Masakan aku mengusir tetamu,
yang tampil di hadapan pintuku,
Mana mungkin aku mencopot dia,
yang tertancap hatinya pada serambiku,
Bagaimana pula bisa aku menghambat gerakan rasa,
yang telah lama tersidai dalam almariku,
Tidak sanggup aku menjadikan dia tunanetra,
hanya kerna matanya yang sering mengamati kamarku,
Bukanlah aku seorang yang lokek nuraninya,
hingga tegar mencincang bahagia yang diteguk dari cengkeranku,Malah,
Akan ku biarkan saja dia menjadi jemputan yang lestari,
Kerna dulu,
akulah empunya rumah dengan rela hati,
Mengundang seorang yang tunak pada dorongan batinnya.