Aku tidak tahu pasti sudah berapa lama kami berada di dalam museum. Aku merasa lapar sekarang, dan jam tanganku sudah menunjukkan pukul 4.50 sore.
"Sekarang kita mau kemana?" tanyanya tiba-tiba padaku.
"Lho, kan kamu pemandunya, kok malah bertanya ke aku?"
"Pemandu Anda ini sedang lapar, Sir."
"Do you want to eat croissant again, Edrea?"
"I would like to, Theo. Come on, kita ke toko roti dekat sini sekarang."
***
"Beneran mau makan croissant lagi?"
"Umm.. sepertinya tidak. Makan brownies saja. Brownies di sini katanya enak, lho. Wanna try?"
"Boleh."
Aku mengambil beberapa potong brownies dan croissants, sedangkan Theo mengambil brownies dan sepotong roti gandum lalu memasukannya ke paperbag.
"Ini saja? Ada lagi?" tanya kasir wanita yang melayani kami.
"Tidak, itu saja."
Kasir itupun menyerahkan paperbag berisi roti dan kue, dan Theo mengambilnya.
"Danke!"
"Danke!"
Hah? Kenapa bisa bersamaan begitu bicaranya? Aku menatap Theo yang berada di sebelahku, begitupun dirinya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Acquaintance ✔
Short StoryCOMPLETED. "Ini kita mau kemana?" "Ada deh. Kamu ikuti saja tour guide-mu ini, dijamin nggak bakal tersesat." Bagaimana bisa Edrea menjadi seorang pemandu wisata untuk pria yang baru dikenalnya beberapa saat yang lalu? /Acquaintance 1.0/ copyright ©...