15

121 7 3
                                    

🌹🌹🌹

“Sesekali ajaklah dia keluar untuk melihat dunia diluar sana. Perkenalkan dia pada orang lain. Mungkin ini akan sulit, tapi aku yakin kau bisa melakukannya. Aku percaya padamu.”

Belle menghembus nafas panjang, sebelum mengangguk. “Iya dokter. Akan saya coba. Terimakasih.” Ia kemudian mematikan sambungan teleponnya dengan Dokter Ian. Kembali ia memikirkan perkataan Dokter Ian tadi.

Aku percaya padamu.

Jujur, Belle sangat membenci kata-kata itu. kaarena menurutnya itu membuat bebannya makin bertambah. Kakeknya percaya padanya, keluarganya percaya padanya, dokter Ian percaya padanya, Tuan dan Nyonya Sanjaya percaya padanya dan Alex percaya padanya. Kenapa harus dia yang dipercaya?

Memang menyenangkan saat semua orang mempercayainya, namun juga beban disaat bersamaan. Tidak ingin mengecewakan mereka, ingin melakukan yang terbaik untuk menyenangkan mereka, hingga kesenangannya sendiri ia abaikan.

Belle membuang napas pelan. Ia lalu menggeleng kepalanya mencoba mengenyahkan pikiran negative dari kepalanya. Sekarang yang harus ia lakukan adalah membuat Alex sembuh, kemudian ia dapat bebas untuk mengejar impiannya.

Belle tidak menyadari tindakannya daritadi diamati oleh Alex yang juga duduk bersamanya di Ruang tengah. Akhir-akhir ini, pria itu menjadi agak normal. Ia makan dimeja makan bersama Belle, ia menonton TV diruang tengah bersama Belle, ia membaca buku bersama  Belle, bahkan ia mulai ikut membantu memasak dan membersihkan rumah tentu saja bersama Belle.

Jika dilihat, semua aktifitasnya akhir-akhir ini selalu bersama Belle. Kecuali tidur dan mandi. Kali ini mereka tengah duduk bersama di ruang tengah sambil menonton TV.  Namun yang keduanya lakukan bukanlah menonton TV melainkan sibuk dengan pikirannya masing-masing. Alex menatap Belle dalam, ia tidak suka wajah yang ditunjukan gadis itu sekarang. Apa yang dibicarakan dokter itu pada Belle?

“Apa yang dibicarakan dokter Ian?” Tanya Alex lebih dulu.

Belle melihat Alex dan mengerjap. “Oh..Ah…itu…Katanya, aku sesekali harus membawamu keluar, bagaimana menurutmu?”

Alex membulatkan matanya terkejut. “Membawaku keluar? Apa maksudnya?”

“kalau kau tidak mau, tidak usah. Aku juga tidak akan melakukannya jika kau tidak mau.” Ujar Belle cepat. Alex mencengkram lengan sofa kencang hingga jari-jarinya memutih. “Aku tidak suka diluar, aku tidak suka dengan orang-orang itu. mereka semua jahat.”

“Yang kau katakan itu benar. Manusia itu jahat. Mau sebaik apapun mereka, kita tidak akan tahu apa yang mereka dipikirkan tentang kita ,atau apa yang mereka rasakan tentang kita. Bisa saja didepannya baik namun itu hanyalah kepura-puraan belaka. Tidak ada manusia yang benar-benar baik.”

“Tapi kau baik.” Belle hanya tersenyum dengan ucapan Alex. “Lalu bagaimana denganmu? Apa kau juga baik?”

“Entahlah. Jika aku baik, aku akan menuruti perkataan orangtuaku dan tidak akan merepotkan semua orang. Jika aku jahat,aku mungkin sudah menyakiti semua orang karena menurutku mereka semua mencoba mengancamku.”

“Apa maksudmu?”

“Kau bilang aku aneh,kan? Aku memang aneh, sangat aneh hingga semua orang menjauhiku. Bukan hanya aneh, aku juga seorang monster. Kau mungkin tidak akan percaya. Aku mengasingkan diri sendiri dan tak mau menemui seorang pun, karena aku pernah menyakiti seseorang.”

“Aku takut dengan diriku sendiri. Bagaimana jika aku menyakiti seseorang lagi. Bagaimana jika aku membuat mereka terluka. Setelahnya, mereka semua membicarakanku mengataiku monster. Aku lalu mengasingkan diri dan menjadi takut dengan semua orang.”

Tanpa diduga, Belle bangkit dari sofanya dan berjalan mendekati Alex. Ia kemudian duduk disampig Alex yang masih menatapnya. Tatapan Alex seakan bertanya apa yang dilakukan Belle. Sedetik setelahnya jantungnya berdetak begitu kencang saat dipeluk oleh gadis itu. Matanya membulat dengan rona merah yang mulai merambati wajahnya. 

“Kenapa harus takut dengan mereka. Mereka itu tidak ada apa-apanya denganmu. Kau sendiri yang bilang kau itu monster,kan? Monster tidak akan takut dengan yang namanya manusia. Dan buang pikiran-pikiran negative itu. itu hanya akan membuatmu tambah buruk.” Ia lalu melepas pelukannya dan menangkup wajah Alex. Ditatapnya lekat wajah Adonis pria didepannya.

“Aku tanya, apa orangtuamu juga berpikir kau aneh dan tidak menganggapmu anak lagi? Apa aku juga berpikir kau aneh dan tidak mau dekat-dekat denganmu lagi? Tidak,kan? Apa yang kau pikirkan tidak selamanya seperti itu. Percaya pada dirimu sendiri. Dan kau bukan Monster. Mana ada monster tampan sepertimu. Kau itu seperti malaikat yang turun kebumi. Itu pikiran pertamaku saat melihatmu.”

Alex menatap Belle dalam. Betapa ia terpesona pada gadis ini, pada senyumnya, pada tawanya dan kata-kata yang diucapkannya. Dengan perlahan Alex menyentuh satu tangan Belle dipipinya dan menggenggamnya erat.

“Aku tahu bagaimana mengenyahkan pikiran-pikiran negative itu.” ucapnya pelan nyaris berbisik dan masih menatap Belle. Gadis itu hanya mengangkat sebelah alisnya. Tatapannya jatuh pada tangannya yang digenggam Alex.

“Cukup kau berada disisiku, maka aku tidak akan memikirkan apapun lagi.”

🌹🌹🌹











Beauty And The Beast?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang