Banyak yang berubah. Setelah perkataannya waktu itu telah banyak yang berubah diantara Belle dan Alex. Yang paling mengalami dampak dari semua itu adalah Belle tentu saja.
Bagaimana sikap seorang Alex Sanjaya padanya yang terkesan lembut dan hati-hati juga tatapan mata yang penuh pemujaan dan jangan lupa pada jantung Belle yang selalu berdetak abnormal jika mendapat tatapan seperti itu.
Belle tahu. Sangat tahu kalau ia sekarang telah jatuh pada pesona seorang Alex Sanjaya. Bahkan dari awal, sejak ia pertama kali melihat Alex ditaman. Sejak ia menjaga pria itu dikamarnya. Sejak ia menggenggam tangan pria itu. Sejak pria itu mengatakan ia ingin sembuh.
Bahkan yang lebih lucunya, saat pria itu mengatakan ia ingin sembuh, Belle diam-diam berharap bahwa Alex ingin sembuh karenanya.
Pikirin konyol apa itu?
"Kenapa tertawa?"
Belle terkejut mendengar pertanyaan itu. Ahh dia lupa, dia sekarang sedang bersama orang yang selalu membuat jantung berdebar.
"Apa ada yang lucu?" tanya Alex lagi.
Sialan, bahkan wajah bingungnya begitu manis.
"Ah tidak ada. Hanya saja aku terkejut pria sepertimu bisa merajut." jawabnya.
Alex memperhatikan rajutan ditangannya sebentar kemudian terkekeh.
"Aku selalu melakukannya jika tidak ada yang ingin kulakukan untuk mengisi luang."
"Kau hebat bisa melakukannya. Darimana kau belajar?"
"Otodidak."
Belle mengerjap tidak percaya. Alex yang melihatnya kembali terkekeh. Ah nikmat Tuhan mana yang kau dustakan?
"Aku mempelajarinya dari internet. Karena terlihat menyenangkan juga bermanfaat aku jadi menyukainya."
Ah satu hal yang baru diketahui oleh Belle tentang Alex. Pria itu selalu melakukan hal yang menurutnya bukan hanya menyenangkan tapi juga harus bermanfaat. Jika hanya menyenangkan tapi tidak bermanfaat, jangan harap ia akan melakukannya.
"Lalu kau membuat apa sekarang ini?"
"Sweater...untukmu."
"Untukku?" Belle tak bisa menyembunyikan rasa senangnya. Ia bahkan tak sadar saat dirinya memegang tangan Alex.
"Terimakasih!"
"Kau kelihatan senang sekali."
"Tentu saja. Karena ini hadiah darimu."
Erik menghentikan gerakan tangannya dan memandang Belle lekat. "Hadiah...dariku?" Tanyanya pelan. Belle hanya mengangguk sambil masih tersenyum.
"Kau tahu, ini pertama kalinya aku mendapat hadiah dari pria selain keluargaku. Aku senang sekali."
Alex tersenyum senang. Fakta bahwa ia satu-satunya pria yang memberi hadiah untuk Belle membuatnya sangat senang. Ia berdehem kecil untuk menutupi senyumannya kemudian lanjut merajut.
"Oh yah. Memangnya kau tidak pernah dekat dengan pria lain selain keluargamu sebelumnya?" Alex merutuki jiwa ingin tahunya itu karena dengan lancangnya bertanya,namun ia benar-benar penasaran.
Belle terdiam sejenak menimbang apakah harus ia jawab dengan jujur atau tidak.
"Ada kok. Tapi teman doang." Ujarnya. Ia memainkan jarinya, kebiasaanya jika sedang berbohong.
Mood Alex yang tadinya bagus, langsung jatuh karena jawaban Belle. Oh dia tidak akan berbohong kalau dia memang cemburu. Bahkan hanya memikirkannya saja membuat Alex marah.
"Cuma teman'kan? Gak lebih?"
Ok. Sebenarnya Belle bingung kenapa Alex terlihat berwajah masam itu namun karena ia tidak ingin membahas hal yang ia hindari ini, jadi ia hanya mengangguk saja.
Alex menghela nafas. Walaupun Belle mengatakan mereka teman,itu tidak membuatnya cukup lega. Ia tahu gadis itu menyembunyikan sesuatu padanya dan ia tidak suka itu.
Selama beberapa bulan tinggal bersama, ia sudah merasa dekat dan mengenal Belle dengan baik. Namun masih ada saja yang membuatnya tidak puas.
Dia ingin tahu semuanya tentang gadis itu. Semuanya.
****
Belle tengah berjalan-jalan ditaman ditemani Alex, tentu saja. Dengan mantel coklat kotak-kotak dan rambut panjangnya yang ia gerai, membuatnya terlihat sangat cantik di mata Alex. Bahkan tampak belakangnya terlihat cantik.
Dengan diam-diam Alex memotret punggung cantik Belle saat gadis itu berjalan di depannya.
Yah hobi Alex sekarang adalah memotret Belle.Dengan senyum manis ia memeriksa satu-satu kameranya. Banyak sekali foto Belle yang ia ambil secara Candid. Tentu saja karena gadis itu tak tahu kalau ia di foto.
Seperti stalker saja.
"Kau liat apa sampai tersenyum begitu?"
Alex yang terkejut segera menyembunyikan kameranya walaupun ia tahu itu mustahil karena Belle sudah melihatnya.
"Kau memotretku?" tanya Belle langsung.
Alex mengerjap lalu menggeleng cepat. Wajahnya dibuat sepolos mungkin dengan puppy eye's yang membuat Belle menjerit dalam hati.
Belle menenangkan jantung sebelum secara perlahan mengelus kepala Alex pelan.
"Aku tidak marah, tenang saja. Kalau mau memotret, beritahu saja. Aku akan bergaya nanti." ujarnya dengan senyum tulus.
"Begini-begini aku pandai bergaya loh." tambahnya dengan tawa berderai. Mau tidak mau Alex pun ikut tertawa melihat tawa Belle itu.
Sangat cantik.
****
Kambek dengan Alex-Belle. Mian nunggu lama soalnya banyak persoalan dunia nyata yang harus diurus.
Jujur aku mulai kehilangan Feel buat nih cerita. Tapi satu orang yang buat aku meneruskan cerita ini, dan berpikir kalau 'aku gak boleh ngecewain dia'.
Yes makasih buat AstridDealer.
Terakhir makasih buat yang udah baca nih cerita walaupun absurd.
See you 🌹
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty And The Beast?
RomanceKebebasan yang diimpikan apakah bisa diraih? Segala tantangan yang dihadapai oleh keduanya,mengajari arti dari kebersamaan. Ini hanya kisah sederhana. Bagaimana cara untuk melepaskan diri dari belenggu yang terus mengurung.