Part 1 : Muhammad Daffa Mirza

86 12 10
                                    

"Aku tidak sebaik yang kau ucapkan, tapi aku juga tidak seburuk apa yang terlintas dihatimu"

-Sayyidina Ali Bin Abi Thalib-

&&&

SELAMAT MEMBACA  ; )

             Sebuah mobil Ferrari hitam memasuki area Pesantren Al-Fatih. Nampak beberapa santriwan santriwati sedang mengerjakan kesibukan masing masing, beberapa dari mereka ada yang sedang fokus menghafal ayat demi ayat Al-Qur'an, ada juga yang sedang menjemur pakaiannya sendiri, dan sebagainya.

Pemilik mobil tersebut turun dan menyapa beberapa santriwan santriwati yang lewat. Tak urung senyum yang terpatri diwajahnya, membuat sebagian kaum hawa beristighfar. Pemuda itu. Muhammad Daffa Mirza. Seorang anak Kyai yang sedang menempuh pendidikan kuliah disalah satu Universitas terkenal di Jakarta. Pesona pemuda itu mampu membuat kaum hawa memekik hanya dengan senyumnya. Daffa. Pemuda dengan sikap ramah dan sopan, serta ilmu agama yang sudah tak diragukan lagi. Tipikal menantu idaman.

"Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam. Sudah pulang Le. Gimana kuliahnya?" tanya seorang wanita paruhbaya bernama Asiyah yang tak lain adalah Umi Daffa. Daffa menyalami punggung tangan sang Umi yang sedang memotong sayuran itu lalu meletakkan ranselnya di sofa.

"Alhamdulillah lancar Umi"

"Alhamdulillah" lega sang Umi.

"Oh ya, nanti sore anterin Umi yo le, ke rumahnya Bu Ratna. Nganter Kue"

"Iya Umi. Daffa ke kamar dulu ya"

"Iya" ucap Asiyah lalu kembali memotong sayuran.

&&&

         Muhammad Daffa Mirza. Pemuda dengan tinggi 171 cm, pemilik senyum semanis gula. Mahasiswa Universitas Jakarta yang mengambil Jurusan Hukum. Sewaktu kecil, ia ingin menjadi seorang pengacara, dan cita cita nya itu berlanjut hingga kini. Menurutnya, menjadi Pengacara akan membuatnya bisa menegakkan keadilan, membela orang yang tidak bersalah.

Daffa. Anak pemilik yayasan Pondok Pesantren Al Fatih, baik hati, sopan, ramah. Siapa saja pasti akan mengaguminya. Apalagi dengan ilmu agama yang dimilikinya. Daffa adalah anak semata wayang dari pasangan Asiyah dan Dandi. Meskipun anak tunggal, Dandi tidak pernah memanjakan Daffa, mobil yang dipakai Daffa itupun adalah hasil tabungan Daffa dari masih SD sampai SMA kelas 3. Daffa juga adalah pemuda yang cerdas, ia selalu mendapatkan ranking 1 dikelas, minimal ranking 3, itupun sekali. Alasannya rajin belajar satu. Mengejar cita cita menjadi pengacara. Dua. Ilmu wajib dipelajari bagi setiap muslim dan muslimah. Tiga. Orang tuanya.

Daffa selalu menjunjung tinggi nama orang tuanya, baginya orang tuanya lebih dari apapun. Sedikitpun ia tak ingin mencoreng nama kedua orang tuanya. Dengan itu, ia berharap sudah menjadi anak yang berbakti pada orang tua, serta Surga yang menantinya.

Tentang kisah asmara pemuda gula ini, dia tak pernah tertarik pada hal yang namanya PACARAN, ia selalu menggaris bawahi "NO PACARAN. SUKA, LANGSUNG KHITBAH". Membahas tentang Pacaran, ia suka heran pada teman temannya. Sudah tau pacaran dosa, tapi masih dilakukan. Sedangkan Sholat yang tidak membutuhkan waktu lama yang jelas jelas pahalanya besar dan itu WAJIB, masih ditinggalkan. Teman temannya itu aneh menurutnya. Katanya jomblo itu nggak laku lah, sendirian lah, pas malam minggu nggak ada yang nemenin. Hufftt, padahal jomblo itu aman.

Kembali pada Daffa, Pemuda itu kini sedang membolak balik halaman buku tentang hukum. Matanya menelisik kalimat demi kalimat. Suara ketukan pintu berhasil mengalihkan atensi nya.

"Le. Makan dulu sana. Ditunggu Abi"

Daffa membuka pintu,"iya umi."
Ia segera berjalan menuju meja makan, dan benar saja, Abinya sudah duduk manis disana.

Hal yang tak bisa Daffa bantah adalah kedua orang tuanya. Apapun akan ia lakukan untuk kebahagian orang tuanya, selagi itu tidak melenceng dari agama.

Daffa duduk disamping abi nya. Mengambil nasi dan lauknya diatas piring.

"Abi nanti ngajar anak santri?"

Dandi mengangguk, "Iya. Seperti biasa. Kamu gimana? Nggak pusing sama organisasi kampus? Kenapa nggak keluar aja sih Daf ? Abi nggak mau kamu kecapean terus sakit kayak waktu itu."

"Daffa nggak papa kok Bi. Malahan Daffa seneng karena ada kesibukan. Daffa nggak akan sakit lagi. In Syaa Allah"

Daffa memang pernah demam waktu itu. Ia kelelahan dengan kegiatan kampus, tapi ia benar benar berat kalau harus berhenti dan keluar. Ia ingin mencari kesibukan selain dipesantren. Dan itu ia dapatkan dikampus dengan mengikuti berbagai organisasi dan ekstrakurikuler.

"Yasudah, Abi terserah kamu. Tapi jangan lupa sarapan, jaga kesehatan. Abi nggak mau kamu kelelahan."

Daffa tersenyum, ia tahu Abinya begitu menyayanginya. Walaupun kadang ia dan sang abi jarang berkomunikasi. Tapi itu tak membuat rasa sayang Daffa kepada sang Abi berkurang. Begitupun sebaliknya.

Setelah itu hening, hanya ada dentingan sendok yang memenuhi ruangan tersebut.

&&&

Bersambung...
Tunggu Kelanjutannya...

Terima kasih untuk yang sudah membaca. Maaf jika masih terdapat banyak kesalahan dalam pengetikan.

Sedikit part tentang Muhammad Daffa Mirza. Ada yang suka karakternya? Nggak ada? Biasa aja? Norak? Maaf ya kalau nggak sesuai sama apa yang kalian harapkan. Karena pemikiran semua orang berbeda beda kan? Saya nggak menuntut kalian untuk suka karakter Daffa kok. Jadi nggak papa :)

Jangan lupa tekan bintangnya ya :)
See You :)

Sihir Cinta Sang IllahiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang