Nana

1.7K 360 8
                                    

cerita ini hanya fiktif belaka

─━━━━━━⊱✿⊰━━━━━━─

changbin membuang nafasnya perlahan.

kemudian ia mulai bergerak memindahkan barang yang sekiranya perlu dan tidak diperlukan lagi.

tak berapa lama, felix datang menghampirinya.

"kau ada upacara besok jam enam changbin"

changbin berbalik kemudian berjalan mendekati felix.

"aku tau" katanya sambil tersenyum.

"pergi saja, kau tidak berhutang apapun padanya"

"dia mengujiku"

"dia gila, kau tidak harus tahan karna melakukannya"

changbin kembali tersenyum, "kau layak felix"

"changbin please, pulanglah. aku tau kau lelah"

"aku belum selesai" changbin terkekeh sambil menunjuk barang barang yang ada digerasi.

"HEI!"

changbin dan felix menoleh pada sumber suara.

"kau tak seharusnya berpakaian seperti itu keluar rumah felix" interupsi papa felix.

felix saat ini hanya menggunakan piyama tipisnya yang berwarna putih. dan itu sedikit transparan.

papa felix menunjuk changbin. "kau sebaiknya cepat selesaikan. matahari sebentar lagi akan naik"

felix berbalik meninggalkan changbin. ia memasuki rumah dengan marah.

papa felix bertanya padanya, "kau ingin membantunya? kau berpakaian tidak layak saat ini"

felix seakan tuli, ia memasuki rumah tanpa melirik sang ayah sedikitpun.

changbin kembali menghela nafas kemudian melanjutkan tugas dari calon mertuanya.

eh?

....

"aku tau dia hanya ingin mencoba menghancurkan ku" curhat changbin pada woojin.

changbin dan felix saat ini berkunjung ke gereja. seperti biasa, felix akan konsul dengan woojin selaku pendeta disana.

"efesus memberitahu kita, suami harus mengasihi istri mereka juga. kristus mengasihi gereja dan menyerahkan dirinya untuknya" jelas woojin.

"jadi apa? aku harus menerimanya?" tanya changbin sedikit emosi.

felix bahkan menatapnya khawatir.

"ya" jawab woojin. "ini akan menyakitkan. seolah kau ingin meneriakinya untuk membela diri sendiri. tetapi jika kau menerimanya, kau pasti akan mengatasinya. dia hanya menguji kau untuk memastikan dirimu apakah pantas bersanding dengan anaknya. menurut mu, bagaimana reaksinya jika kau mencoba melawannya?"

changbin menarik napas.

"aku akan membuktikan bahwa diriku pantas dimatanya!"

"kerja bagus"

.....

"oke, ini enam, ini Y dan ini N tutup braket. ditambah braket terbuka Y, ditambah tiga, sama dengan apa?"

changbin menjelaskan materi matematika dengan serius. sedangkan selama menerangkan felix hanya fokus menatap wajah serius changbin yang mengajarinya.

ia memainkan pensil yang ada dijarinya.

"empat" jawabnya asal.

"tidak, kau sebenarnya menulis tiga"

felix tersenyum geli. matanya menatap tepat dimata changbin, "negatif empat?" jawabnya sekali lagi.

"jawabannya masih salah felix" jawab changbin dengan sabar.

felix bahkan sudah menahan senyumnya sedari tadi karna gemas melihat tampang serius changbin.

"tapi aku tidak berpikir itu salah" bela felix.

"itu salah"

"aku tidak berpikir begitu" felix masih kekeuh dengan jawabannya.

changbin menunjuk buku tulis felix.

"jadi disini, kau hanya menjawab sepuluh pertanyaan yang benar"

felix lantas langsung tertawa.

changbin pun ikut tertawa.

mereka asik bercanda sampai suara papa felix membuat tawa mereka berhenti.

"changbin?"

changbin menoleh.

"bagus, kau disini rupanya"

"senang bertemu dengan mu om"

"aku mendapat masalah gulma di kebun ku, mau membantuku?"

felix menatap cemas pada changbin.

"gulma?"

"hm! mereka tak terkontrol"

felix memandang changbin sembari menggeleng kecil.

changbin menatap wajah iba tersebut lalu kembali menoleh pada papa felix.

"tentu saja, aku akan membantu"

changbin tersenyum. lalu berdiri dari duduknya. berjalan keluar dari rumah felix.

felix menatap kepergiannya dengan malas.









tbc

kajian tentang hal religius berdasarkan yang ada di film

[🍟] Hinode - changlixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang