wanita agresif 2

410 44 1
                                    

"Andai waktu bisa kembali, maka kamu mungkin akan tetap bersamaku. Tertawa dan menjadi pasangan violinist dengan pianisnya. Hanya saja tuhan terlalu menyayangimu, dia meletakkan mu dahulu di sisinya tanpa membawaku." Batin Azka setelah lama terdiam di dalam ruangan yang sepi itu. Memang ia masih saja tidak menyangka bila gadis itu memiliki kembaran yang sangat mirip dengannya. Karena ia telah lama mengenal kyara dan dia tidak pernah melihat Zakia berada di rumah itu. Mungkin karena Zakia sebelumnya tidak tinggal di rumah itu sebelumnya, dan kyara tidak pernah menceritakan tentang saudara nya. Alamat kyara memang berubah, sejak gadis itu menutup mata. Keluarganya memutuskan untuk pindah, karena mereka tidak ingin tenggelam dalam kesedihan. 

" ah..." Azka menghembuskan nafas kasar usai bermain piano sendiri di ruang kesenian. Mengikhlaskan kyara adalah cara terbaik untuk mencintainya, demi tenang di alam sana. Setidaknya biara zakia yang menjadi pengganti kyara sekedar pengobat rindu nya untuk sementara waktu. 

"Ngomong-ngomong dia kemana ya? Tumben seharian ini ngga keliatan batang hidungnya." Ujar mulut Azka  pelan, ia bertanya pada ruang yang hampa lebih tepatnya bertanya pada diri sendiri.

Ia akui beberapa minggu ini rasanya terlihat berbeda karena zakia yang selalu mengganggu perasaannya. Mungkin dia memang seseorang yang bisa menjadi teman baik Azka. 

"Haruskah aku bertemu dengannya?" Azka berusaha memikirkan sesuatu kemudian sedikit tersenyum sambil memperbaiki kaca mata berframe hitam tersebut. Tas yang sedari terletak di lantai telah berada di punggung yang tegap dan luas itu.

" sepertinya aku perlu menyapa zakia sebentar." Batin azka meyakinkan hati dan melangkah menuju keluar pintu ruang seni.

Sorenya sangat tenang, lebih tenang sebelum sore sebelumnya. Kejadian memalukan yang dilakukan oleh sekelompok gadis bawah tingkat azka. Lelaki itu melirik jam tangan nya, Tepat pukul 17.10 wib suasana membaik, nyaman dan damai. Azka berjalan di sepanjang lorong menuju kelas zakia bukan untuk mengajak pulang hanya sekedar melihatnya. Karena Zakia selalu  usai belajar efektif pukul 18.00 sore. Siswi yang lebih rajin dibandingkan dengan dirinya.

" Kak Azka!" Panggil beberapa gadis dibelakang, namun tidak dihiraukan.

"Azka!" Panggil seseorang yang tidak ia kenali suaranya dari belakang. Azka membalikkan badan nya.  tentunya masih dengan flat face yang orang katakan ice boy padahal memang dari lahir seperti itu. 

" Junir? Kamu siswi yang gila kemarin?" Ujar azkq mengerutkan dahi, seketika alis nya terangkat satu. Pandangannya mengutuk tidak suka.  Dan memang azka tidak mengingat namanya, hanya saja gadis ini termasuk kategori yang paling berani di angkatan nya lebih tepat bila disebut agresif.  Gadis ini begitu berani memanggil nama azka begitu saja seakan umur nya sama dengan Azka.  Sepertinya gadis itu merencanakan sesuatu kepada Azka karena hal yang kemarin terjadi.

"Ada waktu?" Tanya nya berdiri didepan azka, sedangkan teman temannya mengelilingi lelaki tinggi itu.

"Apa?" Tanya Azka sinis.

"Dasar gangster kelas teri" batin Azka.

"Azka, aku cinta kamu. Mau ngga kamu jadi pacar ku? Jangan di tolak lagi ya. Ujar gadis itu tanpa ada rasa malu sedikit pun, padahal kemarin baru saja Azka menjatuhkan harga dirinya.

" Whats cewek apaan nih. Gila benar, berani menyatakan perasaan nya kepada ku." Ujar Azka memaki dalam hatinya.

Mengerikan. Seketika dia kembali  bergelayut di lengan Azka mengulang cerita yang sama. Membuat Azka bergindik ngeri setengah jijik dengan sentuhan nya.

" sial, buang-buang waktu! Sorry gua ngga suka sama lho dan ngga bakalan ada rencana suka sama lho. Jadi daripada semua gua banting mending minggir gua mau lewat." Ujar Azka dengan wajah merah padam lebih padam dibandingkan lpu yang mati di siang hari. Ia sangat marah saat itu, lebih marah dibandingkan kemarin.

Azka memilih  meninggalkan mereka dengan semua kutukan dan laknat tentang wanita seperti itu mengapa bisa muncul  di dunia. Belum jauh langkahnya namun hampir sampai di pintu keluar, tiba-tiba gadis agresif tadi ambruk. Dia pingsan. Azka begitu panik dengan semua yang terjadi. Ada apa dengan Delia gadis gila yang nekat mencintai azka.

***
Sekolah semakin sepi, dan lelaki itu terjebak di ruang uks bersama gadis gila ini, siapa lagi kalau bukan Delia dan azka. Ya laki laki itu terpaksa membantunya, bukan karena menyukai nya. Hanya iba setidaknya ia masih menjadi manusia yang menolong sesama.

"Kak Azka!." Panggilnya sadar. Namun aneh dia memanggil Azka  dengan embel embel kak. Sedangkan azka hanya meliriknya.

"Hmm" ujar Azka.

"Kakak mau kan?." Tanya Delia lagi.

"Ya tuhan kenapa begini, biasanya aku mudah menolak siapapun tapi kenapa harus berhadapan dengan gadis ini. Kalau di tolak bisa bisa asma nya kambuh lagi.  Menyusahkan" batin Azka mengutuk dirinya sendiri.

" kak, mau lah kak. Kasian liat si delia kayak gitu." Ujar beberapa gadis yang lain yang bisa di pastikan adalah teman teman nya gadis ini. Mereka memaksa Azka berkali-kali dengan kalimat seperti ini.

"Ya. Sial. Usahakan? Minggir, gua mau pulang. " Azka terpaksa menyetujuinya. Dan malangnya mereka bahagia sedangkan lelaki itu  menzholimi diri nya sendiri dengan keputusan yang ia pilih.

" Aku akan menyesali ini, maaf kia. " Ujar nya dalam hati.

***

Hy guys ketemu lagi. Pendek ya?. Next geser part berikutnya. Selamat menunggu guyss😅

Ma Boy (TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang