6. Pintu di lantai

6.1K 1.1K 153
                                    

[WINWIN]

AKU menatap apartemen yang baru kubeli dengan tatapan puas. Harganya tidak terlalu mahal, dan tidak murah juga. Mungkin standar, selain itu. Apartemen ini juga dekat dengan kampus, aku tidak perlu mengeluarkan ongkos untuk berangkat kuliah.

"Ini mau di taro dimana?" suara Kak Yuta membawaku kembali dari lamunan sesaat; di tangannya ada sebuah kardus berisi beberapa buku penting.

"Di gudang dulu aja Kak, biar gak ribet." ujarku seraya menunjuk pintu berwarna putih yang terletak di dekat dapur.

Ada dua kamar, salah satunya yang berukuran cukup kecil aku jadikan gudang karena aku hanya tinggal sendiri.

Namun di hari pertama, Kak Yuta berjanji untuk menemaniku karena aku belum terbiasa akan suasana di apartemen.

"Coba buatin ramen atau apake Win, gue laper." Kak Yuta merebahkan tubuh di atas sofa kecil berwarna biru tua; ia memejamkan mata. Sepertinya lelah karena membantuku memindahkan barang-barang.

"Oke kak!" aku bergegas menuju dapur dan mengambil tiga bungkus mie dari dalam lemari penyimpanan; aku juga lapar, jadi lebih baik membuat tiga daripada kurang.

●•●•●•●•●

Kriettt

Kriettt

Kriettt

Aku mengerenyitkan dahi saat mendengar suara lempengan besi karat yang seolah di paksa agar terbuka.

Kriettt

Suaranya berasal dari dapur; terdengar begitu jelas. Aku menoleh ke samping; menatap Kak Yuta yang masih tertidur.

Kami bedua memutuskan untuk tidur menggunakan kasur lantai di ruang tengah karena kasurku masih berada di rumah; belum sempat terbawa.

Kriettt

Tok tok tok

Entah, namun sekarang bulu kudukku meremang. Perasan tidak nyaman menelusup ke dalam hati; berhasil membuat jantungku berdetak semakin cepat.

"Kak." aku menepuk bahu Kak Yuta yang sepertinya masih asik menjelajah mimpi.

Tok tok tok

Suaranya semakin jelas; seperti ketukan dari bawah lantai. Padahal aku membeli apartemen di lantai 1; paling bawah.

"Kak."

"Hm, apa?" Kak Yuta membuka satu matanya dan menatapku dengan tatapan kesal. Mungkin karena aku sudah menganggu tidur nyenyaknya.

Kriettt

"I-itu ada suara aneh di dapur." ujarku seraya menunjuk ke arah dapur.

Awalnya kak Yuta terlihat malas, namun ia beranjak saat mendengar suara ketukan yang tidak wajar.

"Ini apaan dah Win?" dia menunjuk karpet yang memang sudah terpasang di dapur sejak aku datang dengan tatapan bingung.

Karena karpet itu kini sudah terangkat; tidak rata seperti awal.

"G-gatau kak."

Kak Yuta mendengus lalu mengangkat karpet berukuran 1x1 itu. Satu alisnya terangkat tatkala menemukan sebuah pintu kecil; seolah menuju ruang bawah tanah terpasang di sana.

"Ada pintu Win."

Tok tok

Tubuhku dan tubuh kak Yuta menegang saat mendengar suara ketukan berasal dari pintu tersebut. Setelah itu pintu terlihat bergerak; seolah di dorong oleh sosok yang mungkin memang berada di bawah sana.

"Kak! Sini kak!" aku takut ada orang jahat atau apapun itu yang akan muncul dari dalam sana.

Kak Yuta mengikuti ucapanku; ia berdiri di sebelahku. Kami berdua mengamati pintu kecil tersebut yang perlahan semakin naik ke atas.

Kriettt

"ANJING!" tanpa menunggu lama Kak Yuta menarik tanganku untuk keluar dari unit apartemen. Ia sempat panik saat akan membuka kunci pintu.

Sementara aku sudah tidak bisa mengatakan apapun, ragaku seolah tidak ada di tempatnya. Jika tidak ada kak Yuta; mungkin aku hanya bisa terdiam ketika sosok mengerikan itu membuka pintu kecil yang berada di dapurku.

Wajahnya terlihat di penuhi bercak hitam dan terlihat retak, giginya hitam, semuanya sangat mengerikan.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


END

When The Night Comes《NCT》Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang