.
Hari terakhir sebelum libur akhir pekan. Matahari sudah mulai turun dari tempatnya di atas kepala, tapi kelas tanpa guru itu masih tenang berbeda dari biasanya yang bakal seribut pasar.
Dampak dari ujian kenaikan kelas yang tinggal menghitung hari. Kelas unggulan memang beda kalau sudah begini.
Tapi sunyinya bukan sepenuhnya tekun belajar, seperti Soonyoung,
Yang nikmat mengarungi alam mimpi dengan bantalan buku sejarahnya selepas mengeluh bosan karena Jihoon yang anti diganggu.
Kelas sudah sepi saat Soonyoung membuka mata sipitnya. Meregangkan ototnya yang pegal karena tidur di meja.
Pandangannya kemudian jatuh pada kepala mungil dengan surai hitam di depan duduknya persis. Seulas senyum kemudin terlukis sebelum ia bergerak cepat merapihkan segala peralatannya di atas meja.
Bangkit untuk berlutut di samping sosok itu, Jihoon yang tertidur pulang di atas buku pelajarannya yang terbuka. Diusaknya lembut surai lembut yang lebih kecil, "Jihoonie." Bisiknya pelan, tidak ada niat untuk membangunkan sosoknya.
Puas memandangi si kesayangan akhirnya Soonyoung bergerak perlahan merapihakan alat tulis dan buku-buku milik Jihoon sebelum ikut menyampirkan ransel Jihoon ke bahunya.
"Hoonie-ah." Panggilnya lagi. Kali ini dengan dua lengan yang berusaha mengangkat lengan mungil Jihoon.
Erangan terdengar akibat ulah Soonyoung yang mengusik mimpi indahnya. Benar, tanpa membuka kelopaknya pun Jihoon tau siapa pelaku ini.
Beban tubuh Jihoon berpindah dari meja di hadapannya beralih ke pelukan Soonyoung. Mengusak pipinya mencari posisi nyaman ceruk leher yang lebih tua ketika dua tungkainya diarahkan pada dua sisian tubuh pemuda Kwon.
Gendong ala Koala.
Kecupan kecil di pipi yang muda terasa ketika Soonyoung selesai membenarkan posisi gendongannya. Kemudia mulai melangkah meninggalkan kelas bersama pelukan Jihoon yang mengerat di lehernya.
Parkiran sekolah yang sudah sepi menjadi tujuan. Di mana mobil hitam Soonyoung terparkir.
"Emh,"
Itu suara Jihoon. Menolak saat tubuhnya hendak direbahkan pada kursi samping kemudi. Untungnya Soonyoung sudah hapal betul dengan apa yang harus dilakukannya.
Ia menutup pintu kembali dan beranjak menuju kursi kemudinya sendiri. Tentu, dengan Jihoon yang menemani di atas pangkuannya.
"Dasar bayi besar."
Katanya kembali mencium pipi lembut itu dan memberikan sebuah tepukan pelan di pinggang Jihoon sebelum benar-benar melajukan mobil miliknya meninggalkan sekolah.
.
.
.
"Ibu! Aku pulang bawa bayi!"
Teriakan berisik Soonyoung hampir membuat nyonya Kwon nyaris menjatuhkan cangkir teh sorenya. Terlebih perihal bayi yang di seru-serukan Soonyoung barusan membuat sang wanita paruh baya hanya bisa mengelus dadanya, antara refleks habis terkejut atau lega karena bayinya ternyata malah si mungil kesayangan keluarga.