Part 4 : Hari Bermasalah

61 13 4
                                    

"Jika masalahmu membuatmu menangis, maka jadikanlah Allah alasanmu untuk tetap tersenyum"

-@sharedakwah.in-

&&&

        Daffa memarkirkan mobilnya di area parkir kampus, tiba tiba pikirannya terbesit kejadian semalam. Dimana ia menyelamatkan seorang gadis dan anak kecil yang ternyata...Daffa jadi tersenyum sendiri, pantas saja bocah itu hanya diam tak bergeming. Ah sudahlah. Ia kan ada kuis pagi.

Langkahnya membawanya kearah Gedung Fakultas Hukum, namun langkahnya itu terpaksa terhenti. Gadis itu, gadis yang sama. Kenapa ia selalu bertemu dengannya. Gadis yang tak lain adalah Zahra itu rupanya sedang dimarahi oleh seorang dosen. Kasihan sekali. Lihat saja wajahnya, ia hanya bisa menunduk dan sesekali mengangguk. Ada rasa kasihan untuk gadis itu, namun dilain sisi Daffa rasanya ingin tertawa melihat raut wajah gadis yang belum ia ketahui namanya, gadis itu begitu ketakutan. Apakah Daffa harus menolongnya lagi. Sepertinya iya.

"Assalamualaikum Pak" Sapa Daffa sambil menyalami tangan Dosen yang bernama Rahmat itu.

"Waalaikumsalam. Sebentar lagi saya mengadakan kuis ya Daffa. Kamu tahu kan?" Ujar Dosen beranak satu itu kepada Daffa.

"Iya pak saya tahu. Emm, maaf Pak. Kalau boleh tahu, gadis ini kenapa?" Tanya Daffa, sejujurnya ia penasaran.

Dilain sisi, Zahra semakin menunduk malu. Malu karena Daffa memergokinya tengah dimarahi guru.

Pak Rahmat menghela napas ,"Ini. Masa baru Mahasiswi semester satu sudah ceroboh. Flashdisk yang berisi file file penting dari Bu Fidha hilang. Apalagi saya membutuhkannya satu minggu lagi dan masih harus saya revisi. Disitu ada rekapan nilai dan data mahasiswa semester 5." Sekilas info. Bu Fidha adalah Dosen Management Bisnis yang mengajar hanya disemester 1, 2, dan 5. Tadinya Pak Rahmat meminta Bu Fidha untuk segera menyerahkan flashdisk miliknya, namun beliau bilang bahwa hari ini dia tidak bisa mengajar karena sakit, tapi sebelum itu beliau sudah menitipkan flashdisk Pak Rahmat pada salah satu Mahasiswi nya yang bernama Zahra.

Pak Rahmat mencoba mengontrol agar dirinya tak memarahi terlalu berlebihan pada Mahasiswi semester satu jurusan Management Bisnis yang sangat ceroboh itu. Sungguh, sebenarnya Pak Rahmat sangat kesal karena kecerobohan Zahra.

"Pokoknya kamu harus mencarinya. Saya nggak mau tahu. Lusa harus sudah ada."

Zahra hanya bisa mengangguk, dan meminta maaf meskipun sudah tak digubris oleh Pak Rahmat. Yah, tak apa, Lagipula ini adalah salahnya. Ia merutuki dirinya sendiri. Bagaimana bisa flashdisk itu hilang. Padahal seingatnya ia sudah memasukkannya kedalam tas. Lalu mengapa bisa hilang, atau mungkin ketinggalan? Ah rasanya tidak. Setelahnya, Pak Rahmat pergi dari sana tanpa mengucap apapun. Daffa berdehem, lantas Zahra mendongak dan mendapati pemuda itu tersenyum manis padanya. Entah kenapa ia merasakan jantungnya berdetak abnormal, mengapa ia tak bisa mengendalikannya. Ya Allah, hentikan debaran ini.

Daffa membuka suara, "Saya Daffa. Kamu yang kemarin kan?" Mendengar itu Zahra tersenyum, membalas senyum pemuda bernama Daffa itu. Tentu saja senyum kikuk. Heeey, ia cukup tau kalau Daffa itu kakak tingkatannya, tentu saja ia tau dari teman mahasiswi nya yang maniak cogan, yang selalu saja menyebut nama Daffa dan beberapa senior kampus yang katanya 'gantengnya tuh kayak oppa oppa korea'. Dan sangat memalukan ketahuan dimarahi dosen hanya karena menghilangkan sebuah Flashdisk.

Ia mengangguk, "Saya Zahra"

Perkenalan tanpa jabat tangan. Tentu saja. Bukankah seseorang lebih baik ditusuk dengan jarum dari besi daripada bersentuhan dengan lawan jenis yang bukan mahram?  Meskipun itu hanya ujung jari saja. Sebagaimana yang disebutkan dalam hadits. Dari Ma'qil bin Yasar, bahwasannya Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya salah seorang diantara kalian jika ditusuk dengan jarum dari besi, itu lebih baik baginya dari pada menyentuh wanita yang bukan mahram nya." (HR. Thabrani dan Baihaqi).

Sihir Cinta Sang IllahiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang