"Ke sana, yuk!" ucapnya dengan semangat sambil menunjuk ke arah yang dia maksud setelah kami memberikan tiket masuk pada petugas. Jangan salah sangka, aku suka sekali dengan museum, tapi aku tidak ingin terlalu menunjukkannya. Aku pun mengikuti arah ke mana Edrea pergi.
Kami berjalan dengan pelan sambil melihat dan mengagumi setiap lukisan di museum tersebut. Tak sengaja aku melihat ekspresi wajahnya Edrea. Lucu, pikirku. Dia terlihat begitu senang berada di sini.
Edrea berhenti tepat di depan salah satu lukisan dan aku pun mengikutinya. Raut wajahnya masih sama seperti tadi.
"The Marsham Children by Thomas Gainsborough."
Dia menoleh dengan wajah sedikit kaget dan aku membalas dengan tersenyum, tapi kemudian ia menyamarkan ekspresinya itu.
"Aku pikir kamu sama sekali nggak tertarik."
"Kata siapa?"
"Tadi respon kamu waktu tahu kita ternyata ke museum..."
"Aku kan nggak bilang kalau aku tidak suka. I love being here, Edrea," potongku sebelum ia sempat menyelesaikan kata-katanya.
Dia hanya menanggapi ucapanku dengan sebelah alis yang terangkat, lalu kembali melihat lukisan tersebut dengan lebih serius.
Ah, aku tidak bisa terus-terusan menahan senyumku begini. Dia lucu sekali. Diam-diam aku mengambil handphoneku, lalu memotretnya. Semoga saja Edrea tidak menyadarinya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Acquaintance ✔
Short StoryCOMPLETED. "Ini kita mau kemana?" "Ada deh. Kamu ikuti saja tour guide-mu ini, dijamin nggak bakal tersesat." Bagaimana bisa Edrea menjadi seorang pemandu wisata untuk pria yang baru dikenalnya beberapa saat yang lalu? /Acquaintance 1.0/ copyright ©...