.
"Jihoonie, bangun. Ayo cepat sarapan sayang!" ini suara Nyonya Lee yang menggema membangunkan anak bungsunya yang sudah kelewatan acara sarapan keluarga.
Sedangkan Jihoon hanya mengerutkan alisnya. Sedikit terganggu acara tidur manisnya.
"Jihoonie, ayo bangun sayang. Malu dong sama matahari,"
Jihoon dipanggil lagi dan hanya menggeram dan menggeliat kecil.
"Jihoonie, ayo bangun sayang…"
Lagi. Jihoon dipanggil lagi.
"Jihoonie, bangun lalu bantu Chanie mengerjakan tugas sekolahnya,"
Sejujurnya ini tidak benar-benar yang ketiga kalinya Jihoon diteriaki oleh Ibunya pagi ini. Entah berbagai alasan sudah di utarakan Nyonya Lee kepada anak sulungnya itu, dari yang normal sampai yang sedikit tidak normal sudah dilaksanakan. Tapi tetap saja Jihoon menghiraukannya.
Tidak, Nyonya Lee tidak bisa membuka pintu kamar Jihoon. Ia hanya memberikan kunci kamarnya pada teman sejak kecilnya. Benar-benar teman sejak kecil, sejak mereka hanya bisa tidur dan menangis merengek minta susu pada Ibunya.
Kembali pada Nyonya Lee yang belum berhenti berusaha membangunkan anaknya dari dapur sana. Ayolah, Jihoon hanya ingin minggu pagi yang tenang. Bahkan ia rela untuk melewatkan sarapannya demi waktu tidur yang lebih panjang. Sampai siang kalau bisa.
Dan ini adalah panggilan kedua puluh lima- kalau kalian mau tahu hingga Jihoon bergerak dari tidur telentangnya di bawah selimut biru muda yang hangat. Ia mendudukkan dirinya dengan mata yang masih terpejam. Ia benar-benar butuh tempat yang tenang.
Gerakan selanjutnya adalah menyibak selimutnya dan menapakkan kakinya ke lantai dingin kamarnya. Lalu Jihoon membuka pintu kamarnya dengan tenang dan lambat. Ia masih separuh tidur saat ini.
Saat ia berhasil keluar dari kamarnya, ia menuruni tangga rumahnya hati-hati berpegangan pada pegangan tangga yang ada. Untung saja tangganya tidak banyak sih.
"Jihoonie sudah bangun, kesini sayang makan sarapanmu," ini suara Ibunya Jihoon kembali menyapa pendengaran.
Namun detik berikutnya Nyonya Lee dibuat tecengang oleh anak manisnya itu. Yap, Jihoon mengambil rute lain. Kalau ke dapur itu harusnya belok ke kiri, tapi Jihoon malah lurus terus.
Jihoon bahkan sekarang sudah membuka pintu rumah kediaman keluarga Lee itu. Lalu keluar melewati pagar rumahnya. Belok ke kiri, lalu lurus lagi. Memutar tubuh ke arah kiri dan tampak pagar dengan bentuk ukiran unik berwarna hitam dengan beberapa corak berwarna emas. Ia membukanya tanpa mengetuknya. Dan masuk tanpa permisi. Bahkan sampai satpam penjaga rumah itu sedikit kaget siapa yang masuk seenaknya dengan keadaan separuh tidur begitu.
Well, gerbangnya cukup tinggi dan besar. Jadi Jihoon masuk lewat gerbang kecil di pojok kiri yang memang disediakan khusus untuk seorang yang ingin masuk ataupun keluar dengan cepat dan praktis.
Rumah itu cukup besar. Tapi, rumah Jihoon juga tidak kalah kok. Lagian, sama-sama di cat cerah dan berwarna. Jihoon sedikit merutuk karena halaman yang cukup panjang hanya untuk sampai ke pintu utamanya.
Oh ya, ini rumahnya keluarga Kwon. Jihoon sudah kenal baik luar dalam dengan semua anggota keluarga ini. Terutama soal Soonyoung. Kwon Soonyoung lengkapnya. Sahabat sih, tapi ya begitu.
Mungkin Jihoon sudah hafal luar kepala rumah yang satu ini. Meskipun rumah orang, tapi berjalan separuh tidur pun ia sukses. Sampa dengan selamat di sebuah pintu cat biru penuh stiker tempelan berbentuk bintang berbagai ukuran. Itu stiker glow in the dark, loh.
Baiklah lupakan soal stiker dan kembali membahas Jihoon yang bergerak setengah tidur ini. Bukan masalah sih kalau Jihoon naik merangkak ke kasur. Masalahnya ini ada seorang laki-laki remaja yang sama coklat surainya dengan milik Jihoon, tengah tidur dengan damai. Baiklah-baiklah, santai saja. Itu hanya Soonyoung, tenang saja Jihoon aman.
Untungnya sih, Soonyoung ini beda dengan Jihoon yang kalau kakinya ditari-tarik pun tidak akan mau membuka matanya barang satu mili pun. Ia membuka mata sipitnya cukup lebar. Bagi Soonyong mungkin sedikit lebar, tapi tetap saja faktanya Soonyoung sipit.
"Uh, Jihoonie?" Suara serak itu dihiraukan Jihoon yang kini sedang mencari posisi nyaman untuk kembali menuju alam mimpinya.
Tanpa ragu Soonyoung menggerakkan tangannya menarik pinggang Jihoon mendekat. Menyusupkan lengannya di bawah kepala Jihoon sebagai ganti bantal bagi Jihoon. Memeluknya posesif sampai tubuh keduanya tak ada jarak yang tersisa. Jangan lupakan kedua kaki Soonyoun yang mengamit kaki mulus Jihoon.
Usapan abstrak Soonyoung di pinggangnya membuat Jihoon makin melesakkan tubuhnya ke arah Soonyoung. Ia membalas melingkarkan lengannya pada Soonyoung. Dan kepalanya mencari-cari ceruk leher Soonyoung, menghirup wangi tubuh Soonyoung yang menjadi favoritnya. Hingga keduanya kembali melanjutkan tidur minggu pagi mereka yang indah.
.
.
.
Ckrek Ckrek.
Itu bunyi jepretan kamera kalau kalian bertanya-tanya. Ya, siapa lagi yang berani masuk ke dalam kamar Tuan muda Kwon ini selain keluarganya dan ekhm keluarga calon besannya ekhm maksudnya keluaga Jihoon, eh.
Singkatnya sih itu Ibunya Soonyoung. Sedang asik jepret sana sini dua sejoli yang nyenyak tidur saling berpelukan mesra itu. Untung blizt nya tidak dinyalakan, bisa kena semprot Soonyoung dan Jihoon kalau ketahuan kan.
Meskipun begitu, sebenarnya Soonyoung dan Jihoon punya banyak album foto yang isinya mereka berdua dari masih bayi hingga besar seperti ini, dari yang konyol sampai yang romantis sekalipun.
Mereka sahabat yang hingga dewasa pun tidak sungkan untuk tidur dengan berpelukan seerat itu.
.
P.S. Kalau pernah ada yang nemu cerita ini di dunia biru, iya bener, memang sama. Cuma karena, dapat pencerahan lagi, makanya mau lanjutkan ceritanya di sini. Hehe.