drei.

1K 231 6
                                        

"Heh bocil, ke mana aja lo? Baru pulang jam segini?" Yeri menggosok-gosok telinganya karena sambutan omelan dari kakak laki-laki keduanya, Kim Taehyung.

Ia melempar kasar ranselnya dan duduk bersandar pasrah di sofa empuknya. "Kakak mending diem deh. Ini aku lagi deg-degan tau."

Taehyung menyodorkan setoples  keripik pisang pada Yeri. Jelas tergurat di wajah lucunya bahwa adik bungsungnya itu sedang kelaparan.

"Emang kenapa, hm?" Taehyung mendekat ke arah adiknya, lalu dengan sayang ia mengelus pucuk kepala bungsu Kim itu. "Dimarahin Kak Seokjin?"

Yeri menggeleng pelan. "Belum." Tangannya meremas bantal sofa dan sedikit merajuk. "Kak Taehyung bantuin ngomong sama Kak Seokjin yaaaa... please..."

Taehyung tersenyum teduh melihat adiknya tersebut. Adik perempuan bungsunya yang sangat ia sayangi. Seokjin dan dia berusaha sekeras mungkin agar dapat membesarkan Yeri dengan penuh kebahagiaan.

Bukan tanpa alasan. Yeri besar tanpa kasih sayang orangtuanya. Kecelakaan mobil tragis terpaksa menelan nyawa sepasang suami istri tersebut.

Kala itu, Yeri kecil tidak tahu-menahu tentang hal tersebut. Seokjin dan Taehyung yang saat itu sangat terpukul pun hanya mampu berucap, "Ayah dan Bunda masih kerja. Tempatnya jauh, belum bisa pulang."

Hingga di ulang tahun Yeri yang ke-10, mereka berdua barulah menceritakan semuanya. Yeri sedih, marah, dan kecewa. Bagaimana bisa kedua orang itu menyembunyikan fakta tersebut? Yeri juga anak mereka, kan? Mengapa harus disembunyikan. Yeri berhak tahu, bukan?

Tapi untungnya gadis itu tidak larut berlama-lama bermarahan dengan kedua kakaknya dan kemudian menjalani hidupnya dengan baik. Tumbuh menjadi gadis yang sangat baik hati.

"Memang kamu ke mana? Tadi Kak Seokjin marah-marah ke Kakak karena gak pulang bareng kamu." Jelas Taehyung. Tangannya masih senantiasa mengelus kepala sang adik.

"Apa? Kak Seokjin marah-marah? Ke Kak Tae aja udah gitu marahnya, gimana sama aku?" Mata Yeri berkaca-kaca saking takutnya menghadapi kemarahan sang kakak tertua.

"Iya, Yer... makanya kamu tadi ke mana?"

Yeri menutup matanya sebelum berbicara. "Aku nolongin orang, Kak. Satu sekolahan sama kita."

Taehyung mengernyitkan dahinya, "Siapa?"

"Gak tahu," Yeri menyodorkan telepon genggamnya pada Taehyung, "Ini Kak Tae liat aja. Katanya dia nulis namanya plus nomor telponnya."

Taehyung dengan senang hati menerima telepon tersebut dan membukanya. Sejujurnya, Taehyung tentu penasaran dengan sosok yang katanya ditolong Yeri karena sejujurnya ia mencurigai seseorang.

Taehyung lalu membulatkan matanya ketika melihat kontak baru di dalam telepon Yeri. Sesaat kemudian, pemuda yang lebih tua dua tahun dari Yeri itu malah tertawa.

Jeon JK

"Yer, kamu nolongin Jungkook?

***

Pemuda berdarah yang kini diketahui bernama Jungkook itu memegang pipinya yang sedikit memerah karena baru saja menerima tamparan dari pria botak bertubuh kekar yang dipanggilnya "Om Ilguk" tersebut.

"Lo bodoh apa gimana sih? Bisa sampai kena peluru gitu. Goblok lo!" Bos itu duduk memijat keningnya. Jungkook hanya diam. Tak berniat membalas sepatah kata pun.

"Jangan buat kesalahan lagi, apalagi fatal sampai kayak gini."

Dia meletakkan sebuah amplop coklat, yang tanpa perlu dibuka, Jungkook tahu kalau itu berisi sejumlah uang.

"Pakai ini dulu. Kalau kamu gak mau kembali ke rumah Ayah, setidaknya jaga diri. Jangan celakain diri." Ilguk mengacak rambut Jungkook lembut.

"Jaga diri, ya. Cepet sembuh. Besok Om kirim orang buat jemput kamu."

Jungkook hanya mengangguk lemah. Walaupun adik ayahnya sangat keras padanya, tapi Jungkook percaya bahwa ia ingin Jungkook baik-baik saja.

Sebelum Ilguk benar-benar pergi, Jungkook menahannya. "Jungkook mau pulang sekarang."

Ilguk mengulas senyum. "Jangan paksain diri. Om mau kamu tetap sehat. Walau kamu menjauh dari ayahmu, setidaknya jangan buat dia khawatir."

"Siapa yang datang ngejemput Jungkook?"

"Palingan Om minta tolong Taehyung sama Mingyu." Ilguk menunjuk teleponnya sebelum benar-benar menghilang dari balik pintu. "Udah Om telpon."

Jungkook hanya mengangguk lagi. Pikirannya melayang-melayang. Hati kecilnya meminta maaf pada Om-nya tersebut. Tapi untuk sekarang, ia tidak bisa berhenti dari semua ini. Ada beberapa hal yang harus dibalasnya.

Antara darahnya yang menetes malam ini dan tentang gadis yang menolongnya tadi itu.

*****

"Jungkook? Kak Tae kenal Jungkook?"

Taehyung mengangguk. Bukan hanya kenal, Taehyung bahkan sangat-sangat mengenalnya. Ia dan Jungkook sudah berteman dari kecil. Sampai sekarang, boleh dibilang kalau Taehyung adalah salah satu orang yang paling mengetahui kehidupan Jungkook.

"Kakak kenal. Dia sohib baik Kakak."

Yeri mengerucutkan bibirnya, "Hmm, kok Yeri gak pernah liat dia bareng Kakak? Terus gimana bisa dia kena tembak gitu? Dia keliatan cuek lagi tadi."

Taehyung mendengus mendengar rentetan pertanyaan dari adiknya tersebut.

"Cuma satu yang harus kamu tau, Yer. Hidup Jungkook gak seringan yang kamu tahu. Kalau kamu penasaran, kamu tanya aja ke dia langsung kalau ketemu lagi." Taehyung bangkit dari duduknya.

"Lagipula Kakak yakin kalo dia sedikit lagi bakal jatuh cinta sama kamu."

"IHHH, KAAK TAEEEE!!!" Taehyung berlari menjauh sebelum bantal sofa mendarat di badannya.

****

Author capek huhu..
Yang vote dapet Jeka
Yang komen dapat pahala.

Wuufffff you❤

blankswag🌷

SEMPITERNAL [jjk x kyr]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang