Belle tengah meminum air dingin dengan brutal. Ia benar-benar kehausan dan lelah. Seharian ini ia harus membersihkan Rose Garden yang luasnya berhektar-hektar.
Aku pasti akan mati!! teriak Belle dengan histeris.
Penampilannya benar-benar berbeda dengan beberapa jam lalu sebelum melakukan tugasnya. Rambut yang awut-awutan dan wajah yang terlihat kotor serta dekil. Ia layaknya gembel.
Tugas yang diberikan sebenanya belumlah selesai,hanya saja beberapa pengurus taman dari Mansion besar datang karea diperintah oleh Tuan besar itu!
Harusnya dari awal jangan menyuruhnya! Ini namanya penyiksaan tahu!!
Ingin sekali Belle berteriak seperti itu padanya.
Belle menghembus nafas pelan. Dilihatnya kedua tangannya yang sekarang kotor dan luka- luka akibat kegiatannya tadi.
Jika saja tak ada tradisi konyol tersebut, mungkin sekarang Belle tengah berada diruangannya sendiri, ditemani segelas teh dan macaron kesukaannya, ia akan menyusun kerangkanya ceritanya, atau sedang repot mencari ide untuk membuat buku karyaku sendiri.
Namun kini impian tinggal impian. Ia harus terjebak di tempat ini dengan seorang Tuan muda aneh.
Tunggu ,kenapa tidak kujadikan saja ini sebagai ceritaku.
Seorang gadis manis harus tinggal satu atap dengan pemuda aneh karena ada perjanjian antara keluarganya dan keluarga pemuda tersebut. Namun pemuda tersebut selalu menyiksanya dan berbuat kasar pada gadis tersebut. Gadis tersebut menerima semua perlakuan buruk sang pemuda dengan lapang dada karena rasa cinta yang diam-diam tumbuh dihatinya. Hingga pemuda tersebut jatuh cinta karena ketulusan hati gadis itu dan akhirnya mereka menikah lalu hidup bahagia. Tamat.
Belle tersenyum saat membayangkan cerita yang akan ia buat nanti, namun senyumnya pudar saat mengingat satu hal.
Sialan. Kenapa terdengar seperti cerita Beauty and the Beast? cibirnya pada diri sendiri.
Tanpa ia sadari, sedari tadi ada yang tengah memperhatikannya.
Alex tengah berdiam diri diperpustakaan miliknya. Lebih tepatnya ia melamun, bahkan buku dipangkuannya ia biarkan saja.
Pikirannya menerawang pada gadis pelayan itu. Secara tak sengaja ia tadi memperhatikan tingkah gadis itu dari lantai dua yang langsung menembus dapur.
Gadis itu terlihat kesal dengan bibir yang terus mengerucut lucu. Wajahnya memerah dan rambut serta badannya yang kotor dan awut-awutan. Lalu beberapa detik kemudian ekspresi kesal terganti menjadi bahagia seolah ia memenangkan lotre kemudian berganti lagi menjadi kesal dan diikuti dengan rutukan dari bibirnya.
Alex tersenyum kecil mengingat tingkah Belle yang menurutnya lucu. Bagaimana bisa ia sangat mirip dengan Tiny, tupai kecilnya yang manis.
Bahkan saat ia mengerucutkan bibirnya itu, pipinya yang chubby menggembung bagai tupai.
Kali ini Alex bukan hanya tersenyum kecil namun terkekeh sambil menggeleng kepala heran. Ahh sepertinya hidupnya tidak akan membosankan lagi.
Satu minggu empat hari telah lewat saat peristiwa yang mengenaskan itu terjadi. Keadaan kembali tenang namun tidak dengan kehidupan Belle.
Tiap harinya diisi dengan perintah dan peratura-peraturan baru yang masuk akal dan tidak. Belle nyaris mengumpati Alex karena hal itu.
Seperti sekarang ia harus bolak-balik naik turun tangga hanya untuk mengantar pesanan Alex yang aneh-aneh. Sekarang ia tengah mencari saputangan pria tersebut yang ia hilangkan entah dimana.
Bukannya kau sendiri yang lupa menaruhnya dimana, harusnya kau cari saja sendiri sialan! Umpatnya dalam hati. Ia terus menyusuri koridor sepi itu sambil menunduk. Posisisnya sekarang seperti ayam yang tengah mencari makan. Menggelikan.
Saat sibuk mencari handphonenya berbunyi dari dalam saku. Ia mengambilnya dalam gerakan malas karena sudah tahu siapa yang mengirim pesan tersebut. Namun setelah membaca pesannya, amarah yang sedari tadi dipendamnya keluar.
Ia berteriak seperti orang gila di tengah lorong yang sepi sambil mencaci maki pengirim pesan tersebut. Lalu dengan amarah yang masih menggebu ia memukul-mukul pintu salah satu ruangan dilorong tersebut.
Alex sialan!! Kau pikir siapa dirimu?!?! Berani-beraninya kau hanya karena kau orang kaya jadi kau mempermainkan aku seperti bonekamu! ujarnya sambil masih menendang pintu yang tak bersalah tersebut.
Ia harus melampiaskan kekesalannya pada sesuatu atau ia akan mendatangi pria itu dan mencekik lehernya. Ia masih agak waras untuk tidak melakukan hal itu.
Ia masih memukul, menendang dan mencaci maki Alex, tanpa tahu bahwa orangnya sendiri sedang tertawa terpingkal-pingkal didalam ruangan khusus dengan banyak monitor yang menampilkan semua ruangan di Mansion miliknya.
Ia lalu menatap tajam kearah salah satu monitor yang menamplkan wajah merah Belle yang masih mengeluarkan kata-kata kasar, sebelum senyum miring tercetak di wajahnya.
Ahhh.kau manis sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty And The Beast?
RomanceKebebasan yang diimpikan apakah bisa diraih? Segala tantangan yang dihadapai oleh keduanya,mengajari arti dari kebersamaan. Ini hanya kisah sederhana. Bagaimana cara untuk melepaskan diri dari belenggu yang terus mengurung.