dreizehn.

799 121 3
                                    

Apresiasi masih sangat dibutuhkan.

Dari awal memang perasaan Yeri sudah tidak enak. Seokjin menjemputnya dan kini entah membawanya ke mana. Ditambah muka sekeram batu ala Seokjin serta tidak bersuara sedikit pun sedari tadi.

Apalagi sekarang ketika mobil yang mereka tumpangi berhenti di area parkir Rumah Sakit Seoul. Yeri mengernyit dan hatinya gundah. Kenapa ini?

"Kak, kok ke rumah sakit? Siapa yang sakit?" Yeri berusaha menarik tangannya dari genggaman Seokjin saat kakak sulungnya itu menarik dirinya menuju rumah sakit.

"Yeri, kamu yang tenang. Ini kan rumah sakit."

"Makanya Kakak kasih tau Yeri dong siapa yang sakit. Kalo gini kan buat Yeri panik banget."

Seokjin menghentikan langkahnya membuat sang adik juga ikut berhenti. Ia menoleh dan melihat raut panik dari Yeri. "Kamu jangan panik sekarang. Masih ada yang bisa buat kamu lebih jantungan dari ini."

Nah kan. Baru saja ingin berujar, Yeri kembali ditarik masuk ke dalam lift. Mau tak mau ia menutup mulutnya diam, enggan bersuara lagi. Tapi jangan lupa bahwa hatinya semakin tidak tenang saat alat penangkut itu membawa tubuh kakak beradik itu menuju lantai 5.

****

Di sisi lain, Taehyung duduk bersimpuh pada dua lututnya di kursi depan ruangan Jungkook berada sambil sesekali mengusap wajahnya kasar. Di samping lelaki itu, ada seorang gadis berperawakan ayu bagai dewi. Irene, kekasihnya terus mengusap punggung lelaki itu agar dia tenang. Jangan lupakan Mingyu yang duduk berseberangan dengan mereka yang raut mukanya tertekut dan senduㅡbersama Tzuyu.

Keempat manusia itu memang diberi tugas untuk menjaga sementara Jungkook karena Seokjin pergi menjemput Yeri dan Taeyang yang dipaksa untuk beristirahat sebab kondisi tubuhnya yang ikut melemah.

"Taehyung-ie, tenang. Aku mohon kamu tenang." Suara gadis itu pelan, mencicit layaknya anak ayam. Sayangnya bujukannya belum mendapat respon dari sang lawan bicara.

"Kalau kamu gak tenang sekarang, siapa yang nanti bakal jadi sandaran Yeri kalau dia tahu Jungkook di rumah sakit." Irene memeluk leher sang pacar dan menarik lelaki itu untuk bersandar di bahunya.

"Mana Taehyungku yang ceria, yang warasnya gak ada, yang kuat, tapi punya hati yang penyayang, hm? Jangan terlalu down, Sayang. Aku ada di sini. Gak kemana-mana. Aku ada buat kamu."

Taehyung menoleh dan tersenyum tipis pada kekasihnya. Duh, pantas saja cinta mati. Irene selalu punya 1001 cara untuk memperbaiki suasana hatinya. Gadis ini benar-benar tepat dipilih Tuhan untuknya, cowok yang masih sering kehilangan arah. "Makasih, Bae."

Taehyung menggapai tangan kekasihnya lalu menggenggamnya erat lalu mengecupnya. "Semua bakal baik-baik." Dan Irene mengangguk setelahnya.

****

Yeri meremas roknya kala melihat Taehyung dan rombongan di ujung sana, sedang duduk gusar tak karuan.

"Kak?" Ia menarik lengan baju milik Seokjin, "kok Kak Tae dan yang lainnya ada di situ? Sebenernya siapa yang sakit."

Seokjin mengusap kepala Yeri lembut dan tersenyum ke arahnya. "Makanya sini, ikut kakak biar kamu tahu. Asal janji jangan sedih, ya." Setelah berkata demikian Seokjin berlalu mendahului Yeri yang masih terpatung di tempat.

Gadis itu memproses semuanya dalam diam. Sejujurnya, ia belum mengerti semua yang terjadi. Apalagi mengenai siapa yang sedang dijenguk oleh kakak-kakaknya.

SEMPITERNAL [jjk x kyr]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang