Part 2 : Kamu?

58 13 8
                                    

"Takdir bukanlah masalah kesempatan, tapi masalah pilihan."

-Sihir Cinta Sang Ilahi-

&&&

SELAMAT MEMBACA ; )

         Matahari telah kembali dalam peraduan. Tugasnya telah usai. Waktunya ia beristirahat. Kini Bulan yang akan menggantikan Matahari melakukan tugasnya menyinari bumi. Bersama bintang.

Daffa memanaskan mobilnya, sesuai dengan permintaan Asiyah, Daffa akan mengantarkan uminya itu ke rumah Bu Ratna setelah usai sholat maghrib berjamaah dengan sang Abi dan para penghuni pondok pesantren.

"Ayo le. Kamu sudah siap?" tanya Asiyah ketika sampai didepan anaknya.

"Sudah umi"

Asiyah mengangguk lalu segera menaiki mobil ferrari hitam milik Daffa dikursi penumpang dan disusul Daffa.

"Kuliah kamu sudah berapa semester le?" tanya Asiyah didalam mobil.

"Empat semester umi. Memangnya kenapa?"

"Kamu ndak ada niatan mau menikah?"

Mendengar itu sontak Daffa menginjak pedal rem dengan tiba tiba.

"Astagfirullahaladzhim. Daffa."

"Maaf Umi. Daffa masih...belum punya calon" sambil kembali menjalankan mobil dengan kecepatan sedang.

"Yasudah kalau memang belum ada calon. Umi kan cuma nanya, sampai segitu nya kamu"

Daffa meringis. Lagi pula mengapa Asiyah menanyakan itu kepadanya. Diakan tidak pernah memikirkan hal sejauh itu, menurutnya menikah itu adalah komitmen, sebuah janji yang ia ucapkan pada Allah, maka ia tak akan gegabah. Lagi pula jodoh tak akan lari, umurnya juga masih 21 tahun. Belum cukup matang untuk menikah. Menurutnya.

"Lho lho lho Daffa, rumahnya kelewatan. Kamu ini. Ngelamun aja dari tadi."

"Eh kelewatan ya?"

"Ya Allah Ya Robb. Anakku makin gede makin lucu". Jelas itu bukan sebuah pujian. Daffa yang mendengar itu hanya diam saja lalu segera memutar balik.

Tak berapa lama mobil milik Daffa sudah berhenti tepat didepan rumah Bu Ratna.

" Sudah sampai Umi"

"Kamu nunggu disini atau masuk?" tanya Asiyah.

"Disini saja umi"

"Yakin? Umi lama loh didalam"

"Iya umi. Nggak papa Daffa disini saja" Elak Daffa.

"Yasudah umi masuk dulu ya. Nanti pas pulangnya jangan kelewatan. Hapal toh alamat rumah sendiri?"

Daffa yang mendengar pertanyaan itu merasa malu. Ingin rasanya ia menertawai dirinya sendiri akibat tingkahnya.

Setelah Uminya benar benar masuk kedalam rumah Bu Ratna, Daffa memejamkan matanya, kaca sebelah mobilnya dibiarkan terbuka agar dia bisa leluasa menghirup udara alami, walaupun ia tahu, angin malam tidak baik bagi tubuh.

Sihir Cinta Sang IllahiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang