Part 7 : Q-Time With Annisa

47 10 4
                                    

Jika sebuah batu bisa menggambarkan persahabatan kita. Maka aku tak ingin ia habis terkikis oleh tetesan air hujan.

-Sihir Cinta Sang Ilahi-

&&&

Zahra merengut sebal. Mereka berdua sedang berada dikedai es campur pinggir jalan. Tentu saja Annisa yang membawanya.

"Muka nya nggak usah ditekuk Za. Udah jelek tambah jelek. Kayak bebek"

Annisa terkekeh melihat raut wajah Zahra yang terlihat menghembuskan nafas nya pelan. Ia tahu kenapa Zahra ngambek padanya. Itu sebab tadi saat mereka berkunjung ke toko buku dengan tergesa, dipintu toko itu tertulis 'Khusus hari ini. Buka sampai jam 5 sore'. Sedangkan saat mereka sampai masih pukul 3 sore. Coba bayangkan, mereka masih punya waktu dua jam. Dan Annisa menyuruhnya cepat cepat, dan yang lebih parahnya lagi, Zahra sempat terjatuh karena berlarian bersama Annisa. Iya berlarian, karena letak kampus dan toko itu tak terlalu jauh, hanya 2 km, dan mereka tak ingin memesan ojek online, karena ingin hemat.

Annisa meletakkan dua mangkuk es campur, satu untuknya dan satu lagi untuk Zahra ,"Nih. Aku traktir es campur. Biar muka nya adem ayem kayak aku. Haha" ucapnya sambil duduk di hadapan Zahra.

"Kamu nyogok aku nih?"

Annisa kembali terkekeh ,"Iya tau aja sih. diminum ya cantik hahaha" Zahra mengambil es nya, tak lupa mengucap terimakasih pada Annisa. Setelah membaca basmalah, barulah ia menyendokkan kedalam mulutnya. Rasa dingin menjalar ditenggorokannya, sungguh sejuk.

Untuk kesekian kalinya Zahra menghela napas, tak habis pikir dengan Annisa yang memasukkannya ke anggota Rohis. Dan kalian tahu siapa Ketua Organisasi Rohis? Ya tentu saja pria itu. Daffa. Siapa lagi memangnya. Lagi pula kenapa tidak Annisa saja sendiri yang masuk Rohis? Kenapa harus dirinya. Memang sih jadi anggota Rohis itu baik, malah sangat baik, karena kita bisa belajar dan menyampaikan ilmu agama yang selama ini kita pelajari. Kita juga bisa berpartisipasi dalam Bakti Sosial, ataupun memberi santunan anak yatim. Sebenarnya kemarin saat pendaftaran ekskul, dirinya ingin sekali ikut ekskul Rohis, tapi begitu tahu Daffa adalah Ketua dari ekskul tersebut, ia tidak jadi daftar. Eh...sekarang malah dia dimasukkan ekskul Rohis. Entahlah, yang jelas Zahra ingin menghindar, karena sepertinya ia telah mengagumi sosok Daffa.

"Kenapa tadi syaratnya kak Daffa kamu iyain sih Nis ?" Pertanyaan itu membuat atensi Annisa teralihkan.

Annisa mengedikkan bahu ,"Nggak tau. Tadi itu kepepet. Lagian bagus kok kalau kamu ikut ekskul Rohis."

"Iya siih. Tapi harusnya kamu minta pendapatku dulu dong. Masa kamu main masukin gitu aja."

Annisa kembali menyendokkan es campur kedalam mulutnya tanpa menghiraukan ucapan Zahra,"Segerrrnyaa"

"Aish Nisaa. Aku lagi ngomong sama kamu loh !"

Zahra memutar bola matanya ketika Annisa malah asik dengan es campur nya.

"Lagian kenapa nggak kamu aja sih Nis yang masuk ekskul Rohis?" tanya Zahra.

"Kamu kan tahu Za. Dari SMP aku selalu ikut ekskul Teater, dan sekarang aku pengen ikut lagi. Aku pengen ngembangin bakat aku. Pokoknya NGGAK . MAU . LEPAS . DARI . EKSKUL . TE..A..TER . TITIK. " jawab Annisa penuh penekanan diakhir kalimatnya.

Zahra berdecak sambil memutar bola matanya malas. Kembali menyendokkan es campur kedalam mulutnya.

"Eh Za. Besok kan gak ada kelas. Sepeda-an yuk" ajak Annisa berbinar, berusaha mengalihkan topik pembicaraan. Dan berhasil.

Sihir Cinta Sang IllahiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang