17√ [END]

10.9K 986 145
                                    

19

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

19.20 pm kst.

Apa ini hanya mimpi?

Omong kosong macam apa ini? Kenapa scenarionya benar-benar tidak bisa ditebak?

Bagaimana bisa hidup Yoongi bisa sekacau ini, bagaimana bisa ia tumbuh menjadi lelaki tak berguna bagi siapapun.

Tapi, Yoongi juga tidak bisa membohongi dirinya sendiri, ia tidak ingin munafik— tapi jujur, ia lega, teramat lega sampai rasanya ingin berteriak sekencang-kencangnya karena wanita itu ternyata sudah menikah dengan pria yang sepertinya memang lebih baik daripada dirinya sendiri.

"Ji?"

"Ya?"

"Bagaimana menurutmu?"

"Tentang?"

"Aku," Yoongi menoleh sekilas, dan kemudian fokus lagi untuk menyetir mobilnya.

Setelah pulang dari rumah Wendy beberapa hari yang lalu, Yoongi memang lebih banyak diam. Di tempat kerja pun benar-benar kacau, semua tugasnya tidak ada satupun yang selesai.

Sebelum membalas pertanyaan dari Yoongi, Yeji menarik napasnya dalam-dalam dulu, baru kemudian ia hembuskan pelan, "kau itu baik, Yoongi."

"Baik?"

"Ya, untukku kau yang terbaik."

"T-tapi— a-aku telah membuatmu kecewa berkali-kali, Ji. A-aku telah memiliki seorang anak— ah, bagaimana bisa kau menganggapku baik?" Yoongi tidak bisa lagi berpikir jernih.

Yeji malah tersenyum, "lalu kenapa? Anakmu itu lucu, tampan dan juga pintar. Wendy juga sepertinya bukan ibu yang jahat untuk anakmu. Dan kau juga telah berjanji untuk membantu membiayai kebutuhan Jio" jeda, "sebenarnya aku bangga, Gi. Bangga sekali jika kau bisa bertanggung jawab atas apa yang telah kau perbuat. Rasa banggaku padamu lebih besar daripada sakit hatiku." ia lalu menjulurkan tangannya untuk mengelus pipi Yoongi.

"Dalam versiku, kau itu lelaki terhebat, Gi."

Jika ini memang mimpi. Tolong jangan pernah bangunkan Yoongi dari mimpi indahnya ini.

"Terima kasih..." Yoongi tersipu malu.

"Tak masalah, yang penting kau bisa bahagia lagi," katanya, "eum— kapan-kapan kita ajak Jio jalan-jalan dan makan enak, ya?" pinta Yeji kemudian.

Yoongi mengangguk, "tentu!" balasnya sembari mengelus kepala Yeji dengan penuh rasa sayang.

Dan, yea, setelah melewati hari-hari yang cukup berat, mereka memutuskan untuk kembali menjalani hubungan yang baru lagi. Hanya berdua, tanpa ada yang menganggu lagi. Biarkan mereka bahagia lagi, karena semua orang yang ada di dunia ini memang membutuhkan kebahagiaan, kan?

•••

Yeji;

Detik ini, hari ini, bulan ini. Aku mulai menuntutmu untuk lebih mencintaiku seolah kau belum pernah terluka— tersakiti oleh siapapun.

Aku menuntutmu untuk memulai kehidupanmu yang baru tanpa ada penyesalan sedikitpun di masa lalu yang masih tertinggal dihati. Aku harus bahagia, dan kau juga harus merasakan bahagiaku.

Sedikit demi sedikit, kau harus bisa melepaskan luka-lukamu yang dulu, melepaskan semua kenangan indah saat bersama wanita yang masih selalu membekas dihatimu.

Karena ku pikir, kau sudah bersamaku, kau sudah berjalan beriringan denganku. Tidak semestinya kau mencintaku dengan hati lamamu. Kau juga harus bersikap adil, mencintaku dengan hatimu yang baru.

Aku benar-benar tidak mau dicintai jika kau masih ingin menggunakan hati lamamu untuk mencintaku, dan ku harap kau mengerti. Jadi, jangan pernah mencintai orang baru dengan hati lamamu. Itu berbahaya, kau hanya akan terus terbayang oleh masa lalumu dan kemudian kau bisa melukaiku lagi.

"Kau paham kan jika aku bukan dia, dia atau dia yang pernah mengisi hatimu? Fisikku tidak sama, sifat-sifatku pun jauh berbeda."

"Aku tahu, Ji."

"Dan kau juga tidak bisa mengharapkan aku untuk bersikap manis atau memiliki kebiasaan seperti mereka semua. Tapi, satu yang perlu kau tahu—"

"Apa?"

"Aku bisa menjaga kebahagiaanmu lebih besar dari mereka semua."

Yoongi seketika tersenyum mendengar kalimatku. Mendekapku dengan hangat disertai beribu kecupan di kepala yang selalu membuatku kecanduan. Seakan kupu-kupu sedang berterbangan di dalam perutku— ah, jatuh cinta memang selalu merepotkan!

Aku mencintaimu, sekarang. Kau. Kau yang hidup dengan hatimu yang baru. Meski aku selalu siap menerima masa lalumu sekelam apapun itu. Tapi, jangan. Jangan pernah lagi hidup di masa lalu, karena aku disini sudah menawarkan berbagai kebahagian yang baru.

"Aku memang bukan siapapun di masa lalumu, Gi. Aku hanya seseorang yang bersedia menerimamu yang sekarang, yang bersedia mendengarkanmu bercerita, atau menemanimu berlama-lama minum kopi—" dan aku menundukkan kepala. Cukup malu karena akhirnya perasaanku yang terpendam sedikit demi sedikit tersampaikan.

"Jadi, aku harap kau jangan mau lagi hidup dengan bayang-bayang masa lalu. Hiduplah bahagia bersamaku. Berdua. Hanya denganku."

"Yeji?"

"Ya?"

Lelaki di sampingku lalu mencium keningku, mengeluarkan sesuatu di dalam kantong jasnya, memberikan sebuah cincin berlian yang entah mengapa dimataku sangat silau, terlalu indah.

"Menikah denganku, ya? Aku tidak ingin menunda lagi, aku benar-benar tidak ingin kehilanganmu untuk kedua kalinya."

Dan, tentu. Aku mengangguk. Memeluknya dengan erat. Menangis di dalam dekapannya.

Jadi, berhenti membandingkan ku dengan dia atau dia yang pernah mengisi hari-hari indahmu. Sekarang, kau harus mulai melihatku.


[Love me now, end!]

Terimakasih yang sudah mengikuti cerita ini dari mulai IF ONLY sampai tamatnya sequel ini.

Jika ada saran, kritik dan pertanyaan atau apapun itu, seperti biasa silahkan komen disini!!!💜💜

Maaf jika ff ini jauh dari ekspektasi kalian, karena yea, aku cuma mau kasih lihat— ini loh bahagia sederhananya Yoongi setelah ngga sama Seona. Nggak mau muluk2 bikin masalah baru yang nggak selesai-selesai. Intinya makasih banyak ya udah ikutin sampai tamat! I purple u!💜


©Nandd_ , 2020.

✔️ Love Me Now.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang