Kopi Americano dan croissant-ku sudah habis, tapi jujur saja, aku belum mau pulang. Tak biasanya aku begini. Croissant dan kopi miliknya juga sudah habis. Dia bilang dia tidak terlalu suka, tapi habis juga. Aneh.
"Do you mind if we get acquainted?" tanyanya tiba-tiba sambil melipat tangannya di meja dan menatapku dengan hangat.
"Hm? Oh, umm..."
Dia mengangkat alisnya dengan senyum yang masih menghiasi wajahnya.
"Umm, tidak. Saya Edrea," ucapku sambil tersenyum padanya.
"Nama yang bagus. Saya Theodore. Theo is fine."
Duh, senyum itu lagi.
***
Pada akhirnya, aku menerima tawaran menjadi 'tour guide-nya' pria yang tadi. Siapa namanya? Theo, ya? Sebenarnya aku tidak begitu yakin dengan keputusanku ini, tapi tidak apa-apa, dia juga terlihat seperti pria yang baik. Lagipula, aku sedang punya banyak waktu senggang.
"Jadi, apakah kamu adalah orang Jerman asli?" tanyanya tiba-tiba.
"Sebenarnya tidak. Aku orang Indonesia, tapi sudah tinggal di Berlin sejak aku lahir."
"Oh, sudah aku tebak. Aku juga orang Indonesia."
"Kamu tidak terlihat seperti orang Indonesia."
Iya, seriusan, dia sama sekali tidak terlihat seperti orang Indonesia.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Acquaintance ✔
Short StoryCOMPLETED. "Ini kita mau kemana?" "Ada deh. Kamu ikuti saja tour guide-mu ini, dijamin nggak bakal tersesat." Bagaimana bisa Edrea menjadi seorang pemandu wisata untuk pria yang baru dikenalnya beberapa saat yang lalu? /Acquaintance 1.0/ copyright ©...