s. e. c. h. z. e. h. n

46 7 0
                                    

"Yaudah, kamu masuk saja. Sudah disuruh masuk ke pesawat, kan?"

Aku tersenyum menanggapinya. Jujur, aku enggan meninggalkan Berlin, dan tentu saja Edrea.

Sedetik...

Dua detik...

"Hey! Kamu memikirkan apa? Ayo kamu masuk, nanti ditinggal si pesawat baru tahu."

Aku mengerjap karena sedikit kaget dan dia tertawa. Manis sekali. Aku semakin melebarkan senyumku dan masih menatapnya.

"Theo, bukannya aku sudah pernah bilang kalau setiap kamu senyum-senyum seperti itu, mataku akan sakit melihatnya?"

"Hm? Pernah, ya?"

"Stop being ridiculous, okay?"

Dan kali ini aku yang tertawa, sedangkan dia hanya menatapku kesal.

"Yaudah, aku masuk, ya. Is it okay?"

"Ya, okay. Kenapa tidak dari tadi?"

Aku kembali tertawa lalu mengacak-acak rambutnya. Dia kaget, aku bisa melihatnya.

"Yaudah, aku balik, ya. Don't miss me, please."

"Please don't be too confident, Sir."

Aku tersenyum lebar sambil melambaikan tanganku padanya, lalu berbalik dan berjalan menuju boarding room.

***

Acquaintance ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang