04.30 AM KST.
"Ji, ternyata kau disini?"
Mendengar suara yang tak asing lagi di telinganya, Yeji langsung menoleh ke sumber suara.
"O-oh G-gi? S-sejak kapan kau berada disitu?"
"Beberapa menit yang lalu mungkin. Saat bocah genit itu meneriakimu."
Deg!
Kaki Yeji lemas seketika. Ia berusaha tersenyum pada Yoongi walaupun senyum yang ia berikan itu terlalu dipaksakan. Yeji kembali duduk di kursi depan minimarket yang baru saja ia duduki. Meneguk kembali soda yang ia beli sampai habis— membiarkan Yoongi berada dalam posisi canggung yang tak terkira karena Yeji bertingkah seperti itu.
"Apa kau baik-baik saja?"
"Eum, tidak—sepertinya?"
"Kenapa?" Yoongi mencoba melangkah— berjalan mendekati Yeji yang sedari tadi tak mau menatap matanya.
"Apa aku harus menceritakan semua yang aku rasakan, Min Yoongi-ssi?" jawab Yeji yang masih saja tak mau melihat Yoongi.
Lelaki itu terkekeh kecil, ia kini sudah duduk di sebelah Yeji, "Tidak. Tapi aku akan berpura-pura tidak mendengarnya jika kau mau." katanya yang seperti tahu sebab Yeji bertingkah seperti itu.
"A-ah!" Yeji hanya bisa tersenyum dalam diam, "jika itu membuatmu nyaman, lakukanlah."
Dan ketika Yeji akan berdiri, tiba-tiba Yoongi menahan lengannya agar gadis itu tak pergi.
"Mau kemana? Kenapa tak selesaikan dulu pembicaraan kita?" Yoongi berucap lirih namun terdengar serius. Pun membuat Yeji mengurungkan niatnya untuk pergi.
"A-aku hanya tidak ingin membahasnya. Bocah itu hanya asal bicara. Semua yang kau dengar itu tidak benar, Gi."
Yoongi pun langsung menjulurkan tangannya— mengelus puncak kepala Yeji dengan lembut, "Iya. Aku mengerti, Ji. Kenapa kau sebegini khawatirnya?"
"Aku hanya tidak ingin membuatmu salah paham padaku lagi!" Yeji buru-buru menepis tangan Yoongi yang sedang mengelusi puncak kepalanya, dan kemudian ia membuang wajahnya agar Yoongi tak bisa melihat pipinya yang sudah memerah.
Mau disembunyikan seperti apapun. Mata Yoongi akan selalu menangkap semburat merah diwajah gadis itu, ia dengan gemasnya langsung mencubit pipi tomat itu dan kemudian terkekeh geli karena Yeji sekarang sedang berteriak protes meminta dilepaskan.
Karena Yoongi sudah sangat hafal tentang apa yang membuat gadis di sampingnya itu tak jadi marah berkepanjangan padanya. Ia sudah sangat mengerti titik kelemahan Yeji. Itu membuat Yoongi gampang sekali menangani ketika mood gadis itu sedang buruk-buruknya.
"Aigoo— kenapa pipi gendutmu ini menggemaskan sekali. Jika aku gigit, apa kau akan marah, noona?" goda Yoongi sekali lagi, yang jelas membuat Yeji langsung mendelikkan matanya tajam ke arahnya.
"Berani menggigit pipiku, kau mati." ancam Yeji yang lebih terdengar menggelikan untuk Yoongi. Ia kemudian berusaha melepas tangan Yoongi yang masih bermain di pipinya.
"Baik. Baik. Aku akan melepasnya—" Yoongi benar-benar selesai dengan pipi Yeji, "Tapi sebagai gantinya, aku ingin sekali melakukan ini— eum, aku sangat lelah, Ji..." Yoongi berulah lagi, dengan gerakan cepat ia sudah berhasil menarik tubuh Yeji; mendekap dalam pelukan hangatnya.
Dan, kelemahan Yoongi adalah pelukan Yeji. Lelaki itu seperti tidak bisa bernapas lega jika belum memeluk tubuh Yeji meskipun hanya sebentar saja. Seperti tubuh Yeji itu adalah aliran listrik yang akan membuat Yoongi terus-menerus mengisi energinya agar penuh kembali.
Oh, alasan macam apa itu?
Benar-benar klasik.
Yeji tidak pernah suka dengan alasan itu. Karena lama kelamaan, ia merasakan ada sesuatu yang aneh di dalam tubuhnya jika Yoongi masih bersikap seperti itu padanya.
"Jangan lakukan ini lagi, Yoongi!" akhirnya kesabaran Yeji habis. Ia tak tahan lagi dengan apa yang mulai bergejolak di dalam hatinya.
Yoongi kebingungan, "melakukan apa?" tanyanya yang tak juga mau melepas pelukan itu.
"Bermain dengan hatiku!"
Deg,
Dengan perlahan, Yoongi langsung melepas pelukannya. Memberanikan untuk menatap manik mata gadis yang ada di depannya. Mata Yeji sudah sangat memerah— berkaca-kaca.
Mereka pun masih saling terdiam dengan pikiran masing-masing— ditemani matahari pagi yang mulai menunjukkan kilaunya. Seharusnya, mereka berdua sedang bersorak kegirangan karena akhirnya bisa melihat matahari terbit dicela-cela perusahan tempat mereka bekerja.
Namun, suasana saat ini sangat berbeda. Mereka masih diam, saling bertatapan dengan degup jantung yang berdetak tak karuan.
"M-maaf. Aku benar-benar minta maaf. Aku tidak sadar dengan apa yang ku lakukan padamu. A-ku— aku hanya merasa begitu nyaman jika memelukmu... "
"T-ta—"
"Karena pelukanmu mengingatkanku pada Han Seona... "
Deg!
Tanpa pikir panjang lagi, Yeji langsung berdiri dari duduknya setelah mendengar pengakuan Yoongi yang sukses membuatnya terkejut setengah mati; patah hati juga sebenarnya. Ia lalu berlari dengan kencang menuju kantornya tanpa mengucapkan sepatah katapun pada Yoongi.
"A-ah, aku melakukan kesalahan lagi!" gumannya kesal dengan dirinya sendiri ketika ia hanya bisa melihat punggung Yeji mulai menjauh tanpa bisa berbuat apa-apa lagi.
Padahal, bukan seperti itu maksud Yoongi. Hanya ia benar-benar malu, takut setengah mati jika harus mengatakan yang sejujurnya tentang bagaimana pelukan Yeji bisa meluruhkan segala letihnya.
Pelukan Yeji itu sebenarnya sangat berbeda dengan pelukan yang dulu pernah Seona berikan. Pelukan Yeji hanya sebatas pelukan untuk persahabatan— teman dekat, seperti keluarga. Sedangkan, pelukan Seona lebih ke arah hubungan pria dan wanita dewasa pada umumnya.
Pun, persamaannya hanya satu hal; ketulusan yang mereka miliki benar-benar luar biasa hebatnya.
[]
KAMU SEDANG MEMBACA
✔️ Love Me Now.
Fanfiction[COMPLETED] [SEQUEL OF IF ONLY] "Kita ini, teman." ©Nandd_ , Maret 2019.