Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
° ° °
"Gi, aku mau tanya, boleh?"
Yoongi lalu memberikan senyum manisnya pada Yeji.
"Iya, tanya saja."
Sebelum berbicara, Yeji menarik napasnya dalam-dalam dulu.
"S-sebenarnya kita ini apa?"
Langsung sukses membuat Yoongi menatap datar gadis yang ada di depannya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Canggung.
Benar-benar Yeji salah tingkah sendiri ketika melihat respon Yoongi yang seperti itu. Hanya menatapnya datar tanpa memberikan jawaban yang jelas.
"Ji?"
Yoongi lalu memanggil Yeji pelan.
"Y-ya?"
"Biar aku perjelas sekarang."
Yeji mengangguk. Menyiapkan hatinya agar apapun yang keluar dari mulut Yoongi, tidak akan pernah mengusik hidupnya.
Ya, semoga saja Yeji tidak lupa akan hal itu.
"Kau itu— temanku. Teman terbaikku." begitu kata Yoongi.
Iya.
Yeji sudah menduga jawabannya.
Kenapa Yeji sangat bodoh harus menanyakan sesuatu yang sudah nyata seperti itu?
"Benar. Kita ini teman. Ternyata kita hanya cukup untuk menjadi seorang teman saja, Gi."
"Apa kau kecewa?"
Yeji menggeleng, "aku bahkan tidak bisa menilai ini berita baik atau buruk. T-tapi maaf... "
"Maaf untuk?"
"Aku sudah tidak bisa lagi menjadi teman terbaikmu. Cukup teman tanpa ada kata terbaik. Cukup sampai disini saja aku menjadi yang terbaik untukmu."
Yoongi benar-benar terkejut. Tak bisa berkata-kata lagi karena Yeji tiba-tiba bersikap seperti itu.
"Hei, apa yang sebenarnya sedang kau bicarakan?!"
Yeji pun berdiri dari duduknya, "aku akan pulang sekarang. Beberapa hari ke depan, tolong jangan temui aku dulu." pamit Yeji yang lalu memberikan senyum mirisnya pada Yoongi sebelum dirinya benar-benar pergi.
Sebenarnya, ini bukan yang Yoongi dan Yeji inginkan. Hanya saja, sering kali keadaan yang memaksa keduanya untuk membohongi dirinya sendiri.
