Kami memutuskan untuk menyewa sepeda saja tadi, dan sekarang kami sudah sampai di tempat tujuan.
"Museum?"
"Exactly, Sir."
"Kenapa?"
"Lho, bukannya terserah aku mau mengajak kamu ke mana? Kamu tidak suka, ya?"
"Bukan, bukan, aku suka kok."
"Aku sudah lama sekali ingin ke sini, tapi nggak punya teman untuk diajak. Jadi mumpung sekarang ada kamu, aku ajak saja ke sini untuk menemaniku."
"Tampaknya ucapanku yang tadi memang benar. Kamu punya selera yang unik, dan aku menyukainya."
"Terserah kamu saja deh. Masuk, yuk!"
***
"Selamat siang! Ada yang bisa saya bantu?"
"Saya ingin dua tiket museum untuk dua orang."
"Ini tiketnya, Miss."
"Terima kasih."
Edrea kembali ke arahku dengan membawa 2 tiket.
"Nih, tiketnya."
"Thank you, Miss," ucapku dengan senyum lebar. Aneh. Tiap kali aku tersenyum padanya, reaksinya selalu saja membuatku seperti merasa bersalah. Padahal, memangnya salah kalau aku tersenyum begitu, ya?
Entahlah, Edrea memang aneh, unik, dan lucu.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Acquaintance ✔
Short StoryCOMPLETED. "Ini kita mau kemana?" "Ada deh. Kamu ikuti saja tour guide-mu ini, dijamin nggak bakal tersesat." Bagaimana bisa Edrea menjadi seorang pemandu wisata untuk pria yang baru dikenalnya beberapa saat yang lalu? /Acquaintance 1.0/ copyright ©...