Prolog

141 19 7
                                    

Bismillah

________∆________

"Jangan bersedih. Tersenyumlah. Karena satu senyuman itu ibadah"

-Sihir Cinta Sang Ilahi-

&&&

Jakarta, 01 Juli 2014

Hari pertama kuliah...

Zahra Kinansya Adelia, gadis itu tengah membantu ibunya menyiapkan sarapan didapur. Ia begitu antusias hari ini. Ia begitu bahagia. Bagaimana tidak, namanya terdaftar dalam mahasiswi baru Universitas Negeri impiannya. Dan hari ini adalah hari pertama kuliah setelah melewati masa OSPEK tiga hari yang lalu. Ia sangat bersyukur pada Allah karena telah memudahkan segala urusannya.

Ia meletakkan makanan dimeja makan, tak lama pemilik rumah megah itu menuruni tangga dengan anak perempuannya.

"Pagi pak. Nisa" sapa Zahra antusias, matanya berbinar.

"Pagi" balas keduanya serempak dengan senyuman. Mereka adalah Pak Dion dan putrinya
Farannisa Almaeyra yang kerap dipanggil Annisa.

Zahra adalah anak dari Bu Fatma. Orang yang bekerja sebagai pembantu dirumah Pak Dion. Meski begitu Pak Dion selalu menganggap Zahra sebagai putri nya sendiri, bahkan ia yang membiayai kuliah Zahra. Annisa, dia selalu berprilaku baik terhadap Zahra. Sejak mereka duduk di bangku SD, Bu Fatma sudah menjadi Pembantu disana. Mereka berdua sudah akrab layaknya saudara. Tentang silsilah keluarga ini, Annisa sudah tidak memiliki ibu, ibunya telah lama meninggal dunia setelah menderita penyakit kanker paru paru, namun ia masih memiliki ayah yang begitu menyayanginya, ia juga memiliki kakak laki laki yang bercita cita sebagai TNI AU. Dia, Gilang Abrisam. Laki laki yang selalu menyayangi Annisa begitu juga Zahra. Annisa juga memiliki seorang adik lelaki bernama Muhammad Reno Alfarizy yang kini masih duduk dibangku SMA, walaupun Reno memiliki sikap acuh terhadap apapun dan terkesan dingin, namun tak bisa dipungkiri, ia begitu menyayangi kedua kakaknya, begitu juga dengan Zahra.

Bu Fatma sangat bersyukur, putri nya tak kekurangan apapun disini, semua orang menyayanginya.

"Udah siap Za? Buru buru banget sih." Annisa terkekeh melihat Zahra yang tengah menyendokkan makanan kedalam mulut dengan tergesa gesa.

"Ingat. Terburu buru itu sifatnya setan loh" mendengar itu, Zahra pun memelankan makannya, dan menampilkan deretan giginya yang rapi.

Setelah itu tak ada percakapan, mereka menyelesaikan makannya dengan khidmat. Setelah selesai, Zahra membawa semua piring menuju dapur untuk dicuci. Ibunya pun menghampirinya.

"Sini, biar ibu yang cuci. Kamu berangkat sana. Nak Annisa pasti sudah nunggu kamu diluar"

"Benar nggak papa bunda?" tanya Zahra.

Ibunya tersenyum hangat lalu mengangguk, "Syukron bunda. Za berangkat, Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam"

Zahra mengambil tas nya dikamar lalu segera menyalimi Dion yang hendak berangkat kekantor. Ia bergegas menuju keluar, takut Annisa menunggu terlalu lama.

"Ayuk Nis" ajak Zahra.

"Ayuk"

Mereka berdua menunggu angkot di perempatan jalan. Kedua nya banyak bercerita dan tertawa didalam angkot -walaupun tidak terlalu keras- .

Sesampainya di Kampus, mereka langsung menuju gedung Fakultas Management Bisnis. Ya, keduanya mendaftar dijurusan itu. Mereka ingin belajar mengenai bisnis. Ingin mengetahui seluk beluk dari Perusahaan, bagaimana mengolah sebuah perusahaan, dan bagaimana mempertahankan agar perusahaan selalu mengalami peningkatan. Mereka juga ingin tahu mengenai efisiensi kerja, bagaimana etika pegawai ketika bekerja.

Mereka berdua menghembuskan nafas perlahan, membaca basmalah untuk mengawali hari. Semoga lancar. Batin keduanya.

Mereka mulai memasuki area kampus, beberapa gedung fakultas nampak kokoh dari tempat mereka berdiri. Namun tak berapa lama, ada sebuah mobil dibelakang mereka yang membuat mereka berdua terkejut.

"Ih siapa sih, klakson klakson orang aja, jalanan luas kali" sergah Annisa, ia begitu kesal.

Seorang pemuda yang berada didalam mobil itu pun keluar, "Maaf, bisa tolong minggir, kalian menghalangi tempat parkir" ucap pemuda itu dengan lembut, tak ada unsur bentakan dari ucapannya ataupun menyombongkan diri.

Zahra mengangguk dan mengajak Annisa agar menjauhi area parkir, rupanya mereka tak menyadari bahwa sedari tadi mereka berdiri termenung menatap gedung fakultas yang berdiri kokoh disana.

"Za, cowok tadi ganteng ya. Nyesel aku ngomel ngomel tadi" Ucap Annisa. Zahra hanya tersenyum, dalam hati ia membenarkan ucapan Annisa. Pria itu tampan menurutnya, sepertinya dia juga orang yang baik dan sopan. Detik berikutnya ia segera beristighfar dalam hati, sadar telah memuji lawan jenis yang bukan mahram dengan berlebihan. Maafkan Zahra Ya Allah.

"Udah sampai Nis, masuk yuk"

"Eh udah sampai ya"

Mereka berdua memasuki kelas dan mengikuti mata kuliah dengan khidmat dan penuh semangat. Keduanya cepat akrab dan membaur dengan mahasiswa/i dikelas nya.

&&&

Bersambung...
Tunggu Kelanjutannya...

Maaf jika masih terdapat banyak kesalahan dalam pengetikkan.

Oh iya, jangan lupa tekan bintangnya ya. Ini cerita kedua saya setelah cotton candy, tapi karena cotton candy alurnya berantakan, jadi saya unpublish. Semoga cerita ini nggak seperti yang kemaren, Aamiin. Semoga kalian suka :)
Sekian, terima kasih sudah membaca :)

See You :)

Sihir Cinta Sang IllahiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang