Mereka adalah KIA

677 54 2
                                    


Hy guys ketemu lagi sama inces yang baru bangkit dari keterpurukan heheh... miris ya, kali ini inces bakal update part khusus Azka si beruang kutub. Jadi part ini bakal ngasi tau secara bertahap alasan azka bisa jadi ice prince, so lets read jangan lupa vote and ment nyaa. Happy reading...

"Mereka adalah kia, orang yang pernah ku cintai dan akan ku cintai" Azka syandana Rahman.

Sore itu, dentingan piano mengalun dengan indah di ruangan itu. Dido's lament karya henry purcell dilanjutkan dengan requiem mass in D minor karya wolfgang a madeus mozart mengalun sendu mengisahkan kisah cinta yang usai, kasih tak sampai hingga kematian. Terlalu sulit dan sesak menyisakan kenangan. Seperti menceritakan keadaan si pianis yang mengenakan seragam putih abu-abu dengan dasi yang tergantung rapi di krah leher dan jas dongker yang melapisi luarnya, tak lupa lagi sepatu pantofel yang disemir hingga mengkilap yang sedang kesepian dalam ruangan yang sunyi.

"Kamu mendengarnya kan, laguku yang mewakili perasaanku kepadamu. Disini, sendiri tanpa mu lagi. Hampa, sepi tidak ada lagi senyumanmu. Aku rindu, sangat merindukanmu. Sudah dua tahun lamanya kamu pergi menuju sisi tuhan, tidak kah kamu bisa kembali? Sebentar saja, Setidaknya sapalah aku dalam mimpi di tidur ku. Kyara, aku ingin mengenalkanmu kepada seseorang yang sangat mirip dengan mu. Dia zakia, panggilan kalian sama. Matamu, bibir, Hidung semua persis seperti mu bahkan senyum mu. Hanya saja dia lebih berisik dibandingkan dirimu. Kembali lah dalam mimpiku kia, aku takut dia menggantikan dirimu padahal janji ku telah terpaut dengan mu. Kyara, siapa yang akan menggantikan mu berdiri disampingku, menggantikan vionis idolaku jujur saja aku tak sanggup lagi bermain." Azka membatin dalam dentingan piano nya. Setiap nada yang keluar dari partitur itu menyampaikan semua perasaannya  untuk kyara, gadis yang sangat ia sukai itu telah menutup mata dua tahun yang lalu karna sebuah insiden yang membuat mereka berdua menderita dalam kurungan ruang yang gelap saat kebakaran terjadi. Harusnya, saat itu Azka  menyelamatkannya bukan diam saja ketika petugas kebakaran itu menyelamatkan dirinya dan membiarkan kyara sendirian. Sebuah penyesalan itu selalu saja berhasil menghantui dirinya dimana pun berada. Rasa bersalah yang kian lama kian menumpuk tanpa adanya penyelesaian.

"Aku disini, kia bersamamu. Tenanglah" seakan menjawab hati, gesekan biola muncul entah darimana menggiring setiap denting piano. Sendu mengikut namun menuntun ke alun kebahagiaan, seperti menyemangati orang yang sedang patah dan hampir menyerah. Air mata di setiap nadanya hingga berakhir damai.

Azka mengangkat tangan nya usai lagu terakhir, hatinya terasa lebih  panas. Siapa yang membawakan lagu itu seenaknya, tidak ada yang akan bermain di luar jalur kecuali satu orang.  kyara, gadis yang merasa bebas ketika memainkan musik tanpa adanya aturan namun tetap indah di dengar.  Azka perlahan membuka matanya, bola matanya menelusuri sudut ruangan. Dia Sedikit terkejut pada awalnya,  hanya saja aKa lebih pintar  menyembunyikan hal itu lewat tatapan dingin dan sinis  kepada  gadis yang bernama zakia. Azka membencinya tanpa alasan, perlahan ia melangkahkan kakinya ke tempat gadis itu berdiri, semakin dekat hingga tak ada jarak lagi diantara di antara mereka. Tubuh gadis itu tersudut ke dinding, Azka menatap dingin  seluruh wajahnya agar Zakia merasa terintimidasi. Sangat jelas gadis itu ketakutan. nafasnya kini tak lagi beraturan, memburu seperti kesetanan. Azka mendekatkan lagi wajahnya kepada gadis itu tapi tidak beberapa lama. Ruangan berubah menjadi gelap. Luka lama itu kembali muncul di kepala Azka.

" Gelap ! Kia, aku takut!" Ujar azka memeluk gadis itu dengan erat , keringatnya yang dingin seketika bercucuran seperti air hujan,  Semuanya bergetar.

" Azka kenapa memelukku." ujar zakia marah berusaha melepaskan tangan Azka yang menempel seperti lintah di tubuhnya.

"!help me,please"ujar Azka, wajah nya pucat pasi. Peristiwa kebakaran itu kembali menyapa nya. Seakan tidak akan pernah menghilang meski telah lama terjadi. Kejadian itu terlalu menyisakan trauma yang mendalam. Menyiksa korban nya.

Zakia meraba-raba sakunya hingga Azka melemparkan biolanya dari tangan gadis itu. Pecah, Zakia terkejut bukan main. Gadis itu marah, Air matanya menetes, namun dia tak juga berhenti dan masih mencari sesuatu. Ia mengutak Atik hp nya, dan Cahaya itu muncul dibalik hp tersebut membuat Azka sedikit lebih tenang.

"Tenanglah, tak mengapa." Ujar zakia kepada azka, dia mencoba menenangkan Azka yang masih ketakutan.  Sangat hangat, dengan ikhlas gadis itu menuntun Azka  keluar menuju taman.

"Maaf, biola mu."ujar azka  memecahkan sunyi.

" Tidak apa apa." Zakia tersenyum kepada azka.

"Biola mu, aaku berjanji akan mengganti nya." Ujar azka kepada zakia.

"Hmm" ujar zakia mengangguk dan masih dengan senyuman yang tenang di wajahnya.

"Pulang sama siapa?" Tanya Azka kepada zakia.

"Angkot. Kia pulang dulu ya, udah sore ntar bunda nyariin." Ujar Zakia melambaikan tangannya.

Zakia berjalan menuju persimpangan namun sebuah motor berhenti di depannya.

"Hayuk" ujar Azka menawarkan bantuan untuk yang pertama kalinya.

"Kia, pulang sendiri aja." tolak zakia.

"angkot terakhir udah lewat. Udah naik aja."Ujar azka memaksa Zakia pulang bersama nya. Azka mengantarnya pulang karena masih ada perasaan bersalah kepadanya, setidaknya dia tidak seburuk yang dirinya pikirkan. Tidak ada alasan membencinya. Mereka berlalu pulang melewati senja yang masih berlangsung dengan tenang.

Hy readers tertjintah udah selesai ya part 4 nya. Gimana? Bosen? Jelek? Atau gimana, saran nya pissss, oh ya kalau sukak jangan lupa next part ya dan jejak vote nya jgn lupa. Kasian authornya dianggurin sama silent readers. Makasi ya buat yang masih baca sampe part ini. See you beb.

Ma Boy (TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang