Part 12 : Am I Wrong?

48 6 3
                                    

"Salahkah jika aku berharap kamu lah tempatku melabuhkan hati? Iya, Aku tahu konsekuensi dari berharap pada manusia sepertimu. Aku hanya punya dua pilihan bukan? Bahagia karena rasa ini terbalas. Atau Kecewa karena kamu memilih dia"

-Sihir Cinta Sang Ilahi-

&&&

          Tiiin Tiiinn...

Suara klakson mobil membuat lamunannya buyar seketika. Orang didalam mobil itupun membuka kaca mobilnya dan tersenyum ramah kearah Zahra.

Zahra mengerjab sebentar lalu menajamkan pandangannya. Gilang menjemput dirinya? Oh yang benar saja. Pemuda itu memang tidak sibuk? Bukankah dirinya sedang mengurusi skripsi dan pendaftaran Pendidikan Militer di Yogyakarta?

Zahra menghampiri Gilang lalu masuk kedalam mobil. Dirinya duduk disamping kemudi, tepatnya disamping Gilang.

"Payung dari siapa?" Tanya Gilang dengan wajah andalannya. Datar. sama seperi Reno. Berbeda jauh dengan tadi ketika pemuda itu tersenyum ramah kearahnya.

"Dari kakak senior" ujar Zahra pelan. Sadar dengan perubahan wajah Gilang. Kadang Zahra merasa janggal. Kenapa Gilang selalu Over padanya? Sedangkan pada Annisa yang notabene adiknya sendiri, ia biasa saja. Pernah sewaktu SMA, Zahra mendapat surat dari Angga dan tidak sengaja terbaca oleh Gilang. Pemuda itu uring uring an tidak jelas, menggerutu, bahkan membakar kertas itu hingga menjadi abu. Alasannya bisa Zahra terima 'Kamu tidak boleh pacaran. Atau bahkan sampai surat menyurat. Alay. Menjijikkan' Ya. Itu kata ter-menyakitkan yang Zahra terima dari Gilang, lalu esoknya pemuda itu minta maaf karena ucapannya. Padahal saat itu Pak Dion biasa saja. Bunda nya juga bisa memaklumi. Namanya juga masa Remaja. Lagi pula Zahra kan tidak menanggapi pasal surat itu. Ya sudah, lupakan sajalah.

"Cowok apa cewek?" tanya Gilang kembali. Zahra melirik sekilas, sekedar ingin tahu ekspresi wajah Gilang saat ini. Dan benar saja. Rahang nya mengeras, itu pertanda dia sedang menahan amarah. Lihat saja. Wajahnya sudah merah padam. Tatapannya lurus kedepan, tidak sedikitpun melirik kearah Zahra.

"Cowok" jawab Zahra seraya menunduk, tak berani lagi untuk sekedar melirik. Tidak ada pembicaraan hingga mereka sampai di rumah kediaman Dion Abrisam Alfarizy.

Menurut Zahra, marahnya Gilang itu yang paling menakutkan. Ia akan melampiaskan amarahnya itu pada barang. Lihat saja.

Braakk..

Tuh kan. Baru saja Gilang membanting pintu mobilnya. Dan itu membuat Zahra terlonjak kaget. Saking kerasnya pemuda itu menutup pintu. Meninggalkan Zahra begitu saja didalam mobil. Untung sudah dirumah. Lah kalau masih dipinggir jalan? Tamatlah sudah. Untung saja hujan sudah reda.

Zahra cepat - cepat keluar lalu mengekori Gilang yang berjalan kearah rumah, hingga pemuda itu berbalik dan membuat Zahra hampir menubruk dada bidang Gilang, kalau saja tadi Zahra tak segera mundur kebelakang. Sadar tengah ditatap intens, Zahra mendongakkan sedikit kepalanya menghadap Gilang seakan bertanya 'Kenapa?' .

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 28, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sihir Cinta Sang IllahiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang