Masa itu aku duduk di depanmu
Gurat wajahmu menunjukkan kegelisahan
Namun sebisa mungkin kau munculkan seulas senyum ke permukaanKalimat demi kalimat kau lontarkan dengan lancar
Materi demi materi kau paparkan bersama ikhlas
Ku amati gejolak wajahmu mulai menenang, aku legaItu tak berlangsung lama, ketika pembahas meluncurkan sejurus komentarnya
Spontan saja ekspresi itu kembali menegang, ada apa?
Namun lagi, lagi, dan lagi, kau mencoba menciptakan senyum selebar bentang sajadahApa kau tak bosan?
Memasang topeng yang kontradiksi dengan hati?
Apa kau senang?
Karena berhasil memuslihatkan ku? Memuslihatkan kita semua yang ada didepanmu?
Aku sungguh tak paham kala ituNamun apa dayaku? Hanyalah peserta yang duduk diam demi sebuah prasyarat
Jadi kuhanya berbicara dengan hati
Hatiku sendiri ! Tak ada hati yang lain.
Mataku hanya mengekori setiap gerak tubuhmu
Telingaku hanya menangkap semua suku kata yg terlepas dari suaramu
Dan hatiku hanya merapalkan berbagai mantra yang kuharapkan bisa mengurangi kegelisahanmu.Hei, tak terasa pertemuan ini sudah diujung
Tinggal sejengkal detik lagi kau sudah melewati tahap sekarang
Pembahas terakhir sudah tampak selesai dengan kritikannyaTepat, setelah pembahas mengucapkan kata salam
Lagi lagi, dengan spontan ku tangkap pemandangan yang mungkin akan selalu ku abadikan dalam memori
Yang mungkin setiap kali ku mengenangnya, aku akan menarik kedua sudut bibirkuKalian tahu apa itu?
Kulihat ia tersenyum lega
Kali ini yang ku dapatkan bukan senyum dengan sejuta gelisah
Bukan senyum dengan ketegangan di dalamnya
Tapi senyumnya, senyum yang ia punya sedari kecil
Senyum yang tumbuh dalam dirinya
Dan hari ini aku mendapatkannyaEntah bagaimana, diri ini seperti ikut kau bawa dalam kelegaan
Ikut merasakan apa yang hendak kau ungkapan kan
Ikut larut dengan apa yang kau racikSedari awal hingga akhir, ku puas mengamatimu
Dengan tampilan pendusta yang kau suguhkan
Ku peroleh ketulusan di baliknya
Dengan seulas senyum yang mungkin hal lumrah kata orang
Tapi dengannya, tanpa kau sadari telah mengetuk sebilah bilik dalam hatiku ~-bdl 12/03/19
-06.53
"Awal"Ase~
KAMU SEDANG MEMBACA
Sekadar Kata ✓
PoetryKisah ini lahir dari setiap coretan kata yang terkumpulkan menjadi kalimat seindah senja. Ketika senja telah memenuhi rasa dalam dada. Namun Ia sendiri, tak ditemani. Sampai akhirnya ini menjadi tragedi, lalu rasanya berakhir begitu saja. Kini kisa...