanti pulang sekolah
bisa anterin ke toko buku
sebentar gak?

Fateh membacanya terlebih dahulu, kenapa gadis itu tidak memberitahunya langsung? Padahal mereka sekelas. Sebenarnya hari ini Fateh tidak ada kegiatan apa-apa, hari ini ia juga libur latihan bulu tangkis untuk turnamen nanti, jadi mungkin ia akan menerima tawaran gadis itu.

Fateh Ramadhan :
Bisa, tapi gak bisa sampai malam
banget, karena harus jaga adek.

Dia tidak berbohong soal ia harus menjaga adiknya, sang bunda belum kunjung pulang, ayah masih pergi melaut. Firga Dewantara memang sudah meninggalkan kedua anak dan istrinya sejak lama, Firga yang ditawari pergi melaut dinegri sebrang, harus rela merantau dan meninggalkan buah hati serta istri.

Belum hitungan menit, Meta sudah menjawab pesan Fateh.

Meta Ghiana :
Oke. Nanti pulang sekolah
gue tunggu diparkiran yaa.

Fateh hanya membacanya, pikirannya sekarang terbang ke Fatim. Perempuan itu, sungguh menyusahkan hati Fateh akhir-akhir ini. Sikap manis dan polosnya, membuat Fateh terkadang ingi  melindunginya.

Fateh sengaja bersikap dingin akhir-akhir ini kepada Fatim. Cowok itu berharap Fatim akan bereaksi lebih, tapi sama saja. Mungkin hanya Fateh yang mempunyai perasaan lebih kepada gadis periang itu, dan itu akan menjadi sebuah perasaan rahasia.

Fateh bangkit, ia tak tahu tubuhnya akan membawanya kemana, yang penting ia butuh ketenangan. "Lo mau kemana?" Tanya Revan dengan sedikit mendongak.

"Cari angin aja, disini sumpek." Jawab Fateh dengan asal. Revan hanya menanggapi nya dengan tawa yang cukup besar, hingga ia cukup mereka jadi pusat perhatian dikelasnya.

Fateh sadar, bahwa sedaritadi Meta memandangnya, cukup risih tapi Fateh pura-pura seolah tidak tahu saja. Ia bingung harus kemana, keadaan sekolah cukup ramai, apalagi ini jam istirahat.

Dan karena Fateh butuh ketenangan, ia memutuskan untuk pergi ke perpustakaan, mungkin itu akan sedikit menenangkan. Ditambah, sebentar lagi ia akan ada ulangan fisika, jadi bisa lah sambil baca-baca.

Dan sekarang ia telah sampai diruangan hening ini, ia melihat ada beberapa anak yang memang rela menghabiskan waktu istirahat di perpustakaan. Dan tiba-tiba mood untuk belajar nya hilang, ia berjalan menuju rak komik dan mengambil komik asal satu disana, lalu membawa ke meja yang sepi.

Ia duduk dimeja paling ujung, sengaja, ia niatnya memang tidak ingin membaca buku, hanya menenangkan diri. Fateh mengambil handpone dari saku baju, lalu memainkan handphone itu untuk menghilangkan rasa bosan.

"Buku-nya dibaca atuh." Suara lembut itu, terakhir kali Fateh mendengarnya 8 bulan yang lalu. Fateh sontak menoleh kebelakang, gadis berhijab putih sedang tersenyum kearahnya, masih senyuman yang sama.

"Ra, Zahra!" Seru Fateh tak percaya, hingga membuat beberapa penghuni perpustakaan menatap kearahnya.

"Loh kok, lo ada disini?" Tanya Fateh masih tak percaya, Zahra hanya terkekeh kecil.

"Ara liburan sama keluarga ke Jakarta cuma sebentar, nanti hari minggu Ara pulang. Kebetulan Ara kangen sekolah, yaudah Ara kesini. Niatnya cuma iseng ke perpustakaan, eh malah ketemu kamu." Jawab Zahra dengan logat sundanya. Zahra mengambil duduk disamping Fateh, yang masih berdiri tak percaya.

"Duduk atuh Fateh, diri terus apa gak capek?" Tanya Zahra, Fateh hanya mengangguk lalu duduk ke tempat semula. Ia masih tak percaya apa yang baru saja terjadi.

Keduanya diam, semuanya hening. Zahra masih menatap ke sekeliling perpustakaan, jujur, Zahra rindu sekolah ini. Dan Fateh masih berfikir tak percaya, apakah gadis didepan ini nyata atau hanya haluan belaka?

"Kamu tinggian ya, gemukan juga Teh. Ara teh kangen banget sama sekolah ini, sama Nesya, Bianca juga. Tadi Ara sempet ketemu sih, kangen banget habisan." Ucap Zahra sambil tersenyum riang. Tak banyak juga murid di perpustakaan menatap Zahra.

"Lo apa kabar disana Ra?" Tanya Fateh gugup.

"Baik, orang disana ramah pisan, Ara betah. Tapi Ara juga susah buat lupain Jakarta sama Bandung. Nanti kamu kapan-kapan main kesana, nanti Ara kasih unjuk tempat bagus." Ujar Zahra sambil mengacungkan ibu jarinya.

"Ra, lo kenapa gak pernah kabarin gue lagi sih?" Tanya Fateh dengan yakin, ia mau Zahra menjawab semua kegelisahan Fateh dulu.

"Ara ganti nomor, mau ngechat kamu, cuma Ara takut ganggu. Yaudah Ara diam, terus pas tau Abi mau ngajak nge Jakarta, Ara kepikiran buat ketemu sama kamu." Jawab Zahra. Jujur, Fateh suka dengan nada bicara Zahra, lucu.

"Oiya Fateh, nanti sore mau temenin Ara jalan-jalan sebentar gak?"

🥀

Hai

gak nyangka udah sampai chapter 14 aja, rencananya sih cuma sampai chapter 30-40an cerita ini.

yaudah aku gatau ini mau ngetik apa lagi, yang penting di vote dan comment, see u.

nai.

SILENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang