Sudah hampir dua jam lamanya, Sejeong duduk di kursi kerjanya sambil menatap layar komputernya yang menampilkan lembar kerja berwarna putih polos. Selama itu pula perempuan berambut hitam sebahu itu mengetikkan beberapa kalimat yang kemudian ia hapus untuk kesekian kalinya. Sejeong menyandarkan tubuhnya setelah ia mengusap kasar wajah lelahnya.
Sungguh, rasanya kepala Sejeong sudah buntu. Tidak ada sedikit pun inspirasi yang masuk dalam pikirannya. Tetapi Sejeong juga sedang tidak ingin beranjak dari rumahnya hanya untuk sekadar mencari udara segar, menjernihkan pikirannya, apalagi dengan niat mencari inspirasi di luaran sana. Ah, rasanya malas sekali.
Keadaan buntu dan minim inspirasi itu sudah biasa bagi Sejeong yang memang seorang penulis. Tetapi rasa malas untuk mencari inspirasi itu justru baru kali ini Sejeong rasakan.
Saat seperti ini, biasanya ia akan jalan-jalan atau duduk di cafe sambil menyesap cokelat panas favoritnya. Kalau tidak, ia akan menghubungi teman-temannya dan bercerita panjang lebar sampai akhirnya dia menemukan benang merah yang cocok untuk dijadikan alur ceritanya.
Namun, setelah tadi siang ia mendapat panggilan dari penerbit untuk segera menulis buku baru, Sejeong langsung mematikan ponselnya, bahkan sampai sekarang ia tak menyentuh benda itu sama sekali.
Tak lama, tanpa Sejeong sadari, perlahan matanya terpejam bersamaan dengan meredupnya layar komputer di depannya.
Beberapa jam kemudian Sejeong mengerjapkan kedua matanya. Tubuhnya sedikit tersentak saat menyadari dirinya tertidur cukup lama di saat seharusnya ia mengerjakan pekerjaannya.
"Udah bangun?"
Mendengar pertanyaan itu, tubuh Sejeong hampir saja terjatuh jika di belakangnya tidak ada kursi. Ia luar biasa terkejut saat mendapati seorang laki-laki asing berjalan mendekati dirinya.
Ia semakin memundurkan kursi kerjanya, saat lelaki itu meletakkan secangkir minuman di mejanya.
"Kenapa? Ada yang aneh denganku?"
Sejeong mengerjapkan matanya berulang kali, masih tidak percaya dengan sosok di hadapannya.
"Ka-kamu... kamu si-siapa?"
Laki-laki itu mengernyit bingung atas pertanyaan Sejeong. "Kamu kenapa sih, sayang? Kok jadi aneh gini?"
Apa? Sejeong tidak salah dengar kan? Laki-laki itu memanggilnya dengan panggilan sayang?
"Kamu pasti capek banget ya?"
Sungguh, Sejeong masih belum paham dengan situasinya sekarang. Siapa lelaki itu? Kenapa ada di rumahnya? Jika kalian ingin tahu, sudah lima tahun Sejeong tinggal sendiri.
"Ya udah, ini cokelat panasnya diminum dulu. Setelah itu lanjut tidurnya di kamar ya?" lanjut sang lelaki sambil mengusap kepala Sejeong.
"Tunggu. Kamu itu siapa?"
"Kamu lupa sama aku? Aku ini suami kamu."
"HAH??"
Tolong, Sejeong tidak ingin halusinasi yang berlebihan seperti ini.
AUTHOR
heavenable | 2019

KAMU SEDANG MEMBACA
AUTHOR ; ksj-kdn
Fiksi PenggemarBagi seorang penulis, berhalusinasi itu hal yang biasa 'kan?