8. Dia adalah lilium

16 1 0
                                    

"Bagian yang lucu dari hidup ini adalah ketika kau lebih memilih mempercayai cinta dibanding logika dan akal sehat. Mereka bilang kau si bodoh yang sebentar lagi akan menemukan kecewamu. Tapi ternyata si bodoh tidak pernah menyesali kebodohannya."

--------------

"Ya, langsung bawa ke mobil saya saja."

Bagaikan titah paduka raja, segelintir kerumunan orang disana langsung menurutinya. Mereka ramai-ramai menggiring wanita itu ke dalam mobil yang terparkir tepat di depan kedai. Kalea yang terjebak diantara manusia-manusia itu tidak bisa melakukan apa-apa selain ikut memapah wanita itu. Begitu wanita itu sudah didudukkan di jok belakang mobil, Kalea rasanya langsung ingin melarikan diri. Dia berusaha menutupi wajahnya sebisa mungkin. Dia tidak ingin lelaki menyebalkan itu berhasil menemukannya. Dirasa-rasa ia bisa meloloskan diri dari sana, kalau saja wanita yang sedang hamil itu tidak menggenggam erat kedua tangan Kalea.

Orang-orang yang berada disekitarnya langsung mendorong paksa Kalea agar ikut masuk ke dalam mobil. Tetapi Kalea masih tidak bergeming dari tempatnya. Ia masih bersikeras untuk pergi dari tempat ini sekarang juga.

"Mbak cepetan naik, itu ibunya sudah kesakitan banget." Tutur seorang perempuan muda di sebelahnya. Kalea tersenyum masam menanggapinya.

Tiba-tiba sebuah tangan kekar menyapu sesaknya kerumunan orang-orang disana. Menyisakan ruang yang cukup untuk Kalea bisa masuk ke dalam mobil dengan nyaman.

"Tolong kasih jalan sebentar."

Suara itu sangat dekat. Bahkan Kalea sama sekali tidak penasaran tentang siapa pemilik suara itu. Tanpa harus menoleh, Kalea bisa merasakan ada sorotan mata yang menatapnya lekat-lekat. Karena tidak ada pilihan lain, Kalea terpaksa masuk ke dalam mobil. Dia tidak perlu menutup pintu mobil, karena lelaki yang barusan memudahkan jalannya sudah melakukan itu untuknya.

"Teteh, sabar yaa.."

"Hhhu ha huha." Wanita itu tidak menjawab ucapan Kalea. Yang terdengar hanyalah deru nafas yang tidak teratur.

Mobil mulai dijalankan dan pergi meninggalkan sekumpulan orang yang masih berdiri melepas kepergian mereka. Tetapi tidak berselang lama kemudian, mobil mulai menepi.

"Kita ke mana?"

Pertanyaan itu sontak membuat Kalea mengangkat kepalanya. Tatapan keduanya saling beradu selama beberapa detik. Tidak ada suara yang keluar dari mulut Kalea.

"Ke mana saja, yang penting tidak jauh dari sini."

"Ya kemana?! Aku mana tau." Suara lelaki itu sedikit meninggi.

Kalea terhenyak sesaat. Dilihatnya wajah lelaki bermata deep-blue itu terlihat amat gusar. Raut wajahnya lain dari biasanya, penuh dengan kecemasan.

"Aku juga tidak tahu, kean!" balas Kalea tidak kalah tinggi.

Tanpa sadar keduanya saling melemparkan tatapan tajam.

Kean mengalah dan mengeluarkan handphonenya. Dia terlihat sibuk mengutak-atik handphonenya. "Kita ke daerah lembang, disana ada klinik bersalin yang buka 24 jam." Kalimat yang baru saja didengarnya bukanlah sebuah pertanyaan, tetapi pernyataan yang tidak butuh jawaban.

Kean langsung memutar setir menuju arah yang berlawanan.

"HHhh... jangan ke lembang."

Kalea menyerngit heran begitu wanita hamil itu akhirnya angkat bicara.

"Kita ke arah puncak."

"APA?!" Baik Kalea maupun Keanu sama-sama terkejut dengan apa yang baru saja mereka dengar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 06, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AdamantineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang