[4] ketukan

5.5K 999 49
                                    

Selama bersekolah di SMA Angkasa 48, Yena belum pernah ketemu sama hantu atau arwah pak satpam yang disebut sebut sebagai salah satu hantu yang terkenal di sana.

Kata orang orang, jangan sendirian di sekolahan kalo udah magrib.

Tapi sore itu Yena pulang telat karena beberapa tugas yang harus dia kerjakan.

Sebenarnya Yena takut, apalagi semenjak kejadian kemarin, alias kejadiannya si Yuri. Yena ngeliat dengan jelas juga paklek kios itu yang mau nyamperin Yuri dengan gaya seramnya itu.

Gak cuman Yena yang terakhiran pulang, tapi juga ada beberapa temannya, cuman Yena gak terlalu mengenal mereka, alias cuman tau nama.

Disitu ada si Chaeyeon, Minju, Nako, dan Eunbi.

"Heiii?" Panggil Yena sok asik aja gitu.

Salah satu dari mereka menoleh, namanya Chaeyeon, "Kenapa?"

Yena sebenarnya malu, tapi dia harus karena dia gak bawa kendaraan dan yang jelas bus udah susah, dijemput gak mungkin.

"Salah satu dari kalian ada yang bisa ditebengin gak?"

Chaeyeon menatap teman temannya.

"Maaf ya Na, tapi kami cuman ada dua motor dan masing masing kami boncengan," sahut Eunbi.

"Ah iya gak papa kok! Makasih banget ya hehe," kata Yena.

"Ya udah kita duluan ya," pamit Minju, Yena ngangguk.

"Yena cepet pulang ya, takutnya kenapa kenapa kalo kemaleman," kata Nako.

Yena mengacungkan jempolnya saja, kemudian dia duduk di dekat pos satpam.

"Neng kok belum pulang?" Tanya pak satpam yang berkumis tebal itu.

Yena senyum kaku, "Gak papa pak."

Pak satpam itu bergerak keluar pos kemudian merapikan pakaiannya, "Neng saya pamit dulu mau keliling sekolah, neng gak masalah kan sendirian di sini?"

Yena terdiam, kalo dia masuk ke area sekolah lagi itu pasti serem, mana hari udah mulai menggelap. Mendingan di luar aja kan, "Saya di sini aja pak."

"Oke, permisi ya neng."

Pak satpam tersebut pergi dengan membawa senter di tangan kanannya.

Adzan sedang berkumandang dan Yena enggak beranjak dari tempat duduknya. Entahlah seperti ada sesuatu yang menahannya di sini.

Hari sudah mulai gelap, angin berhembus dengan kencang, pak satpam tadi pun belum juga muncul dari dalam sekolah.

"Kemana sih bapak tadi?" Gumam Yena pelan.




Tuk tuk tuk tuk



Tuk tuk tuk tuk



Tuk tuk tuk tuk





Yena menoleh kesana kemari, tapi dia tidak menemukan siapapun yang mengetuk ngetuk meja.

Saa Yena sibuk berpikir, tiba tiba gerbang hendak di tutup dari arah depan, Yena terkejut dan segera berlari ke sana.

"Pak kenapa ditutup!?" Tanya Yena dengan wajah paniknya.

"Lah neng? Saya kira udah gak ada orang lagi," sahut pak satpam tersebut.

Yena terdiam..., bukannya ini pak satpam tadi yang katanya izin mau pergi ke dalam sekolah ya?

"P-Pak? Bapak d-dari mana?" Tanya Yena pelan.

"Saya teh dari tadi sore ada di warung sebelah neng terus barusan aja selesai solat magrib, kenapa ya neng?"

Badan Yena seketika terbujur kaku, badannya merinding hebat. Lantas siapa tadi yang berada di pos satpam dan berbicara dengan Yena?

"Jangan jangan neng denger ketukan terus ngeliat 'dia' ya?" Tebak pak satpam itu.

Yena masih terdiam, kemudian sudut matanya menangkap adanya seseorang yang berdiri di tengah tengah pintu masuk sekolah.

"M-Maksudnya pak?"

"Kalau neng denger dua belas ketukan berarti 'dia' mau menampakkan dirinya," jelas pak saptam.

Gak salah lagi, arwah satpam itu benar benar ada, dengan kepala yang di tenteng di tangan kirinya, serta baju seragamnya yang berwarna putih itu dilumuri dengan darah.

Yena gak peduli apa kata orang, yang penting dia pulang dengan selamat, "P-Pak..., saya boleh ikut pulang sama bapak?"

Pak satpam itu mengangguk pelan tak terlalu yakin, tapi kasian juga ngeliat Yena yang mukanya udah pucat parah.

"Neng banyakin istigfar aja, itu gak ganggu kok cuman iseng."

"Iya pak makasih."

Kemudian, semalaman Yena gak bisa tidur dan berakhir dia gak masuk sekolah keesokan harinya.

twelve | izoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang