malam ke puncak

275 30 0
                                    

Nanjak menunggu teman lain di bawah jembatan. Pelatihan malam kedisiplinan sekolah ku. kegiatan nya membangun karakter. Malam terasa berbeda, aku duduk menatap lampu lampu kapal yang menepi di bawah jembatan siti nur baya. Menunggu teman teman  yang sedang dalam perjalanan kemari menjelang keberangkatan ku mendaki sebuah benda yang disebut gunung padang. Malam itu terasa indah, bahkan lebih indah dari apapun.  Semua hal yang terjadi kemarin  mengajarkan perasaan, hati yang harus sensitif. Peka terhadap semua hal yang dianggap positif,  satu hal yang aku sadari pelajaran disini tidak hanya belajar teori seperti di dalam kelas. Tuntutan untuk saling menghormati dan menghargai membuatku belajar bagaimana mencintai sekolah ini setulusnya. Salam dariku seorang pemimpi yang ber angan angan.

Zakia maharani

Zakia menutup buku harian kecilnya  yang selalu ia bawa kemana mana usai menulis semua kisah. Sekedar mengisi kebosanan. Zakia duduk memandangi sebuah objek yang di sebut bukit china, konon kabarnya banyak kuburan orang orang china didalamnya. Hanya saja gadis itu belum pernah sekali pun masuk walaupun sekedar melihat. Bukit nya sangat serasi dengan pemandangan indah disana, dibawahnya terdapat muara tempat kapal kapal melabuhkan diri disambut baik juga dengan lanpu lampu indah yang sengaja di pasang di atas jembatan siti nur baya. Kesan lampu kapalpun memberikan kenyamanan tersendiri bagi pemilik malam.

Zakia masih sibuk dalam lamunannya, sesekali ia melirik jam tangan, waktu sudah menunjukkan pukul 09.00 malam tapi  rombongan ilham dan azka  masih belum sampai.

"Perhatian semua, assalamu'alaikum wr wb.  Untuk adek adek semua silahkan kembali ke kelompoknya masing masing dan langsung membentuk lingkaran karena kita akan melangsungkan makan malam di taman terbuka." Ujar  dipa yang menjadi ketua panitia acara.

Zakia kembali ke kelompok hanya sekedar mengatur dan melaksanakan tanggung jawab sebagai ketua kelompok  dan kemudian kembali lagi duduk di tempat semula.

Bukan  apa apa, hanya saja ini membingungkan. Bahkan hatinya masih belum paham pilihannya. Angin berhembus sedikit kencang. Menyeruak masuk menusuk kulit  karena gadis itu tidak memakai penghangat apa pun.

"Ssssst." Zakia menyeringai merasakan hembusan angin memeluk bahu nya dengan kedua tangan nya sendiri.

"Dingin." Ujar seseorang yang langsung memakaikan gardigan dari belakang. Zakia melirik ke arah orang yang baru saja duduk di sampingnya.

"Hm." Gumam Zakia kepada orang tersebut yang ternyata adalah  dipa.

"Ngga makan?."  Tanya dipa kepada zakia.

"Ngga laper kak." Zakia menggeleng sedikit.

"Ki, setidaknya kamu makan dikit. Lagian kamu yakin ikut acara ini? Perjalanan kita jauh lho ki , apalagi akhir akhir ini kamu sering ke rumah sakit. Aku ngga mau aja kamu sakit lagi." Ujar dipa kepada nya.

"Gapapa." Ujar zakia berlalu pergi memberikan gardigan hangatnya. Gadis itu hanya tidak ingin perasaan nya terlalu larut dengan dipa sedangkan azka masih ada.

***

Malam semakin larut, siswa siswi itu  masih saja berjalan mendaki gunung padang menuju pantai malin kundang. Terlalu sepi dan itu sangat nyata. Semakin mendekati pemukiman warga, mereka memasuki gerbang pantai tersebut dan memilih sebuah mushola sederhana tanpa jendela dan dinding yang hanya memiliki tinggi 1 meter apalagi tanpa pintu untuk beristirahat. Zakia merebahkan tubuh di lantai depan pintu mushola tersebut tanpa persiapan apa apa, tanpa jaket tanpa selimut. Dingin semakin menyeruak membuatnya  tak bisa memejamkan mata walaupun sudah mengantuk. Zakia menatap jalanan dari depan pintu tersebut.

"Ranting kok di lantai sih tidurnya." Ujar ilham yang tiba tiba muncul memarahi Zakia.

"Gimana lagi bisa liat sendiri mushola nya penuh sama anak anak lain. Cuma ini satu satunya." Ujar zakia pasrah kepada ilham.

"Nekat. Udah jelas lagi sakit, pake acara ikut segala. Ngga bawa persiapan lagi. Kia!kia untung kamu itu adek yang paling di sayang kalau nggak udah habis di hukum." Ujar ilham yang lagi lagi menceramahi Zakia.

"Ya maaf. Kia mau tidur dulu" zakia menggaruk kepala nya yang tidak gatal.

"Yaudah tidur gih, awas kalau sakit. Nih pake. Aku ngga bisa lama lama ntar panitia yang lain  marah karna nyamperin siswi." Ujar ilham memasangkan jaketnya kepada zakia.

"Trus kamu make apa mbing?." Tanya zakia khawatir, karena udara di sini sangatlah tidak nyaman.

"I am man.I can be strong." Ujar ilham yang tersenyum dan berlalu pergi.

Zakia memutuskan untuk kembali memejamkan mata, setidaknya sudah mulai terasa nyaman.

Tak lama kemudian dipa lewat di depan gadis itu, zakia mencoba memejamkan mata berharap dipa tidak mendatanginya.

"Kia! Kia andai kamu tau gimana perasaan aku." Ujar  dipa yang memberikan gardigan nya kepada Zakia.  Sedangkan gadis itu masih berusaha agar Dipa tak tahu bila ia bisa mendengarnya.

dipa berlalu pergi, beberapa saat kemudian azka muncul tanpa melirik ke arah Zakia . Tidak ada tanda tanda peduli, dirinya hanya melewati gadis itu begitu saja. Tanpa kata apa pun membuat Zakia yang belum tidur kecewa dan memutuskan untuk tidur.

"Siput siput ntar kalau sakit gimana." Ujar seseorang yang datang memberikan sebuah selimut cukup tebal dan nyaman, mencoba memberikan bantal dari tas nya untuk kepala Zakia. Sedangkan kakinya di angkat ke atas tas sehingga lebih nyaman.

"Jaga hati ya. Aku sayang kamu." Bisik lelaki itu.  Ia berjalan meninggalkan Zakia.

"Ka!" Ujar zakia memanggilnya.

"Kenapa bangun?." Tanya nya.

"Makasi yah." Ujar zakia kepadanya.

"Hmm. Udah tidur sana" Gumamnya tersenyum dan berlalu pergi. Bukan azka namanya jika tidak membawa semua perlengkapan yang Zakia kira tidak penting itu.
Zakia memutuskan terlelap menuju alam bawah sadar berusaha meyakinkan hati.

Haihai comeback lagi nih. Next chaoter guys

Ma Boy (TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang