Sinar matahari yang masuk melalui celah gorden abu-abu berhasil membuat sosok yang tengah tidur itu terbangun. Bola mata hitamnya terlihat masih mengantuk.
Untuk beberapa menit,ia masih terdiam, mengumpulkan nyawanya yang tercecer selama tidur. Lalu ia mulai bangun beraktifitas.
Seperti kebiasaannya setiap hari, bangun tidur ia mandi lalu berpakaian dan sarapan. Sekilas ia mengamati dirinya dalam cermin. Tubuh tinggi dan kulit pucat,sangat kontras dengan bibir merah alami miliknya,begitupun dengan rambut dan mata hitam kelamnya. Mata yang menyorot malas.
Sarapannya juga sudah diantar kedepan kamarnya.
Ia lalu memakan sarapannya dalam diam sambil mengomentari makanannya dalam hati.
Jujur ia menyukai masakan milik gadis daripada masakan dari koki rumah utama. Cita rasa pelayan sejati memang tidak dapat dikalahkan.
Hidup dalam keluarga Sanjaya membuatnya tahu seperti apa keluarganya. Dia juga tahu gadis yang bekerja disini adalah dari keluarga Wirawan,keluarga yang telah menjadi abdi mereka dari jaman dulu.
Setelah memakan sarapannya,ia berniat ke perpustakaan pribadinya dibawah. Tetapi sebelumnya harus ia beritahu pada pelayannya untuk membersihkan ruangan dilantai dua. Ia mengambil ponselnya dan mengetik pesan kepada pelayan baru tersebut.
Dengan hati-hati ia melangkah keluar tanpa menimbulkan suara, menuruni tangga besar yang melintang.
Ia tidak menggunakan lift karena takutnya gadis itu juga menggunakan lift. Ia tidak mau bertemu siapa pun sekarang.
Sesampainya dibawah, ia berjalan kearah perpustakaan dibagian timur mansion ini. Ia membuka pintu dan bau buku-buku tua langsung tercium di hidung mancungnya.
Ia kemudian meneliti buku-buku yang datang pagi ini dan tersenyum puas dengan hasil kerja pelayan itu.
Darah dari keluarga seorang abdi, memang tidak diragukan lagi.
🌹🌹
Bella menatap ponsel ditangannya yang menampilkan pesan dari Tuan Misterius itu.
Ia menyuruh Bella membersihkan lantai dua. Dan selama dua minggu ini, ruangan lantai dua yang dibersihkan Bella cuma ruangan miniatur itu. Jadi ini kesempatan untuk Bella menjelajah lantai dua.
Selama ini ia hanya tahu ruangan dilantai dua adalah kamar Tuan Misterius dan ruangan miniatur. Padahal banyak pintu disana dan jangan lupakan lorong-lorongnya yang membingungkan.
Bagaimana bisa dirumah ini hanya tinggal dirinya seorang. Rumah atau mansion? atau mungkin ini adalah kastil? siapa yang bisa menebak?
Kadang Bella berpikir jika tuannya ini adalah orang anti sosial. Tidak sekalipun ia melihat sosok itu bahkan dalam potret sekalipun. Di ruang tamu hanya ada potret Tuan dan Nyonya Sanjaya sendiri. Ia juga tidak pernah melihat wajahnya di berita maupun surat kabar. Hanya namanya saja yang menyebutkan bahwa ia merupakan pewaris dari kerajaan bisnis keluarga mereka.
Mereka juga berkomunikasi menggunakan media pesan atau setelah itu tidak. Tidak ada kontak apalagi.
Apa Tuan Misterius mengidap penyakit aneh sampai Orang saja tidak tahu bagaimana rupanya? Dia ini terlihat seperti orang yang diisolasi dari dunia luar.
Bella lalu membuang jauh-jauh pikirannya itu dan mulai membersihkan lantai dua dimulai dari kamar sang pemilik rumah.
Kamar ini terlalu besar! saking besarnya, Bella seolah merasa berada di stadion bola. Ok ini bercanda.
Kasur king size berwarna hitam dengan dua nakas yang mengapitnya. Jendela-jendela yang besar dengan gorden menjuntai menyentuh lantai yang indah. Tempat tidur berhadapan langsung dengan jendela besar itu.
Ada juga pintu menuju wolk-in closet dan kamar mandi. Kamar mandinya sungguh mewah dengan bathup yang besar. Bella rasanya ingin berendam disini lama-lama.
Kamar ini terlihat rapi dan bersih tapi tercium aroma mawar dikamar ini.
Bukannya ini kamar pria dewasa?
Agak aneh saat mengetahui kamar ini berbau mawar padahal ini adalah kamar pria yang sudah dewasa. Biasanya ia membaca di novel,kamar pria dewasa pasti berbau musk,atau sesuatu yang terasa jantan. Bukan malah bau seperti wanita dewasa begini.
Bagaimana bisa seleranya begitu aneh!
Tapi terlepas dari itu,kamar ini terlihat sangat pria. Dengan warna hitam dan abu-abu yang mendominasi juga sedikit putih di beberapa bagian. Terkesan aneh,namun entah kenapa menyenangkan mata.
Bella hanya membersihkan beberapa bagian kamar dan mengelap sisanya karena kamar ini juga lumayan bersih. Ia juga mengambil pakaian kotor di keranjang.
Saat tengah sibuk mengelap beberapa barang di kamar ini, tidak sengaja ia melihat binder di nakas tempat tidur. Karena penasaran, diambilnya binder itu lalu dibukanya.
Matanya membulat tak percaya apa yang ia lihat. Mulutnya terbuka lebar mengagumi gambar didepannya.
Jemarinya lalu membuka lembaran binder itu dan terus berdecak kagum pada tuannya. Gambarannya sangat indah dan terasa hidup.
Ternyata tuannya ini punya jiwa seni. Kembali ia mengingat perkataan kakeknya yang mengatakan bahwa impiannya itu sia-sia saja. Padahal apa yang salah dengan menjadi seorang penulis buku.
Impiannya harus kandas karena tradisi konyol itu. Bagaimana bisa di era milinea begini masih ada orang yang berpikir kolot begitu. Menjadikan sebuah keluarga sebagai abdi mereka. Rasanya ia ingin tertawa.
Bella menaruh binder itu dan kembali melanjutkan pekerjaannya. Dalam hati ia berjanji,ia sendiri yang akan menghapus tradisi tersebut. Dan sekali lagi kalau ia bisa.
🌹🌹
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty And The Beast?
RomanceKebebasan yang diimpikan apakah bisa diraih? Segala tantangan yang dihadapai oleh keduanya,mengajari arti dari kebersamaan. Ini hanya kisah sederhana. Bagaimana cara untuk melepaskan diri dari belenggu yang terus mengurung.