Part 5 : Tiga Bolpoint

58 11 5
                                    

"Untuk setiap bantuan yang kamu berikan. Terimakasih."

-Zahra Kinansya Adelia-

&&&

"Lo bisu? Iiihhh pengen nampol" ujar wanita itu dengan tangan yang siap ia layangkan untuk menampar Zahra.

Namun tangannya hanya mengambang diudara kala mendengar suara seorang mahasiswa yang membuat jantung wanita itu terasa ingin keluar dari tempatnya.

"Jangan main tangan. Dia yang datang duluan, kenapa kamu marah? Oh iya, jaga lisan kamu. Dia nggak bisu"

Sungguh ucapan Pria itu membuatnya bungkam. Lidahnya kelu untuk sekedar menjawab 'ya'. Sedangkan Annisa segera menghampiri Zahra yang terlihat menunduk, memegang bahu gadis itu, mengingatkan bahwa ia harus bersabar.

"Saya bicara sama kamu Tasya. Bukan sama patung" Nada bicaranya masih terlihat santai namun terdengar tegas.

Gadis yang dipanggil Tasya itu hanya bisa diam. Ia cukup tahu, bahwa mahasiswa yang berdiri didepannya adalah Daffa, seorang mahasiswa jurusan hukum yang terkenal dengan kepintarannya juga sifat ramah dan tegas. Mahasiswa yang selama ini menjadi incaran para gadis di Universitas ini, termasuk Tasya sendiri. Namun ia gengsi untuk menyatakannya.

"Gue nggak ada urusan ya sama lo." Tasya mencoba berani dengan menatap manik mata pemuda itu. Sedangkan yang ditatap segera mengalihkan pandangannya. Takut disebut Zina Mata.

"Dengar Tasya. Meja ini milik umum. Siapapun boleh menggunakannya. Seharusnya kamu nggak memperumit hal sepele seperti itu." Ujar Daffa tanpa menatap Tasya.

Tasya mulai geram. Ia menyukai Daffa. Tapi karena cewek sialan didepannya itu, dia harus kehilangan harga diri didepan Daffa. Mau ditaruh dimana mukanya.

"Eerggh. Gara gara lo gue jadi dimarahin Daffa. Dasar cewek sialan"

"Cukup Tasya. Jika kamu nggak mau minta maaf, sebaiknya kamu pergi. Tolong jangan buat kerusuhan disini, dan ya, lain kali tolong pakai pakaian yang lebih tertutup, ini kampus bukan club malam" Final Daffa. Entah kenapa ia tak ingin ada seorangpun yang menjelekkan Zahra.

Dengan kesal Tasya pergi dengan menghentak hentakkan kakinya. Demi apapun dia benar benar kesal. Ia merasa harga dirinya direndahkan. Nafsu makannya hilang.

Daffa menghela nafas ,"SEMUANYA. MAAF MENGGANGGU. KALIAN BISA LANJUTKAN KEGIATAN KALIAN. SELAMAT MAKAN" Ucap Daffa tegas.

Semua mahasiswa di Universitas ini mengenal Daffa. Tentu saja. Tidak perlu dijelaskan bukan.

Daffa menatap Zahra yang sedang menunduk lalu kembali bersuara ,"Dia nggak akan ganggu kamu lagi. Saya permisi. Assalamualaikum "

"Waalaikumsalam" jawab Zahra dan Annisa bebarengan. Zahra mengangkat kepala, menatap punggung Daffa yang mulai menjauh.

"Za. Ganti baju yuk. Aku bawa di loker, kamu bisa pakai. Kita masih ada kelas kan"

Zahra tersenyum ,"Makasih Nis. Kamu yang paling baik"

"I know" jawab Annisa dengan PD -nya.

Sihir Cinta Sang IllahiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang