cerita ini hanya fiktif belaka
─━━━━━━⊱✿⊰━━━━━━─
"dia mengambil kelas malam, jadi secara teknis aku tidak berbohong"pria yang dihadapan felix saat ini mengangkat satu alisnya sambil tersenyum kecil.
"kau tidak melihat cara dia memandangnya, mungkin ia membenci changbin"
"tapi, kau mencintainya kan?" tanya pria tersebut.
"aku— yah kami baru berkencan selama enam bulan. mengapa? apakah aku mengatakan bahwa aku mencintainya?"
pria itu tertawa kecil, "kau tidak harus melakukannya"
felix menghela nafas.
"aku hanya— hanya ingin papa melihatnya. bukan dari cara berpikirnya tapi cara aku memandangnya"
"berapa lama kau harus menunggu sampai itu terjadi?"
"selama dibutuhkan"
"maka akan terjadi. tetapi kau akan memperjuangkannya, dan juga akan meragukannya. tetap sabar, dan kau akan mendapatkannya"
"bagaimana kau tahu itu akan terjadi?"
"bukan aku, aku hanya memiliki keyakinan bahwa itu akan terjadi"
felix tersenyum kecil, pria itu juga ikut tersenyum.
"ayo berdoa" ajak pria tersebut.
felix mengangguk.
"tunggu, btw terimakasih kak woojin"
"sama sama felix, kau bisa datang ke gereja kapan pun yang kau mau"
felix tersenyum meangangguk.
....
"terima kasih makan malamnya tante lee"
"sama sama changbin"
changbin mengarahkan padangannya ke felix, "oke, sampai jumpa sesi les hari kamis diperpustakaan"
felix tersenyum mengangguk.
changbin beralih pada papa felix.
"om?"
"ya? hei, terimakasih sudah mencuci piring lagi, changbin. aku menghargainya"
"aku tak keberatan om"
papa felix mengangguk. tangannya disilangkan didadanya, "kau tau, jika kau masih disini aku ingin meminta bantuan"
"tentu om, bantuan apa?"
"masalah digarasi"
felix mencegatnya, "tidak papa, dia tidak bisa"
"aku bisa meminjam kedua tangannya yang kuat itu. berada dimiliter sepertiku, tentu banyak bergerak. sejujurnya, aku hanya membuang semuanya di truk dan tempat sampah, aku memerlukan bantuannya"
changbin menahan napasnya tanpa sengaja.
"pa, dia bukan karyawan mu" bela mama felix. "aku yakin changbin punya kesibukan lain setelah ini"
"aku yakin dia mau melakukannya, jika kita berdua yang mengerjakannya. selesaikan dalam waktu kurang dari satu jam. lagipula, ku rasa changbin tak keberatan, iya kan changbin?" tanya papa felix.
"y-ya aku tak masalah. kapan kita bisa membersihkannya om?"
"sekarang, tentu saja. aku akan menemui diluar sana"
changbin mengangguk patuh.
changbin kemudian pergi lebih dulu keluar dari ruang makan.
felix menatap sang papa dengan jengkel.
....
pintu gerasi dibuka.
saat pintu gerasi sudah terbuka, mata changbin mulai menjelajah.
banyak barang yang berserakan.
"istri ku tipe yang sentimental" ujar papa felix tiba tiba. "ia suka menyimpan barang barang, ini semua untuk gerakan kita. sepertinya kita sudah 30 tahun disini. faktanya itu hanya pasangan—"
changbin sibuk melihat lihat barang barang yang ada disana.
"dan yah, aku hanya ingin melihat lantai gerasi. dan ku yakin kau bisa membersihkannya. aku akan mengambil kantong sampah. kau dapat mengumpulkan semuanya. bawa kedepan dan aku akan mengangkatnya sampai truk milikku" lanjut papa felix.
"ini sangat banyak" bela changbin.
"aku tau kau anak yang kuat" papa felix ikut membela. "apa kau ada permintaan lain?"
changbin menggeleng. matanya masih menatap sampah sampah yang berserakan.
"a-aku ada kelas pagi ini"
papa felix bergumam, "kalau begitu kau harus melakukannya, tuan seo?"
papa felix menepuk lengan berotot changbin, setelahnya ia pergi meninggalkan changbin yang masih merasa shock melihat sampah sampah yang akan dikumpulkannya.
tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
[🍟] Hinode - changlix
Short Story[🍟; completed] Changbin just wants felix based on the movie 'sunrise in the heaven' ©grapetie,2019