"Jioooooo, ayah pulang, ayo main sepak bola bersama-sama!"Tentu saja langsung membuat Yoongi maupun Yeji tertegun mendengarkan teriakan itu. Jadi, apa maksud semua ini? Kenapa seolah dunia sedang mengerjai mereka? Kenapa ini begitu konyol hingga nyaris membuat mereka berdua tertawa terbahak-bahak.
"A-ah maaf, ternyata ada tamu, mereka teman-temanmu sayang?" tanya lelaki tinggi dengan setelan kemeja kerja rapi yang baru saja masuk ke dalam rumah.
Sayang?
Hei, apa lagi ini?!
"Park Chanyeol." kata lelaki itu sembari menjulurkan tangannya.
"Kim Yeji."
"Dan aku, Min Yoongi."
Mata lelaki itu— Chanyeol, sukses membulat dengan sempurna, "a-apa kau ayah kandung Jio— oh, Tuhan— jangan bilang kau—" ia tidak sanggup lagi berucap, susah sekali rasanya menanyai Yoongi lebih detail lagi.
Hei, siapapun tolong katakan ini hanya lelucon saja!
Yoongi buru-buru menatap Wendy yang tengah tersenyum penuh arti. Ia benar-benar butuh meminta penjelasan, ia merasa sangat bodoh sekarang.
"Ya, dia ini suamiku, Yoon," Wendy mendekati Chanyeol, menggenggam tangan suaminya, "Aku sudah katakan padamu sebelumnya, kan? Kau tak usah pedulikan aku dan anak itu lagi."
"Tapi kenapa kau tak katakan saja dari awal? Kau benar-benar membuatku gila, Wen!"
Wendy masih tersenyum, "aku hanya ingin melihat seberapa peduli kau dengan darah dagingmu itu saja. Dan, ya, aku sudah tidak penasaran lagi, ternyata kau tidak sebrengsek yang kukira. Kau lebih baik dari yang kupikirkan."
Ah, Yoongi masih belum bisa mencerna apapun saat ini. Begitu juga Yeji yang hanya bisa diam membisu tak tahu harus bersikap bagaimana. Jika berucap pun, Yeji hanya akan menambah masalah mereka saja.
Dan kemudian, Yoongi meminta izin kepada Chanyeol dan juga Yeji untuk berbicara empat mata saja dengan Wendy di luar rumah, "tolong jelaskan padaku apa yang sebenarnya terjadi! Jio benar anakku atau tidak?!"
"Ck," Wendy berdecak, "anak itu sumber kebahagianku, Yoon. Suamiku juga tak kalah membahagiakannya. Dia luar biasa hebatnya, mau menerimaku dan anak itu dengan tulus—" ia tersenyum sendu, "awalnya aku patah harapan, aku ingin memberitahumu tentang kandunganku saja tapi dihari bahagia itu kau tiba-tiba mencampakanku—"
"—lalu, aku sudah tidak bisa lagi menuntutmu untuk bertanggung jawab. Aku sadar, ini bukan sepenuhnya salahmu. Ini juga salahku. Aku benar-benar membenci masalaluku dimana aku merebutmu dari Seona. Aku penghalang kalian tidak bisa bersama lagi. Aku orang yang telah membuat kau sengsara bertahun-tahun, Yoon," Wendy mulai menangis karena menyesali semua perbuatannya di masa lalu.
Sedangkan Yoongi masih kehilangan setengah akal sehatnya, "jadi, bagaimana? Aku benar-benar bingung, aku tidak mengerti, hidupku baru saja membaik, t-tapi kenapa ini harus terjadi padaku lagi, Wen?!" ucapnya sembari mengusak wajahnya dengan kasar.
"Lanjutkan hidupmu seperti biasanya. Kau tak perlu khawatirkan aku dan Jio lagi. Karena berkatmu, aku bisa bertemu lelaki yang tulus mencintaiku dan anakmu—" Wendy tersenyum ditengah tangisnya, "Kita sudah sama-sama melewati karma atas apa yang telah kita perbuat di masa muda, Yoon. Aku sekarang sudah menikah dan hidup bahagia. Jadi, kau juga harus sepertiku. Kali ini giliranmu untuk hidup bahagia tanpa beban."
"T-tapi bagaimana dengan Jio? Dia tetap anakku, Wen. Dia tetap darah dagingku," ucap Yoongi masih penuh dengan kebingungan.
"Sesekali kau bisa mengajaknya pergi. Aku juga tidak ada niat untuk memisahkan Jio dengan Ayah kandungnya. Asalkan anakku senang, aku juga akan ikut senang. Aku hanya tidak ingin Jio membenci Ayah kandungnya jika ia sudah tumbuh dewasa."
Mau bagaimanapun juga, mau bagaimanapun masa lalu mereka berdua, mereka adalah orang tua Jio. Orang tua dari anak tampan yang belum tahu apa-apa mengenai kehidupan yang kejam ini.
Sebisa mungkin, Wendy bersikap baik-baik saja. Ia sudah bahagia dengan hidupnya yang sekarang dengan Jio dan juga Suaminya. Bertemu dengan Min Yoongi lagi pun sudah tidak akan menggetarkan hatinya lagi, ia sudah membuang masa lalunya, ia sudah tidak akan lagi kacau seperti dulu.
Mungkin memang harus seperti ini takdirnya. Bertemu dengan Yoongi lagi agar lelaki itu tidak lupa akan tanggung jawabnya, dan merasa bahwa di masalalu ia pernah melakukan dosa besar yang ternyata memang nyata adanya.
"Maaf dan terima kasih telah menjaga Jio, Wen—" ujar Yoongi dengan mata yang memerah menahan tangisnya.
"Takdir itu sangat kejam. Kita memang tidak pernah ditakdirkan untuk bersama, namun anak itu sudah menjadi penyembuhku ketika dulu aku sempat kehilanganmu sebelum aku bertemu dengan suamiku."
Yoongi hanya tersenyum sendu, menundukkan kepalanya dengan pikiran yang benar-benar terasa ringan. Ya, akhirnya ia bisa bernafas lega lagi. Tidak sepenuhnya memang, namun setidaknya kali ini— ia bisa membuktikan bahwa ia bukan lelaki brengsek lagi. Ia akan ikut bertanggung jawab untuk kehidupan Jio.
Yoongi juga akan kembali berjuang untuk menyakinkan Yeji, benar-benar ingin memulai semua hal baru dengan Yeji jika wanita itu masih mau menerimanya dan segala kekurangannya setelah ia tahu bagaimana kelamnya masalalu Yoongi yang sebenarnya.
[]
/karena masalalu tidak pernah benar-benar berlalu./
KAMU SEDANG MEMBACA
✔️ Love Me Now.
Fanfiction[COMPLETED] [SEQUEL OF IF ONLY] "Kita ini, teman." ©Nandd_ , Maret 2019.