21. Malam Itu

22 5 3
                                    

Malam itu..
Derap langkah kaki yang mengalun konstan
Terdengar kemudian memelan perlahan

Kukira berhenti. Ternyata tidak.
Tetap melaju dengan kekuatan yang masih tersisa

Habis. Tenaganya habis
Ketika indra kameranya menangkap potret mesra
Antara pria yang diklaim adalah pria-nya
Dengan wanita pria-nya

Malam itu..
Ditengah gemeruduk barisan gerbong kereta
Benteng pertahanannya hancur.
Lebur.

Dan bisingnya gesekan besi panjang yang terdengar sendu ditelinga
Mengundang pecahnya tangis yang selama ini dipendamnya

Aahhhh!!!!
Teriaknya.
Menyatu dengan dengingan klakson si kendaraan panjang

Tampak siluetnya dari jauh bergetar
Sangat menyedihkan.

Meringkuk dipinggir jalan bawah pohon
Depan pintu rumah dengan cahaya remang
Ia hancur
Lebur.

Malam itu..
Ia tumpahkan segalanya
Semua hal perih yang ditabungnya
Meludak. Tak terbendung

Membanjiri pipi tirus yang berlesung
Menyumbat saluran pernafasan
Mengeringkan tenggorokan
Dan menggoreskan luka di ulu hati

Malam itu..
Semua tampak menertawakannya
Dedaunan bergoyang-goyang
Ranting pohon berjatuhan
Bahkan lampu diujung sana berkerlip

Mengejeknya

Karena menangisi hal yang tak perlu ditangisi
Mengharapkan seseorang yang tak pantas untuk diharapkan
Dan bertahan untuk rasa yang tak semestinya

Malam itu..
Dengan sisa kekuatan dan kewarasan
Ia bergeming untuk hatinya sendiri
Disaksikan bulan tanggal lima belas
Dan rasi bintang libra

Ia bergeming
Bahwa cukup malam ini ia jatuh serendah-rendahnya
Bahwa cukup malam ini ia menangis sekeras-kerasnya
Bahwa cukup malam ini, tidak untuk malam esok atau lusa

Esok ia akan bangkit
Dibantu tongkat lapuk yang hampir rapuh
Berdiri tegak menata segala yang rusak

Malam itu..
Biarlah Ia bergeming sesuka hatinya
Kita lihat saja langkah apa yang hendak diambilnya
Doakan saja. Apapun itu, ia bahagia..

P.S :
Malam dimana aku merasa lelah, selelah-lelahnya

Sekadar Kata ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang