11. Siapa sebenarnya hantu itu?

6 0 0
                                    

Rendi menoleh ketika aku menemukannya di ruang tengah. Ia sedang menonton film yang ditayangkan di salah satu stasiun tv.

"Ya, ngapa kamu teriak gitu sih? Aku nggak budeg!" Rendi melirikku tajam saat aku sudah tiba di dekatnya.

"Ini ... Kamu yang ngasih coklat buat aku tadi ya?"

Aku menunjukkan coklat itu padanya. Rendi menggeleng.

"Bukan."

"Lho? Terus siapa?"

"Hantu itu kali."

"Jangan nakutin aku lagi dong."

"Ya, siapa lagi kalau bukan aku."

"Kalau pemberiannya hantu, aku nggak mau makan coklat ini!"

Aku memberikan coklat itu pada Rendi. Rendi bengong saat menggenggam coklat itu.

"Coklat itu buat kamu aja," aku langsung kabur.

"Hei, Aila!" Rendi memanggilku dengan suara yang keras.

Aku tidak mempedulikan panggilan Rendi. Tujuanku adalah menuju kamarku.

Tiba di kamar, aku mengunci kamar rapat-rapat. Aku menempelkan punggung ke pintu. Merasakan jantungku berdebar-debar takut.

Kalau bukan Rendi yang memberi aku coklat itu, jadi siapa dong? batinku. Nggak mungkin itu hantu. Mungkin Rendi malu kalau dia yang ngasih coklat, makanya dia ngarang soal cerita hantu itu.

Perkiraan yang muncul tiba-tiba, aku akan mencari tahu tentang apa yang terjadi di rumah ini.

***

Aku mengejar Cheri di lorong kampus, pagi itu. Beberapa orang lalu-lalang di sekitar kami.

"Cheri!"

"Ah, Ai."

Cheri terlihat terkesiap saat bertemu denganku. Aku menghampirinya dengan perasaan yang kesal.

"Kenapa kamu ngelabrak Rendi waktu itu?" semprotku marah.

"Maaf," sahut Cheri bertampang kusut. "Aku nggak bermaksud bikin Rendi sama Dini putus. Aku cuma kasih tau kalau kamu itu pacarnya Rendi."

"Ternyata Rendi itu bukan Rinan. Aku salah ngira kalau dia itu pacarku."

"Eh? Beneran?"

"Iya. Bener."

"Jadi?"

"Aku dihukum Rendi. Sekarang aku tinggal sama dia selama sebulan ini. Ini semua gara-gara kamu, Cher."

Tatapanku menajam. Cheri tersenyum hambar.

"Maaf. Aku nggak tau kejadiannya bakal gini."

"Aku nggak mau juga jadi budaknya Rendi selama sebulan ini."

"Kamu bisa aja kabur dari sana, kan?"

"Bisa sih, tapi ... Ada yang ingin aku periksa di sana."

"Periksa apa?"

"Ada hantu di rumah Rendi."

"Hantu?"

Wajah Cheri menjadi horror. Aku mengangguk dengan tampang yang kusut. Semua orang yang melewati kami, memandang kami hanya sekilas saja.

"Kamu takut nggak tinggal di sana, Ai?"

"Sedikit takut sih."

"Kalau aku jadi kamu, aku bakal langsung samperin tuh hantu."

Ombrop(luv)iaphile Phobia (sudah terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang