eins.

2.1K 245 4
                                    

Kan' kubalas perhatianmu dengan melindungimu semampu yang kubisa. Aku janji.
_

Napas Yeri tercekat saat netranya tak sengaja menangkap bayangan hitam di bawah pohon. Peluhnya perlahan mengalir, bibirnya bergetar lalu diikuti dengan remasan keras pada tali ranselnya. Bayangan itu bergerak perlahan melawan kerasnya angin malam ini.

Yeri tahu bahwa ini pilihan yang salah. Membiarkan dirinya pulang sendirian dengan keadaan mentari yang telah beristirahat sehingga gelap meliputinya. Tapi bukan opsi yang benar juga kalau dia harus terus berdiri menahan gemetar di tempat ini, sendirian, dan dengan pencahayaan yang minim.

Maka dari itu, kaki kecilnya memilih beranjak ke bawah pohon, memeriksa apa wujud bayangan hitam itu sebenarnya.

Yeri yakin itu adalah seorang manusia. Nalurinya mungkin benar, tapi buat apa juga manusia normal duduk di bawah pohon, dalam keadaan menyandarkan diri pada batang pohon, dengan tangan yang memegang sisi perutnya.

Tak lupa bahwa ringisan kesakitan keluar dari mulutnya.

"Ya Tuhan, elo berdarah." Yeri ikut meringis ketika melihat ceceran darah memenuhi sisi pohon.

Bayangan hitam tadi ternyata adalah seorang pemuda dengan baju seragam yang serupa dengannya, tetapi dengan warna yang sudah tak putih lagi. Berubah merah seiring bau amis darah yang menyerang penciuman.

Yeri mendudukan dirinya di samping pemuda itu. "Kenapa sih kalau darah gini masih aja diem di sini. Bukannya ke rumah sakit." Tangannya bergerak menarik lengan pemuda itu hendak menopangnya.

"Lo mending pergi. Gak usah sok baik. Cewek lemah modelan elo emang bisa apa?" Pemuda itu menepis kasar tangan Yeri.

Yeri mendengus dalam hati. Bukannya dia yang sok kuat? Jelas-jelas ia meringis. Jelas-jelas ia merintih. Dan yang paling jelasnya adalah ia sedang berdarah. Bukan sedikit, tapi ini banyak. Perutnya seperti tertikam benda tajam, membuat ia terus menutup lubang menganga itu dengan tangannya.

Dengan kondisi seperti itu, dia sok kuat. Mengesalkan.

"Lo mau gue tinggalin di sini dan berakhir besok lo gak bernyawa lagi? Lo gila? Emangnya lo pikir gue gak ada jiwa kemanusiaan lagi apa?" Tanpa basa-basi, Yeri merobek bagian bawah seragamnya lalu ditutupnya luka tembak pemuda itu.

Pemuda itu hanya diam melihat aksi 'heroik' gadis pendek dengan rambut sebahunya itu. Ringisannya terdengar lagi saat Yeri sedikit menekan luka itu.

"Lo masih bisa berdiri, kan?"

Pemuda itu mengangguk pelan membuat Yeri lagi-lagi mendengus dalam hati. Tadi saja sok menolak bantuannya, sekarang justru wajahnya terlihat seperti sedang memelas agar pergerakan gadis itu semakin cepat. Ia tak kuat lagi.

Yeri memapah pemuda itu, dan membantunya menuju taksi yang baru saja ia pesan. Kondisi keduanya sama-sama berantakan. Pemuda itu dengan kondisi berdarah, dan Yeri dengan sebagian seragam yang terobek. Sungguh pemandangan yang indah bukan?

"Sial, lo berat banget sih." Gerutu gadis itu terdengar kala berhasil mendudukan pemuda itu di jok belakang taksi.

"Ck, makanya jangan sok kuat." Suara pemuda itu bergetar tapi ia masih ngotot bersuara membalas gadis itu.

Yeri mengipas-ngipas kedua tangannya di depan wajahnya, menghiraukan pemuda dengan gengsi setinggi langit itu. Wajahnya saja yang cool, ternyata ia terlalu banyak berbicara. Menyebalkan!

"Pak, tolong anterin kami ke Rumah Sakit Seoul, ya. Temen saya butuh pertolongan." Ucap Yeri buru-buru karena dari lirikan matanya ia berhasil menangkap pucatnya wajah pemuda itu.

Pemuda itu tersentak dalam sakitnya ketika mobil mulai melaju, tetapi gadis pendek di sampingnya ini merangkul pundaknya lalu memegang ujung dagunya.

Perlahan tapi pasti, tangan gadis itu menarik wajahnya sehingga mereka kini berhadapan, dan dengan tisu di tangannya, ia menyeka lembut peluh di wajah pemuda itu.

"Lain kalo kalo udah kesakitan dan gak bisa sendirian, jangan gengsi deh lo minta bantuan sama orang lain. Tuhan nyiptain kita semua bukan buat hidup sendiri-sendiri, tapi buat saling membantu. Kalau tadi gue nolak buat nolongin elo, entar yang dosa gue dong."

Pemuda itu hanya menatap lekat bagaimana dengan telatennya gadis itu menyeka peluhnya.

Gadis dengan papan nama 'Kim Yeri' tersebut baru saja menyelamatkannya. Dan dalam kamus kehidupannya, siapapun dia yang telah menyelamatkan satu kesempatan hidupnya, maka dia harus melindunginya semampu yang ia bisa.

Sudah diputuskan malam ini, lelaki berdarah tersebut mulai sekarang akan melindungi Kim Yeri, jika memang kondisi memungkinkan mereka bertemu lagi.

******

Hola hey kita bertemu lagi.
Vote and comment juseyo

blankswag🌷

SEMPITERNAL [jjk x kyr]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang