7

495 92 29
                                    

"Yang tadi ternyata menyenangkan!" Seruku senang dan entah kenapa itu memang benar-benar menyenangkan.

Sekarang kami sedang berada ditaman kota. Reece tersenyum seperti biasa, tapi kali ini tangan nya mengacak-acak rambutku.

"Senang bisa berkenalan dengan mu Sasha" Ucap Reece dan aku pun terkekeh.

"Kau memang sudah biasa seperti ini pada fans-fans mu ya?" Tanyaku yang sontak membuat Reece terkejut.

"Tidak. Ini untuk pertama kalinya, mungkin hanya padamu saja. Aku pun tidak mengerti apa yang sedang aku pikirkan" Jawab Reece, yang aku akui dia berkata jujur. Aku pandai dalam bahasa tubuh.

Aku hanya tersenyum simpul mendengarnya, berlalu keheningan tercipta setelah itu. Aku tidak berbunga-bunga ataupun terbang oleh kalimatnya. Hanya aku bingung harus menjawab apa dan setelah itu aku harus apa?

Lalu aku pun memilih untuk mengecek arloji dipergelangan tanganku. Astaga, ini sudah hampir mau sore. Kenapa waktu berjalan tidak terasa? Apa aku dan Reece yang terlalu larut dalam percakapan dijalanan? Atau konser kecil-kecilan tadi dibazar? Rasanya ini seperti sebuah mimpi.

"Kau latihan jamberapa, Reece?" Tanyaku kini memiliki sedikit topik.

Reece pun terkekeh dan mengecek arloji pula dilengan nya. Ia tersentak kaget saat melihatnya.

"Ya ampun Sasha, latihan sebentar lagi dimulai dan aku tak tahu kita ada dimana!" Seru Reece panik dan akhirnya aku pun ikut panik.

"Yasudah kita pergi sekarang juga" Ajakku yang lalu aku dan Reece berlarian ke tempat parkir.

Dijalanan kini malah memberikan kemacetan dan juga cuaca yang mulai mendung. Padahal tadi siang cukup terik dan cerah jika dikatakan seharusnya tidak hujan sore ini.

Reece tampak mengigit-gigit bibir bawahnya panik. Aku berusaha untuk menenangkan nya bahwa kami tidak akan tersesat dan sampai pada tujuan.

Tiba-tiba saja tetes demi tetes rintik hujan turun, membuat aku dan Reece bersamaan berdecak sebal. Kenapa dalam situasi genting selalu harus turun hujan? Dan kami pun memutuskan untuk berteduh.

Aku membuka bagasi motor saat kami ikut meneduh sebentar dihalteu. Reece terus menutup kaca helm nya. Dan sedikit keberuntungan aku hanya membawa satu jas hujan, aku lupa bahwa jas hujan milik Jovi masih tergantung dibalkon hotel. Aku menepuk dahiku bimbang. Beralih aku kembali menghampiri Reece.

"Aku hanya membawa satu jas hujan" Ucapku kecewa dan Reece malah senang mendengarnya.

"Benarkah? Yasudah kita pergi sekarang!" Katanya, lalu aku mengernyit dahiku bingung.

"Bagaimana?" Tanyaku.

"Aku bajunya, kau celana nya Sasha. Dobel jaket mu dengan jaketku" Titah Reece yang langsung melespakan jaketnya dan memasang kan nya padaku.

Lucky Day • Reece Bibby ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang