zwölf.

598 108 3
                                    

Mata Yeri masih terfokus pada buku Biologi di depannya, tetapi ia terus menggigit bibirnyaㅡmenahan gundah hatinya. Ini sudah pukul sebelas malam ngomong-ngomong. Tapi Si Sulung Kim belum pulang, Taehyung juga (kencan apanya sampai hampir tengah malam), dan yang paling parah adalah pesannya untuk Jeon Jungkook belum terbalas hingga saat ini.

Bukan ia takut sendirian di rumah, bukan. Ia hanya kesal mengapa seuap kabar pun tak ia ketahui dari tiga lelaki sialan yang sialnya sangat ia sayangi itu.

"Coba lagi. Mudah-mudahan diangkat." Ia meraih benda pintar miliknya dan menghubungkan panggilan dengan seberang sana.

Calling 'Kak Seokjin'

Dan beberapa detik kemudian, "Ish, kampret!" Ia membanting hapenya. Berharap teleponnya diangkat ia justru mendecih kaget karena justru tersambung pada layanan operator.

Terlampau kesal, ia memilih menutup bukunya dan beralih ke tempat tidur. Bantal empuknya terlihat menggugah.

"Bodo amat! Entar kalo Kak Tae atau Kak Seokjin pulang gak bakalan gue bukain pintunya."

Jungkook besok awas aja gue jewerㅡsambungnya dalam hati.

                                 *****

Kim Taehyung mengusap rambutnya kasar sesaat setelah ia memarkir motornya di garasi. Jarinya memijit pelipis diiringi langkah gontai menuju teras rumahnya.

Pintu terkunci. Yeri pasti sudah terlelap dan bermimpi indah. Daripada membangunkan adik bungsu kesayangannya itu, mending ia mengambil kunci duplikat pintu samping.

Gelap lalu menyambutnya kala memasuki rumah. Kelelahan, pemuda Kim mengambil lantai ke dapur untuk sekedar meneguk minum.

"Astaga! Dia pasti nunggu lama." Cicit Taehyung pelan melihat makan malam yang telah mendingin tanpa ditutup tudung saji.

Glekㅡakhirnya tenggorokannya basah kembali. "Taeyong anjing! Nyari masalah mulu." Kepala ditopangnya dengan dagu.

Ya ia hanya tidak habis pikir. Satu bulan lagi ujian akhir benar-benar akan berlangsung. Tapi kampretnya, justru masalah datang tanpa henti. Selalu ada saja hal-hal yang mengganggu.

Dan sasaran empuknya hanya satu, Jeon Jungkook.

Malang sekali nasib sohibnya itu. Bukannya beberapa minggu lalu ia baru saja tertembak, dan kini benda tersebut kembali bersarang di tubuh lelaki Jeon.

"Lee Taeyong... apa yang sebenarnya keparat itu mau dari Jungkook?" Ringisan mengakhiri ucapan Taehyung.

Ia sekarang terlalu lelah untuk sekedar berpikir. Terlalu banyak teori yang berlalu lalang di pikirannya lalu bertabrakan dan berakhir tidak bisa terpecahkan.

Tubuh ringkih itu kembali mendarat di sofa ruang tamu. Tak butuh waktu lama, ia hanyut dalam dunia tidur,

dalam keadaan kacau balau.

*****

Tepat pukul setengah tiga pagi operasi pengangkatan peluru dari tubuh Jungkook rampung juga. Sang dokter dengan wajah lelahnya keluar dari ruang operasi dan langsung bersua dengan Taeyang, Seokjin, dan Ilguk.

"Bagaimana, Dok, keadaan anak saya?" Taeyang sontak berdiri melihat Dokter Im muncul di hadapannya. Hal serupa dilakukan Seokjin dan Ilguk.

SEMPITERNAL [jjk x kyr]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang