.
.
.
.
🌟🌟🌟
Tampak Sejeong membuka lokernya, dia mendapati sebuah catatan disana. Dia mengambilnya lalu segera membacanya.
' Penampilanmu bagus, bolehkan aku lebih mengenalmu..? '
"Mwoyaa... Apakah ini serius tertuju untukku. Bahkan tidak ada tertanda untukku," Setelah membacanya, Sejeong mencoba membolak-balikkan kertas itu, berharap dia menemukan petunjuk. "Dan disini juga tidak menyebutkan siapa pengirimnya."
"Apa itu?" Jennie meraih kertas yang dipegang oleh Sejeong.
"Molla.." Sejeong tidak tahu menahu, diiringi dengan bahunya yang terangkat. "Sebenarnya aku sudah menerima itu sejak kemarin lusa."
"Kemarin lusa, hari dimana kita tampil..?" Terka Jennie. Dan diangguki oleh Sejeong. "Apakah dia orang yang sama dengan yang mengirimu bunga?"
"Ahh, sudahlah. Aku benar-benar tidak tahu. Lagian catatan itu juga tidak ditujukan untukku. Mungkin saja dia salah menaruh dilokerku." Sejeong menaruh lagi catatan kecil itu ketempat semula, lalu mengambil buku yang dia butuhkan.
"Nde, kajjah. Sepertinya kelas sudah dimulai." Lanjut Jennie, yang akan beranjak pergi.
"Kau duluan saja.. aku mau ke toilet dulu."
"Ahh.. baiklah.." kata Jennie, lalu pergi meninggalkan Sejeong.
Sejeong berbalik untuk pergi ke toilet. Setelah selesai dengan urusan toiletnya, diapun berniat untuk segera kembali ke kelas.
Tetapi ketika hendak pergi, langkahnya tertahan, dia mendapati seseorang yang sedang beradu debat tepat disamping tembok toilet. Sejeong mulai tertarik dan penasaran, karena suara itu tidaklah asing dipendengarannya. Siapakah dia? Batin Sejeong.
"Yaa .. berhentilah menyuruhku untuk melakukan terapi itu? Itu sangat menyakitkan. Semua itu percuma, karena aku juga tidak akan sembuh."
Sejeong sontak terkejut ketika dia mendengar dan melihat dengan jelas, siapa yang berbicara lewat telepon itu.
"Sehun Sunbae.." lirih Sejeong tak percaya? Berjuta pertanyaan berkecamuk di pikiran Sejeong. Dia bersembunyi, takut jika Sehun melihatnya. Bahkan dia tanpa sadar turut memejamkan matanya ketika diketahui Sehun sudah mengakhiri panggilannya, tentu saja dia akan berbalik dan akan melewatinya.
Jantung Sejeong seakan ingin melompat. Selain menutup matanya, dia juga otomatis menahan nafasnya. Takut jika Sehun bisa mendengar hembusan nafasnya yang sudah memburu.
"Kau....!"
Suara Sehun mengagetkannya, dan tamat sudah riwayatnya. Bahkan dia juga tidak berfikir untuk pergi, malah berdiri mematung ditempat.
"Sedang apa kau disini..?" Tegas Sehun.
"Aahh.. a..aakuu... Dari kamar mandi." Jawab Sejeong terbata.
"Kau mendengarnya?"
Sejeong otomatis menggeleng dengan cepat.
"Tolong rahasiakan ini dari siapapun." Kata Sehun ketus, kemudian berlalu meninggalkan Sejeong dan sikapnya sedikit dingin.
Setelah kepergian Sehun. Dia mungkin sudah bisa bernafas dengan lega. Tetapi tiba-tiba Sejeong memegang dadanya. "Perasaan apa ini..?" Lirihnya tampak kecewa.
.
.
.
Setelah jam kuliah usai, buru-buru Sejeong dan temannya berbaur menuju kantin kampus. Segera Yerin memimpin jalan mereka dan dengan mudah menemukan tempat duduk yang mereka inginkan. Duduk dipojok dekat jendela membuat mereka bisa melihat pemandangan diluar sana, belum lagi mereka juga bisa memperhatikan para mahasiswa yang berjalan hilir mudik melewati kantin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love in Silence 💕 KSJ - KTH - OSH - KJY
Romance[OnGoing Rabu] Terkadang cinta datang terlambat, dan sangat terlambat jika orang yang kamu cintai telah pergi sebelum kamu menyatakannnya. Memilih antara cinta dan persahabatan, atau pergi adalah jalan satu-satunya agar semua bahagia. -cast Kim Sej...