"Saya pikir, Anda memiliki selera yang cukup unik. Bukan begitu?"
"Saya pikir tidak. Mungkin karena Anda tidak menyukai croissant dan Americano sehingga Anda berpikiran seperti itu, padahal sebenarnya selera saya tidak ada unik-uniknya."
"Mungkin." Dia tersenyum lagi sambil menyeruput kopinya.
Duh, Edrea, jangan menatapnya terus. Tapi sebentar, aku jadi penasaran deh, dia memang benaran turis atau bukan, ya?
"Apakah Anda adalah seorang turis?" tanyaku akhirnya.
"Ya. Anda?"
"Tidak, saya sudah tinggal di Berlin sejak saya lahir."
"Bagus kalau begitu. Apakah Anda bisa menjadi 'tour guide' untuk saya?"
"Hm?"
"Tentunya kamu lebih tahu tentang Berlin daripada saya, bukan? Oh ya, ini kali pertama saya pergi liburan ke Berlin."
"Kenapa Anda begitu yakin?" tanyaku menantangnya.
"Saya juga tidak tahu." balasnya dengan senyum itu lagi.
Aduh, kenapa dia doyan banget senyum seperti itu?
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Acquaintance ✔
Short StoryCOMPLETED. "Ini kita mau kemana?" "Ada deh. Kamu ikuti saja tour guide-mu ini, dijamin nggak bakal tersesat." Bagaimana bisa Edrea menjadi seorang pemandu wisata untuk pria yang baru dikenalnya beberapa saat yang lalu? /Acquaintance 1.0/ copyright ©...