Part 3 : Teringat Ayah

61 14 10
                                    

Ayah. Aku merindukanmu. Meskipun kau mungkin melupakanku. Tak apa. Doaku akan mewakili segala rasa rindu ini. Terimakasih sudah pernah hadir.

-Zahra Kinansya Adelia-

&&&

SELAMAT MEMBACA : )

          Gilang sedang menanti Zahra diteras rumah. Sudah malam tapi gadis itu belum pulang juga. Gilang khawatir, mengapa Zahra tak mengajak dia atau Annisa kalau ingin pergi, tidak baik seorang gadis pergi malam malam sendirian. Bagaimana jika terjadi sesuatu. Astagfirullahaladzhim. Ia tidak boleh berfikir seperti itu.

"Assalamualaikum, Kak Gilang" sapa Zahra. Gadis itu telah kembali dengan selamat. Mendengar suara Zahra Annisa keluar.

"Waalaikumsalam. Dari mana saja kamu?" tanya Gilang dengan wajah datar. Dan jangan lupakan tatapan tajam bak pisau itu. Zahra semakin menunduk, ia tau ia salah.

"Dari minimarket Kak"

"Kenapa lama sekali? Kenapa tidak mengajak saya atau Annisa? Kamu tau kan tidak baik seorang gadis keluar malam sendirian. Kalau terjadi apa apa bagaimana? Pikirkan ibu mu juga" dan saya. Lanjut Gilang dalam hati.

"Iya...Maaf kak"

"Kak Gilang kenapa sih. Zahra tadi minta temenin Annisa kok, tapi tadi perut Nissa sakit, jadinya nggak bisa temenin" sahut Annisa membela Zahra.

Gilang menghela napas, "Kan bisa minta anter Kakak"

"Kan kakak sibuk" sahut Annisa lagi.

"Alasan aja kamu Nis. Ya sudah apa yang kamu belanja tadi?" Gilang menatap Zahra, namun tatapannya tak setajam tadi.

Eh. Tadi apa katanya?

Belanjaan?

Astagfirullahaladzhim.

Raut wajah Zahra menegang,"Ya Allah. Zahra lupa nggak beli"

"Katanya dari Minimarket, kok nggak beli apapun. Kamu bohong?" tuduh Gilang.

"Ya Allah, enggak kak. Beneran tadi Zahra ke minimarket, tapi ditengah jalan sebelum ke minimarket, Zahra liat..." Ada jeda sejenak, ketika memikirkan bocah kecil itu. Zahra menelan ludah, sedangkan Gilang dan Annisa menunggu kalimat Zahra selanjutnya.

"Zahra liat anak kecil cowok lagi dipalak sama preman. Zahra kasihan, terus Zahra tolongin-"

"Tapi kamu nggak papa?" potong Gilang cepat.

"Eh. Nggak papa kok, ada laki laki yang nolongin Zahra. Tapi pas nolongin dia kena pisau, jadi dibawa kerumah sakit dulu-"

"Berdua doang?" potong Gilang lagi.

"Nggak. Ada ibunya juga"

"Oh"

"Tapi kamu nggak papa kan Za?" tanya Annisa khawatir.

"Nggak papa Nis"

"Kamu nggak lagi ngarang cerita kan?" Gilang menginterupsi.

Zahra membelalak. Gilang tidak percaya? Sungguh yang keluar dari mulutnya adalah kejadian asli. Nggak mungkin dong dia tidur terus mimpi sambil jalan.

"Ya Allah Kak. Za nggak bohong"

Untuk kesekian kalinya Gilang menghela napas. "Yasudah masuklah. Kalian berdua cepat tidur. Ada kelas pagi kan?"

Sihir Cinta Sang IllahiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang