20 • silent

565 41 10
                                    

First Impression Fatim untuk sekolahnya sementara ini adalah, luas. SMA Pancasila memang menjadi salah satu SMA favorit di Jakarta, bukan hanya karena luas, tapi sekolah ini juga melahirkan siswa-siswi berprestasi. Fatim saja masih tak percaya ia akan terpilih menjadi salah satu murid yang ikut pertukaran pelajar.

Fatim dan yang lainnya sekarang berada disalah satu ruangan. Mereka sedang dijelaskan tentang sistem dan tata tertib sekolah oleh salah si ketua OSIS.

"Sudah mengerti? Kalau begitu saya akan memberi tahu kalian kelas mana yang akan kalian tempati." Ucap Arga, sang ketua OSIS. Ia mengambil selembar kertas putih berisi daftar siswa dan kelas. 

"Adyla Athala Azalea, Siti Fatimah Artyana, XI IPS-3. Abimana Firdaus, Marsha Adeva, XI IPA-2. Muhammad Rayhan Aldo, Adhila Zivana Syahira, XI IPS-2."  Sambung Arga, lalu meletakkan kertas tadi diatas meja.

"Untuk kelas 11 ada di lantai dua, nanti ada papan kelas, kalian cari aja, sekalian berkeliling sekolah buat tahu ruangan. Sudah selesai, saya pergi dulu." Ucap Arga, lalu ia keluar dari ruangan tersebut.

"Kayaknya gue ternistakan banget ya Tim, gue anak IPA jadi IPS, mampus gue. Pengalaman si pengalaman, tapi gak gini juga. Untung nilai sejarah gue gak jeblok-jeblok banget." Keluh Athala yang seddang mempasrahi keadaan.

"Yaudahlah, ayo cari kelas." 

🥀

Kini dua perempuan itu sedang berada didepan kelas yang sudah diberi tahu oleh Arga tadi. Fatim dan Athala sama-sama menghela nafas, mereka takut first impression para anak kelas akan buruk untuk keduanya.

Athala memberanikan diri untuk membuka pintu kelas tersebut. Mendadak satu kelas hening, dan guru yang sedang mengajar pun langsung menoleh.

"Assalamu'alaikum."

"Waalaikumsalam."

"Kamu siswi pertukaran pelajar itu ya, mari masuk lalu perkenalkan diri kalian." Sambung guru tersebut, dari perkataannya sudah terlihat bahwa ia wanita yang ramah.

Athala dan Fatim melangkah ragu menuju guru tersebut. Keduanya tak ada yang berani menatap seisi kelas yang masih penasaran siapa kedua gadis tersebut.

"Kamu dulu nak, perkenalkan diri silahkan, tidak usah malu-malu."

Athala maju satu langkah, lalu menarik nafas sebentar, ia harus percaya diri. Athala tersenyum.

"selamat pagi. Perkenalkan nama saya Adyla Athala Zevana, kalian bisa memanggil saya Athala. Salam kenal." Gadis itu lalu mundur satu langkah.

Kini giliran Fatim, gadis itu tampak gugup. Fatim maju satu langkah, dan menarik nafas sebentar untuk menghilangkan rasa gugupnya yang begitu besar.

"Halo, nama saya Siti Fatimah Artyana, saya akrab dipanggil Fatim, semoga kalian senang dan mau berteman dengan saya." Fatim tersenyum setelahnya, lalu menyamakan jarak dengan Athala yang satu langkah dibelakangnya.

"Itu ada dua bangku kosong dibelakang, kalian bisa menggunakannya selama pertukaran pelajar, silahkan."

Kedua gadis itu menuruti perkataan guru tersebut, dan segera mengambil langkah menuju kedua meja yang tertata rapih dibelakang sana.

"Halo, gue Devin."

🥀

Athala menahan rasa lapar yang sudah datang sejak pelajaran terakhir sebelum istirahat. Kedua gadis itu ingin saja keluar dan membeli makanan di kantin, tapi dengan seragam berbeda dan wajah yang asing, membuat mereka akan menjadi pusat perhatian. Terpaksa keduanya menahan lapar dan menunggu siswa pertukaran pelajar yang lain menghampiri keduanya. Tapi nihil, dari mereka tidak ada satu pun yang datang.

Fatim menempelkan kepalanya di tangan yang terlipat diatas meja. Ia lapar, tapi bekal roti nya sudah habis akibat ia makan tadi saat perjalanan menuju sekolah ini. Jika ia nekat pergi ke kantin dan menjadi pusat perhatian, sudah mereka lakukan sejak tadi.

"Kenapa gak ke kantin? Gak laper?"

"Eh Jess, gak tadi kita udah makan kok, jadi gak laper lagi tenang aja, hehe. Kalian habis darimana?" Tanya Fatim dengan senyum terpaksa.

"Habis dari kantin. Gak usah bohong gitu kali, tuh liat muka teman lo kayak orang kesiksa gara-gara laper. Karena gue yakin kalian gak bakal berani ke kantin di hari pertama, kita bawain kalian bakso nih."

Athala langsung menegakkan badannya, menatap bakso didepannya dengan tatapan senang. Akhirnya tidak sia-sia gadis itu menahan lapar.

"Eh serius? Gila makasih banget lo Jess, Dev. The best lah kalian!" Seru Athala dengan girang.

Gadis berkuncir satu itu langsung menyantap makanan didepannya ini dengan lahap. Jessica terkekeh pelan melihat kelakuan Athala yang menggemaskan ketika makan.

Fatim menyenggol pelan temannya, lalu berusaha tersenyum minta maaf kepada kedua teman yang baru mereka kenal atas sikap Athala. "La, jaga sikap anjir, beda sama sekolah lo ini."

"Lo lucu La kalau kayak gitu, haha." Ucap Devin.

🥀


Fateh menarik nafas lega, akhirnya ia selesai juga mengerjakan tugas yang diberi Bu Yeni dengan tidak tanggung-tanggung. Pria itu bangkit, lalu maju untuk mengumpulkan tugas yang telah ia selesaikan.

"Lo udah selesai? Gila hebat banget, salut gue." Ucap Dinda, siswi pertukaran pelajar yang cukup tenar akibat paras cantiknya.

Fateh hanya tersenyum, lalu kembali fokus dengan buku-buku yang ada didepannya. Tidak seperti laki-laki lain, Fateh tidak terlalu tertarik dengan Dinda, walaupun Fateh akui bahwa gadis itu memang benar-benar cantik.

Dinda menghela nafas, baru kali ini ia diangguri oleh laki-laki. Dan hal ini yang cukup membuat Dinda tertarik dengan siswa disebelahnya. Dinda menoleh sedikit, menatap sebentar pria disebelahnya yang sedang fokus membaca buku.

Kalau laki-laki berusaha mengajaknya berbicara, berbeda dengan Fateh yang hanya diam tak mencari topik untuk keduanya. Jarang sekali seorang Dinda tertarik kepada pria yang baru ia kenal, dan mungkin ia akan berusaha sedikit untuk menarik perhatian pria disebelahnya.

"Fateh, lo bisa ajarin gue yang nomor 5 gak, gue gak ngerti, disekolah gue baru diajarin setengah." Pinta Dinda.

🥀


haiiii

akhirnya aku up setelah sekian lamaa.
nanti sekitar sorean aku up lagi yaa, tenkyuuu-!

-nai

SILENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang